EMPAT PULUH DUA

105 7 0
                                    

Hihaii!! Sehat-sehat ya!!

Yuk yang belum follow akun ini, follow dulu! Karena akan ada sesuatu. Ga pengen nyesel, kan?

Follow juga ig _viiy2020

Mau tau dong, di sini ada readers cowok ga ya?

Sebelum baca, vote dan komen!!

Bantu promosikan cerita ini ke teman-teman atau yang lainnya ya! Karena sebentar lagi cerita ini akan selesai.

Terimakasih.

^HAPPY READING^

(Minggu)

•••

Pagi ini, keluarga Ryan berkunjung ke kediaman keluarga Farhan. Semuanya berkumpul di ruang keluarga khusus.

"Sorry, bro, kalo gue dan keluarga gue kesini pagi-pagi. Sorry juga kalo udah ganggu hari libur keluarga lo." Ujar Ryan.

"Gapapa. Kita juga lagi santai. Ga ada jadwal kemana-mana. Ada apa?" Tanya Farhan.

"Jadi, gini. Gue mau mempercepat pernikahan anak-anak." Jawab Ryan langsung pada intinya.

Aling membelalakkan matanya, terkejut. "Kenapa, Om, kok tiba-tiba?" Tanya Aling.

"Ada masalah apa?" Tanya Farhan dengan serius.

"Kemarin rumah kita diteror sama orang-orang bertopeng. Mereka hampir ngebakar rumah gue dan istri gue yang lagi ada di dalam rumah." Jelas Ryan.

"Apa, Om? Om serius?" Tanya Aling dengan panik. Memotong pembicaraan Ryan.

"Achai juga diincar sama mereka." Lanjut Ryan.

Aling membelalakkan matanya. Dia terkejut karena Ryan tahu mengenai Achai yang diincar orang bertopeng.

"Gue takut Achai kenapa-kenapa. Gue mau Achai ada yang jaga sewaktu nanti kalo gue keluar kota. Achai anak gue satu-satunya. Jadi, gue minta pernikahan Achai dan Aling dipercepat."

"Gue ga masalah." Jawab Farhan dengan santainya dan menyenderkan tubuhnya pada sandaran sofa.

"Ayah..." Achai menggelengkan kepalanya. "Achai bisa jaga diri sendiri kok. Lagian Achai juga bisa beladiri. Achai bisa kok lawan mereka." Ujar Achai berniat meyakinkan orang tuanya.

"Ayah percaya. Tapi, yang Ayah takutin nanti kalo tiba-tiba mereka nyerang kamu yang lagi sendirian dan bawa senjata gimana?" Ryan menatap anaknya dengan sendu.

Viona mengelus bahu Achai. "Jangan membantah sekali ini aja ya sayang. Bunda ga mau kamu kenapa-kenapa." Ujar Viona dengan mata berkaca-kaca.

"Bunda jangan nangis." Achai menghapus air mata Viona yang jatuh membasahi pipi.

"Gimana, Aling? Kamu setuju, kan?" Tanya Ryan dengan menatap ke arah Aling penuh harap.

Aling menatap ke arah Achai. Achai pun menatap ke arah Aling dengan tatapan yang sulit di artikan. Keduanya saling terdiam, seakan berkomunikasi lewat pandangan mata.

ANUGERAH✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang