08. Extraordinary Surprise

1.2K 152 122
                                    

Words chapter ini nembus sampe hampir 3000 lho, guys. Aku harap kalian ga bakal bosen bacanya :( Aku ngetiknya beneran sampe keliyengan gara-gara lumayan banyak banget jumlah katanya tapi aku mau ga mau harus menyelesaikan ini. Maaf kalo kalian bosen, tapi semoga chapter ini bisa dinikmati dengan enjoy, ya. Mohon apresiasinya dan terima kasii banget buat kalian yang masih bertahan buat nemenin aku di sini? Happy 3k pembaca, btw! Luv y'all.

 Mohon apresiasinya dan terima kasii banget buat kalian yang masih bertahan buat nemenin aku di sini? Happy 3k pembaca, btw! Luv y'all

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Barangkali Yoongi memang belum menyadari bahwa dia sungguh baru saja melakukan kesalahan fatal. Atau barangkali juga sebetulnya pria tersebut sudah menyadarinya namun pelik bagi dirinya untuk berhenti acuh terhadap seseorang yang selama ini telah menjadi salah satu insan yang kerap ia prioritaskan.

Sebab ini bukan untuk yang sekali dua kali pria tersebut mendapat sentilan bahwa dia nian mesti nyalar menjaga sikap terhadap perempuan lain-selain kekasihnya sendiri. Sudah berulang kali Yoongi diperingati bahwa ia betul-betul harus mengetahui batas, dia jelas tidak boleh bertindak eksesif kepada wanita lain sebagai seorang lelaki sejati. Min Yoongi absolut sudah kelewat sering mendengar kritikan tersebut tetapi dia tetap saja mengabaikannya di kemudian hari bersama argumen bahwa itu memang merupakan caranya tersendiri untuk memperlihatkan sebuah wujud interesnya terhadap seorang gadis yang memang saat itu tengah membutuhkan pertolongannya, tidak lebih. Kemarin, Yoongi cuma ingin mengulurkan tangan guna memberi bantuan pada Seilhwan sebagai bentuk perhatian dari sahabat yang baik, lantas apa itu merupakan sesuatu yang salah?

"Jelas salah, Yoong." Serim ingat sekali bahwa dia telah mengatakan hal ini berulang kali, namun entah mengapaㅡYoongi seolah-olah tuli terhadap perkataannya sehingga pria itu selalu saja melakukan kesalahan yang sama. Serim absolut lama-kelamaan jadi merasa kesal, tentu saja. Tetapi jika mengingat bagaimana kondisi Seilhwan yang barangkali memang tak punya seseorang lagi yang bisa dijadikan sandaran selain dirinya dan Yoongiㅡgadis tersebut jadi harus berpikir berulang kali untuk kecewa pada tindakan sang kekasih. Lantas pada akhirnya, dia cuma bisa tersenyum pasrah kala meneruskan, "Seratus persen salah dan aku bersumpah akan menyumpal mulutmu dengan kaus kaki Namjoon yang belum dicuci selama seminggu andaikan kamu masih bertanya hal yang sama lagi."

Yoongi memandang kebingungan. Bingung mesti menanggapi dengan kalimat apa sebab dia nyatanya juga merasa begitu bersalah, tetapi Yoongi memang tak punya pilihan lain lagi. Jadi dengan menghela napas bersama vokal yang terdengar cukup pelan, pria itu menjawab, "Kemarin, dia terlihat begitu menderita, Kak. Selama ini aku sudah menganggapnya seperti adik sendiri dan seorang kakak tentu tak bisa diam saja tatkala melihat adiknya tengah bersedih, bukan?"

Serim tersenyum tipis. Perlu beberapa saat lamanya bagi dia untuk menyadari jika kekasihnya betul-betul tidak pernah ragu untuk menyatakan bahwa dia tak akan membiarkan presensinya lenyap barang sementara dari hidup seorang Im Seilhwan. Yah, itu sebuah realitas mutlak. Pernah sekali Serim memaksa pria itu untuk lebih mementingkan waktu kencan mereka ketimbang menemani Seilhwan yang tengah sakit demam di rumahnya dan Yoongi malah berkata dengan ekspresi semacam dia baru saja memperoleh kabar kecelakaan seseorang yang dia sayangㅡromannya begitu menyedihkan sampai akhirnya lagi-lagi Serim harus memaksakan dirinya untuk kembali mengalah, "Seilhwan sedang demam sekarang dan aku tentu tak akan membiarkan dia berada di rumah itu sendirian, Kak. Lagipula kita masih bisa melaksanakan kencannya di lain waktu, 'kan? Aku janji."

[1] Panasea ㅡ P.jmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang