24. Grayscale

984 130 86
                                    

"Sungguh tidak ada permintaan lain lagi, Tae ...?"

"Kau ingin menjadi kekasihku lagi?"

Seilhwan menggeleng. "Tidak!"

Lantas situasi menjadi hening.

Serupa mengalami peristiwa deja vu, lagi-lagi wanita tersebut dihadapkan pada perkara jahanam semacam ini.

Dulu, Taehyung juga sudah berkali-kali menawarkan permintaan seperti ini padanya—ketika mereka berdua masih berada dalam relasi lekat sepasang kekasih. Namun bedanya, waktu itu Taehyung meminta dengan cara yang lebih lembut daripada ini, kendati Seilhwan tahu bahwa pada akhirnya semua akan sama saja. Seilhwan kira, mimpi buruk tersebut barangkali hanya akan menjadi masa lalu sebab dia pada akhirnya sanggup memutuskan hubungan yang terasa serupa racun tersebut. Tetapi nyatanya, kini semesta malah kembali membawa Taehyung ke sini.

Seilhwan memang masih mencintai Taehyung, dia tahu itu. Malahan perempuan tersebut sempat berharap bahwa benang asmara milik mereka berdua masih bisa disatukan lagi. Tapi sayangnya—barangkali sudah tak akan bisa. Lantaran ternyata Taehyung kembali padanya tidak hanya seorang diri; lelaki itu realitasnya kembali hadir sembari memikul sekantung luka yang siap untuk dilemparkan, tidak lupa juga menyeret mimpi buruk abadi yang tentunya sulit untuk dilenyapkan. Kalakian bayangan hitam milik malaikat maut akan kembali menanti Seilhwan di dalam mimpi, malaikat serupa kerap berusaha untuk membuatnya mati—arkian sukmanya akan dikirim ke neraka yang abadi.

Hampir melewatkan lebih banyak waktu yang akan terbuang sia-sia dalam keheningan, si wanita lantas kembali membuka kedua labiumnya, sepasang irisnya sesaat melirik ke arah bingkai foto yang berada di dekat televisi—itu foto dia dan Taehyung semasa dulu. Kemudian pada sekon berikutnya, matanya semacam akan menurunkan air mata tatkala bibirnya mengucapkan kata, "Tapi aku—"

Si pria mengangkat salah satu alis, mendadak menukas, "Tidak bisa mewujudkan permintaanku? Tidak apa-apa, Seil. Itu berarti aku juga tidak akan membantumu, bukan?"

Sikap pasrah akan keadaan serta-merta terbit ke permukaan, wanita tersebut lantas mencengkram permukaan sofa dengan lebih kuat sementara Taehyung masih nyaman berada di atas tubuhnya. "Taehyung .... "

"Hm?"

"A-apakah kau akan menggunakan pengaman?"

"Tidak."

"Oh, shit." Seilhwan meneguk saliva getir, bibir bawahnya kembali digigit bersama afeksi panik. Jantungnya kembali berdegup cepat, napasnya terasa tidak beraturan—membuat pelipis sekonyong-konyong mengeluarkan segenap keringat dingin. Taehyung tidak akan pernah melepaskannya. Barangkali memang tidak akan pernah. Jadi sesaat kemudian, mulutnya melontarkan segenap kata lagi bersama pandangan penuh kuriositas yang absolut, "Tapi, kenapa—"

"Kamu pasti sudah tahu kalau aku tidak pernah ingin ada benda semacam itu di dalam aktivitas panas kita, bukan?"

Wanita itu arkian membeku. Ah, benar. Dia mengetahui fakta sialan yang satu ini. Kedua netranya barangkali sudah nyaris tidak kuat untuk menahan tangis. Kepalanya terasa nyeri. Perutnya mual.

Sekarang, harga dirinya mungkin sudah lenyap entah ke mana.

Ah, benar. Perempuan macam apa sih dia? Kurang hina apa coba Seilhwan?

Dia—Kim Taehyung. Pria itu betul-betul telah berhasil membuat kepercayaan diri Seilhwan hilang—membaur bersama udara lantas pergi begitu saja sejak lama.

"Semua keputusan ada di tanganmu."

"Taehyung, aku—"  Iris perempuan itu memandang penuh akan kegelisahan. Segenap bagian raganya betul-betul sudah terlumuri dosa. Kemudian tatkala dia menyadari bahwa pandangan milik Taehyung sungguh terlihat serupa netra tajam seekor elang yang akan menangkap mangsanya, Seilhwan mengetahui kalau campur tangan iblis barangkali tak akan pernah berhenti untuk tinggal di dalam hubungan mereka.

[1] Panasea ㅡ P.jmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang