Im Seilhwan jelas tidak pernah berharap andaikata presensinya bisa diberi atensi oleh sang suami pada suatu saat nanti. Dia bahkan sekala berpikir kalau sebetulnya mereka tidak pernah layak untuk menjadi sepasang suami istri.
⚠️ TRIGGER WARNING: ME...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ㅤㅤㅤ"SEBAGAI MANUSIA yang tentu memiliki sisi duka dan suka, ia terlalu abu-abu dalam menunjukkan perasaannya, Yoongi." Membuka pintu kulkas, menyambar sepotong kue red velvet dengan topping keju yang ia buat kemarin beserta dua botol americano, Jimin kalakian melangkah menuju konter. Si pemuda melanjutkan perkataannya sesaat kemudian, tampak luar biasa cemas. "Bahkan meski sudah seminggu lamanya Taehyung meninggalkan dunia, Seilhwan masih kerap mengunjungi pemakaman lelaki itu. Setiap hari, tidak pernah absen. Tetapi satu hal yang tidak bisa kumengerti ialah ... mengapa tidak pernah sekali pun wajahnya kelihatan pilu? Di depanku? Apa ia betul-betul sepandai itu dalam menyembunyikan sisi lemahnya di hadapan orang lain?"
Mengedip tidak percaya, berharap kalimat tersebut tidak benar-benar dilahirkan, Yoongi memandang Jimin yang air mukanya tertentang dipenuhi rasa gelisah tatkala mendudukkan diri di seberang konter. Ada sesuatu yang lagi-lagi bergemeretak dalam dadanya. Ia pikir, bersama presensi Jimin di sisi gadis tersebut, semuanya barangkali dapat dilalui dengan sedikit lebih mudah. Seilhwan barangkali bisa sedikit mencicipi rasa bahagia kendati hanya dalam kejapan mata. Namun, sayangnya realitas tidak berkata demikian. Yoongi tidak mengerti, mengapa kini sahabatnya malah tampak jauh lebih buruk? Terakhir ia dan Seilhwan melempar pandang, Yoongi sama sekali tidak sanggup mendeteksi setitik asa yang semestinya hidup dalam netra gadis di hadapan. Barangkali lantaran Seilhwan tengah berduka. Barangkali lantaran sahabatnya tengah merasa terlampau lelah. Tetapi anehnya, wanita itu bahkan tidak menjatuhkan air mata sedikit pun. Tidak seperti dulu. Seilhwan begitu terasa asing. Perempuan tersebut semacam bukan seseorang yang dulu pernah mengetuk pintu apartemen Yoongi secara brutal di tengah malam, lantas bertutur dengan tangis menggugu bahwa Ugi—kucing kesayangannya—baru saja mengembuskan napas terakhir di dalam kamar.
Gadis tersebut telah berubah begitu banyak. Entah mengapa.
Lalu di sana, alih-alih juga mencurahkan isi hatinya perihal wanita yang sedang mereka bahas sekarang, Yoongi cuma menghela napas datar selepas meminum seteguk kopi yang disajikan. "Dia terlihat baik-baik saja."
Lawan bicaranya mengangguk setuju, ikut menyesap americano sebelum benar-benar menyentuh potongan kue pada permukaan piring. "Benar. Bukankah itu aneh?"
"Bagaimana kondisi kandungannya? Sehat?"
"Seilhwan menjaga calon bayi kami dengan kelewat baik, kurasa."