35. Talk to You Again

755 76 22
                                    

selamat ulang tahun, hobi.

btw, nyaris 5k words. aku ngetiknya pake blood, sweat and tears.

semoga kalian kenyang 👍















Ibu tahu setelah mengetahui hal ini, kau pasti langsung berpikir seperti, "Kalau aku dan Jimin ternyata bersaudara, lantas kenapa kami harus menikah?", 'kan?

Sayang, jelas masih ada segenap kebenaran yang belum Ibu tarik ke permukaan. Ibu memang percaya pada Jimin, tapi hal tersebut tidak semata-mata menjadi alasan mengapa Ibu menyuruh kalian naik bersama ke pelaminan.

Kalau boleh jujur, Ibu sebetulnya ingin sekali memberitahukan semuanya padamu. Tapi sayangnya sudah tidak sempat. Ibu menulis ini ketika Ibu masih dirawat di rumah sakit. Sekarang Ibu sedang menunggumu datang untuk menjenguk. Ibu harap kita masih punya waktu untuk bertemu, ya? Ibu ingin menulis lebih banyak tapi sepertinya jari-jemari Ibu sudah meminta waktu untuk beristirahat. Maafkan Ibu. Semoga Ibu masih punya banyak durasi untuk menjelaskan semuanya padamu, Sayang. Lagi pula kalau ternyata Tuhan tidak mau memberi waktu, kau masih punya Ayah yang masih punya kemampuan untuk membuka mulut, kok.

Kalau begitu, sampai di sini dulu.

Kau jangan sampai lupa mengenai fakta bahwa Ibu sangat mencintaimu. Hiduplah dengan baik walau nantinya Ibu tak lagi ada di sisimu, ya.

...

ㅤㅤㅤUNTUK SEJUMLAH PERTIMBANGAN, Park Seilhwan tampaknya diam-diam menganggap obat tidur yang berbentuk pil tersebut sebagai benda yang paling dibutuhkannya dalam hidup. Baginya, penawar itu adalah penyelamat. Seilhwan agaknya tak akan sanggup bernapas dengan baik apabila tidak ada pil tidur di sampingnya. Sebab perempuan tersebut sungguh mampu terlelap dengan nyenyak dalam waktu yang lama setelah meminum obat. Seilhwan amat menyukai tidur. Dia seringkali merasa bersyukur jika bisa menutup mata tanpa dihampiri segenap mimpi buruk. Tidur adalah satu-satunya jalan tengah yang bisa si gadis jejaki karena Seilhwan tidak berkenan untuk melanjutkan hidup. Namun, di sisi lain dia juga tidak pernah menginginkan kematian yang memiliki warna suram untuk hadir di kehidupannya yang sudah bercorak kelam.

Rasa putus asa, kehilangan semangat untuk tetap membuka mata sebab dirinya senantiasa dipaksa terus-menerus menatap pahitnya realitas yang ada, serta dinginnya air biru yang kerap mengguyur seluruh raga itu jelas terasa semacam konkretasi akan makna teman hidup yang nyalar mendekap pikirannya tetapi tidak dalam wujud manusia. Tak acuh mau seberapa banyak dia berusaha untuk tetap berpikir positif dan berkata pada diri sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja, mereka akan terus memeluk jiwa si gadis dengan segenap luka. Erat. Merangkul dengan begitu mesra hingga Seilhwan hampir tidak mampu lagi untuk sekadar menghirup udara. Dekapannya barangkali tidak akan pernah lepas. Dia dan ketiga perihal tersebut mungkin akan terus menjadi kawan hidup semati hingga Malaikat Maut menghampirinya nanti.

Seilhwan diam-diam masih terus berharap dengan binar asanya yang nyaris padam, setidaknya sedikit saja, semesta masih berkenan meminjam sekelumit kekuatannya kepada tungkai si gadis agar dia tetap sanggup berdiri tegap meski sejumlah pisau tak akan pernah berhenti memberi tusukan pada punggungnya yang sudah ringkih. Dia tidak ingin menjadi perempuan yang lemah, yang kerap menunjukkan warna birunya sendiri sonder mengamati biru milik orang lain yang mungkin jauh lebih besar dari apa yang gadis itu pikul di belakang raga. Seilhwan absolut sudah tidak berani untuk berkeinginan lebih banyak. Memohon pada makrokosmos untuk diberikan setitik bahagia kendati barangkali dia sudah tidak layak untuk menerima hal tersebut kala tubuhnya masih berpijak di manjapada. Gadis itu kini agaknya telah merasa cukup tahu diri. Jadi, Seilhwan mulai sekarang akan menerbangkan seluruh asa di genggamannya yang berisi banyak doa mengenai kebahagiaan yang banyak dialami para manusia. Wanita tersebut akan berhenti, lalu mulai berharap setidaknya dia masih pantas untuk menerima sejumput resistansi agar kedua netranya tetap terjaga hingga kala di mana Seilhwan sudah matang memutuskan untuk meninggalkan semuanya dan melangkah pergi ke dimensi lain sendiri.

[1] Panasea ㅡ P.jmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang