31. And I Love Her

911 112 134
                                    

halo, hehe. maaf lama. kangen kalian banyak-banyak, deh.

jadi sebagai gantinya karena uda sebulan lebih gak update, ini aku mempersembahkan nyaris 4k words buat kalian semua, wkwkw. semoga suka. jangan lupa kasih apresiasi, ya. biar aku gak kehilangan semangat buat terus nulis kayak kemarin lagi :) thank u.

...

ㅤㅤㅤSEMALAM, jiwa sok tangguh seorang Park Seilhwan sungguh mendadak pergi entah ke mana bak telah ditelan oleh keheningan yang terasa begitu kelam.

Rasanya serupa ada banyak kupu-kupu yang berterbangan di dalam dada Jimin tatkala menyadari ada yang seketika memeluk tubuhnya dari belakang saat dia nyaris tertidur lelap di balik selimut yang hangat, menyentuh dengan permukaan telapak tangan yang dingin serta dengan netra yang diam-diam menangis dalam kelopak mata yang tertutup rapat. Terlebih lagi bersama keanehan tersebut, Jimin serta-merta menangkap sang istri yang semakin mendekapnya erat kemudian berbisik penuh luka, "Jangan lakukan itu padaku lagi, Tae. Kumohon. Rasanya sakit sekali. Aku akan selalu mencintaimu tapi tolong jangan melakukannya lagi. Tidak bisakah kamu bersikap lembut padaku seperti dulu? Kumohon, Taehyung. Aku merindukan kamu yang dulu. Sangat rindu."

Sekonyong-konyong muncul begitu banyak pertanyaan yang saling bersinggungan di dalam kepala pria itu. Rasa sakit macam apa yang dimaksud Seilhwan tadi malam, ada apa dengan perlakuan Taehyung terhadap perempuan itu di masa lalu dan bahkan hubungan seperti apa yang sebetulnya pernah terjalin di antara mereka berdua. Terakhir kali Jimin mendengar nama Taehyung, pemuda Kim sempat memberi sebuah pesan yang Jimin tak tahu maksudnya apa bersama panggilan sayang yang ditujukan kepada istrinya sendiri di bagian akhir kalimat.

Jimin barangkali memang belum mengenal Seilhwan sejauh itu. Rasanya tentu masih terasa sulit mengungkapkan masa lampau seperti apa yang telah dilalui wanita tersebut sebab semuanya masih terlihat abu-abu. Dia memang belum menghabiskan waktu sebanyak itu bersama sang istri untuk memahami perasaan satu sama lain. Tetapi kedua netra bernuansa redup yang dipenuhi banyak luka itu jelas tidak berasal dari masa kini di mana mereka berdua telah memutuskan untuk membentuk sebuah keluarga dan berakhir hidup di bawah satu atap yang sama.

Seilhwan sedang berusaha untuk memperbaiki semua kepingan dirinya yang telah retak sekaligus rusak dan sampai sekarang upayanya jelas masih belum membuahkan hasil yang baik.

Lalu di sana—pada tempat yang berbeda namun masih dengan waktu yang sama, Park Seilhwan kelihatan tengah duduk bersandar di permukaan sofa sembari memandang sebuah foto yang terletak di samping televisi dengan tatapan kosong. Pikirannya kalut. Hatinya resah.

Kemudian Serim bisa merasakan bahwa situasi jelas sedang terasa tidak cukup baik, jadi dia serta-merta menuangkan kopi susu ke dalam gelas yang berisi banyak es—menjumpai perempuan bersurai sebahu dengan corak mentari tersebut masih belum menyadari keberadaannya yang kini sudah duduk persis di sofa yang sama. "Hwannie, kenapa melamun? Mau minum dulu?" tanyanya yang cuma berakhir dibalas pandangan setengah hampa. "Minum dulu, ya. Kamu pasti haus."

"Aku tidak pernah menyangka bahwa Kakak akan memberitahu semuanya kepada Yoongi dalam waktu secepat ini," ujarnya. Seilhwan menghela napas, menemukan Serim yang sontak memberi segelas es kopi padanya saat sepersekon kemudian sebelum kembali berkata, "Dia terlihat begitu kecewa, aku juga merasa amat bersalah. Tetapi aku masih belum bisa melepaskan Kakak begitu saja, lantas aku harus melakukan apa?"

"Memangnya kamu pikir aku dapat melepaskanmu dengan begitu mudahnya, Hwannie? Aku juga tidak bisa. Aku jelas masih sungguh mencintaimu dan kamu juga pasti sama, 'kan?"

Seilhwan berusaha menahan nada bicaranya. "Lalu kenapa Kakak melakukan hal itu tanpa berdiskusi denganku terlebih dahulu? Semuanya jelas terasa sangat tiba-tiba dan Yoongi tentu saja terkejut mendengarnya." Si gadis memandang Serim lekat, melirik tak habis pikir dan kecewa. "Ah, aku tahu. Ini pasti karena cinta Kakak pada Yoongi sudah tumbuh jauh lebih besar daripada ukuran cinta Kakak padaku, 'kan? Iya?"

[1] Panasea ㅡ P.jmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang