14. Rumor

951 137 107
                                    

Mereka bilang, andaikata ada seseorang yang telah mengalami jatuh cinta untuk pertama kalinya, dia kemungkinan besar akan terus mengejar perasaan tersebut sebab cinta pertama memang seringkali terasa intens—sanggup membuat seorang insan percaya bahwa barangkali dia lebih mencintai yang pertama daripada yang lain. Agaknya itulah mengapa ada sebagian individu yang masih terpaku pada asmara pertama mereka, bahkan jauh setelah hubungan itu selesai.

Ya, dan nyatanya Im Seilhwan adalah salah satu dari mereka.

Gadis itu sangat mencintai Taehyung apa adanya, namun lelaki itu mencintai Seilhwan dengan cara yang sedikit berbeda. Barangkali hal tersebut merupakan alasan besar mengapa Seilhwan masih belum bisa melupakan Taehyung sepenuhnya kendati dia tahu bahwa pria tersebut bukanlah lelaki yang baik untuk dijadikan pasangan hidup di dunia. Tetapi walaupun begitu juga, Seilhwan nyatanya sama sekali tak bisa berbohong pada dirinya sendiri bahwa dia memang kerap merindukan perasaan intens yang senantiasa hadir tatkala gadis itu masih berada di hubungan masa lampau. Suatu saat nanti, mungkin Seilhwan akan menerima sosok baru yang bisa mencintai dirinya dengan lebih baik, tetapi ya tetap saja gadis itu akan terus mengingat intensitasnya di masa lalu—yang diam-diam sanggup membuat ingatannya lebih banyak menaruh asmara terhadap orang pertama ketimbang orang yang kesekian kali berhasil mengambil hatinya sampai sekarang.

Jadi tak usah heran kalau Seilhwan sampai kini masih bisa-bisanya menanggapi presensi sang mantan dengan begitu baik meski dulu mereka berdua sempat terjebak pada situasi yang kelewat buruk—sanggup membuat gadis itu merasakan teror absolut yang nyalar menghampiri jiwanya sampai sekarang bahkan setelah bertahun-tahun lamanya kejadian itu terjadi. Gadis itu bahkan masih dapat mengenang dengan jelas bagaimana berdosanya ia tatkala membiarkan orang-orang itu membunuh seorang manusia yang jelas tidak punya salah apa-apa. Malaikat kematian seperti tengah berdiri persis di depan matanya dan memandang lurus bersama ekspresi maut seolah sedang menuntut pertanggungjawaban yang absolut dari gadis itu atas segenap perbuatannya.

Menarik napas, membiarkan memorinya perlahan kembali membuka luka lama yang terus menyelimuti diri, gadis itu lantas hanya tersenyum miris seraya menoleh dengan pandangan duka saat Jimin berkata, "Hwan, berhenti membuatku khawatir seperti ini," katanya, terpandang cemas. "Apa yang telah terjadi? Kenapa kau menangis?"

Ah ... murahan sekali, ya. Seilhwan menjumpai Jimin yang terlihat kalut, tetapi ia hanya menggeleng perlahan, membuat Jimin semakin geram, "Sempat terjadi persoalan kecil, Jim. Dan aku ... ingin pulang. Jadi ... bisakah kau mengantarku sekarang?"

Jimin menyahut pasrah, "Baiklah, aku akan mengantarmu pulang." Kemudian dia langsung saja menginjak pedal gas mobilnya tanpa mengucapkan kata-kata lagi sebab Jimin tahu ... waktunya barangkali masih terlalu cepat bagi gadis itu untuk bersikap terbuka kepada orang asing yang baru dikenalnya selama kurang lebih sebulan. Dia tentu harus tahu diri.

Keduanya kembali larut dalam keheningan saat mesin kendaraan baru saja menggeram lirih. Angin sepoi di sore hari yang ke luar masuk mobil lewat kaca jendela yang sengaja dibuka sedikit, suara aspal di bawah roda mobil yang bergerak, semuanya memenuhi panca indra tatkala keduanya meninggalkan tempat itu. Jalanan yang kembali macet membuat Jimin mengeluh beberapa kali. Sepasang mata sabitnya dipaksakan untuk terus menempatkan atensi terhadap lalu lintas yang mendadak terhenti. Lantas semacam baru saja memperoleh ilham mengenai sesuatu yang sempat dipikirkannya pada waktu lalu, Jimin sekonyong-konyong berujar, "Taehyung."

Seilhwan hampir tersedak air liurnya sendiri. "Hah?"

"Seseorang yang sempat menghubungimu tadi, namanya benar Taehyung?" jelas Jimin pada akhirnya. Lelaki itu tak menolehkan tampang ke mana-mana. Tetapi jari-jemarinya tiba-tiba menyugar surai dan Jimin kemudian menghela napas, kembali mengulang pertanyaan yang sama dengan kata-kata yang berbeda, "Kim Taehyung, ya?"

[1] Panasea ㅡ P.jmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang