Apabila bukan karena rasa cintanya yang besar terhadap mendiang sang ibu, Seilhwan pasti tak akan menerima perjodohan aneh ini. Apabila bukan karena ibunya pula, Seilhwan yakin bahwa ia tidak akan pernah duduk terdiam di sini untuk dirias sebagai seorang pengantin. Namun andaikan dia harus menikah dengan perasaan berontak seperti ini, maka arti dari pernikahan yang berada di dalam hidup setiap orang itu sebetulnya apa?
Mereka bilang, makna dari pernikahan itu sendiri merupakan sebuah gerbang untuk menuju kehidupan yang baru. Menikah bukan hanya tentang proses untuk menyatukan dua hati, dua insan, atau apapun itu. Sebab menikah nyatanya punya arti lain yang lebih mendalam lagi. Pernikahan adalah awalan bagi pasangan pengantin untuk merencanakan masa depan mereka sebagai sebuah keluarga. Yang berarti mereka akan menata gaya hidup secara bersama-sama, mengusahakan yang terbaik untuk keturunan mereka nanti dan pastinya juga harus berperan sebagai orang tua yang baik di mata anak-anak.
Tetapi kembali lagi, andaikata saja ada seorang perempuan yang dipaksa untuk melakukan kegiatan sakral tersebut tanpa memiliki perasaan asmara sama sekali, bukankah makna pernikahan yang sempat disebutkan tadi akan menjadi hal yang sia-sia saja? Sebab tak ada kemungkinan yang pasti mengenai kapan terjadinya penyatuan hati sepasang suami istri, entah akan berlangsung suatu saat nanti atau barangkali tak akan pernah sama sekali. Lantas kalau sudah serupa itu, bagaimana bisa mereka merencanakan masa depan bersama-sama di saat pikiran keduanya saja tak bisa diintegrasikan untuk mencapai sebuah tujuan yang pasti?
"Ya ampun, anak Ayah terlihat cantik sekali hari ini." Ayah berbisik. Kini mereka sedang berada di dalam Bridal Room. Di sana terdapat presensi sang ayah, calon mertua dan sahabatnyaㅡSerim yang tengah menemani si calon pengantin bersiap-siap untuk melangsungkan pernikahan dalam beberapa saat lagi. Melihat sang putri yang masih belum menanggapi, lelaki tersebut meneruskan, "Semoga kau bahagia dengan suamimu nanti ya, Nak."
Sementara yang tengah diajak bicara hanya termenung tatkala perias sedang sibuk mempercantik tampilannya, arkian merespon tanpa melihat wajah sang ayah, "Iya, Yah. Aku memang sudah cantik dari lahir, ngomong-ngomong."
"Ibu pasti akan senang sekali kalau dia bisa melihatmu menikah hari ini, Hwan." Ayah menghela napas, serta-merta memandang dengan raut sendu. "Terima kasih karena sudah mau menuruti permohonan Ibu, ya?"
Ah, terima kasih, ya? Jelas. Tentu saja Ayah harus berterima kasih padanya. Sebab alih-alih menolak kemudian merasa kesal setengah mati saat lelaki itu serta-merta menceritakan tentang perjodohan ini, bersama sebuah surat permohonan langsung dari ibunyaㅡsebagai bukti nyataㅡyang sempat ditulis beberapa tahun lalu sebelum wanita tersebut betul-betul meninggalkan dunia, gadis itu langsung saja mengatakan iya sebagai jawaban dari segenap permintaan kendati hatinya merasa tidak terima. Kemudian pihak si calon mempelai pria pun lekas mempersiapkan pernikahan dengan begitu matang hanya dalam beberapa hari. Tanpa kekurangan, tanpa permasalahan.
Menarik napas, membiarkan isi kepalanya membayangkan apa yang akan terjadi selepas pernikahan ini berlangsung dan memandang wajahnya sendiri yang terpampang jelas pada permukaan cermin, Seilhwan menghela napas. Waktu terasa semakin cepat berjalan, jalan hidupnya sudah ditentukan dengan jelas. Namun, andaikan melihat betapa bahagianya sang ayah dengan adanya pernikahan ini, gadis itu akhirnya mengangguk pelan. "Iya, sama-sama, Yah. Terima kasih juga karena telah menyempatkan waktu untuk pulang dan mendampingiku di sini."
"Hei, tidak perlu berterima kasih. Itu 'kan sudah merupakan kewajiban Ayah," tanggap lelaki ituㅡbeberapa saat sebelum perias mendadak bertepuk tangan sekali untuk menandakan bahwa penampilan Seilhwan sudah sepenuhnya siap.
Menangkap intruksi dari sang perias, Seilhwan mengangguk paham. Gadis itu lantas buru-buru bangkit dari tempatnya. Mulai berdiri kemudian menghadap ke arah orang-orang yang tadi berada di belakangnya. Jadi di sana, memandang reaksi para orang terdekatnya selepas sang pengantin sudah membalikkan raga, Seilhwan menemukan Serim yang mengamati penampilannya dengan antusias seraya berseru, "Omg! Hwannie, kau terlihat cantik sekali. Gaunnya betul-betul pantas berada di tubuhmu. Kelihatan simple namun elegan. Memangnya siapa yang memilihnya, sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Panasea ㅡ P.jm
FanfictionIm Seilhwan jelas tidak pernah berharap andaikata presensinya bisa diberi atensi oleh sang suami pada suatu saat nanti. Dia bahkan sekala berpikir kalau sebetulnya mereka tidak pernah layak untuk menjadi sepasang suami istri. ⚠️ TRIGGER WARNING: ME...