33. Blue Hearts

600 73 33
                                    

... kesurupan apa ya kok aku bisa update cepet :"D

...











ㅤㅤㅤSUASANA MALAM YANG SUNYI, secara dramatis, nyaris terasa selayaknya bayangan kematian yang hendak mengerumuni—memeluk kuat, menghancurkan, arkian melenyapkan kedua anak Adam di dalam ruangan menjadi potongan-potongan nyawa yang siap dilemparkan ke neraka jahanam. Lantas di sana, seolah bumantara baru saja menjatuhkan ribuan batu api persis di atas kepala tatkala Kim Taehyung berhasil membuka pintu kamar bersama kedua netra yang memerah, sedangkan Park Seilhwan masih bertahan dengan hati yang hampir retak di balik selimut ranjang.

Taehyung?

"Seil?" Sebuah panggilan disertai bunyi askes yang terbuka serta-merta menginterupsi, tertangkap jelas hingga sanggup membuat kedua netra si gadis sontak terbuka. "Aku masuk, ya."

Seilhwan menahan napas. Kesadarannya mendadak kembali bangkit ke permukaan. Pandangannya berputar hebat. Kegelapan di ruang kepala seolah baru saja diaduk paksa, digantikan dengan segenap kata dalam layar ingatan yang diluncurkan bersama wajah seorang pemuda bersurai secerah siang—manik gelapnya memandang sulit pada Seilhwan kala menukas pelan, "Jangan lupa kunci pintu kamarnya jika kamu ingin bergegas tidur, Seil." Dia tersenyum. Hangat. Tulus. Manis dan menenangkan. "Aku mencintaimu. Selamat tidur. Kalau ada apa-apa, panggil aku saja, ya."

Kunci pintu— Seakan baru saja tertampar oleh kebodohannya sendiri, Seilhwan buru-buru menegakkan tubuh dan melempar atensi terhadap sosok Taehyung yang kini tengah melangkah untuk mendekat ke arahnya. Sial, kenapa aku bisa lupa?

Perasaan gelisah yang kerap berdiam diri dalam benak si gadis kalakian sukses kembali terbit ke permukaan. Firasatku tidak enak. Hampir semacam tidak memercayai penglihatannya sendiri dan memastikan jarum pendek pada jam dinding akan mendekati angka dua, Seilhwan kemudian lekas bersandar pada kepala ranjang dan menggenggam selimut kuat-kuat untuk menutupi tubuh.

Mau sebanyak apa pun Seilhwan berharap bahwa ini semua adalah mimpi buruk yang biasa menghampirinya setiap malam, maka sebanyak itu pula kegetiran akan realitas jatuh di depannya guna membanting kembali jiwa si gadis yang bahkan sudah begitu rapuh. Duduk di pinggir tempat tidur cuma bersama baju lengan pendek bercorak putih polos yang menghiasi tubuh bagian atas, Seilhwan mengamati pemuda berparas kelewat tampan dan menawan dengan surai blonde—mirip sepertinya—tersebut berkata, "Kamu belum tidur rupanya."

Lantas?

Taehyung menarik kedua sudut bibir. "Tidak bisa tidur atau bagaimana?"

Seilhwan terperanjat. Entah bagaimana, ini semua tidak terasa benar. Mengingat sang mantan yang sempat menyuruhnya untuk mengunci pintu, lalu sekarang pria itu malah menghampirinya secara tiba-tiba pada nyaris pukul dua. Manalagi, roman Taehyung kini juga entah mengapa kelihatan begitu berbeda. Pandangannya tidak seperti tadi sebelum lelaki itu mengucapkan selamat tidur padanya; bersama senyuman hangat, ketulusan, ekspresi legit dan menenangkan—merupakan sosok Taehyung yang paling Seilhwan suka. Tetapi sekarang, pemuda itu justru kembali pada persona yang berbeda—atau bahkan ini adalah karakter yang paling Seilhwan benci untuk berada di dalam tubuh mantan kekasihnya. Sebab Taehyung senantiasa bersama personanya yang satu ini tatkala si gadis kembali disakiti, kemudian lelaki itu akan mengucapkan seribu permintaan maaf dengan sosoknya yang asli.

Nyaris menggigit lidah sendiri dan menjumpai bayangan hitam kembali mengerubunginya, Seilhwan menanggapi gugup—sepenuhnya cemas dan tidak sanggup memahami, "A-aku baru saja ingin terlelap tapi kau mendadak datang, Tae. Ada apa? Butuh sesuatu?"

"Aku membutuhkanmu." Si pemuda menatap sulit. Terselip rona merah pada wajahnya—mabuk, ya? Tetapi Seilhwan tidak dapat menangkap aroma alkohol di sekitar tubuh Taehyung. Ekspresinya kelihatan gelap, rambutnya berantakan. Dia meneruskan, "Mungkin karena hal itu, aku jadi merasa kesulitan untuk tidur?"

[1] Panasea ㅡ P.jmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang