26. Falling Apart

1K 133 121
                                    

Cuma mau bilang, dikit lagi ending. Makasih hehe.

...

"Tidak ada manusia yang benar-benar memiliki hati seputih awan di dunia ini, Seil." —adalah kata-kata yang serta-merta menggema di dalam kepala. Suara tersebut terdengar tanpa intonasi, datar, hampir menyamai ekspresi yang senantiasa Jungkook tunjukkan padanya. "Maka dari itu, janganlah sesekali kau mudah lengah akan perbuatan baik dari para manusia. Sebab beberapa pelukan yang orang beri padamu kadang kala mempunyai alasan tertentu atas tindakan tersebut. Pada realitasnya, mereka barangkali tidak mempunyai afeksi setulus itu dalam mendekapmu dengan begitu erat." Pemuda tersebut sekilas menghela napas, meminum kopinya yang masih hangat sebelum kembali mendongak memandang gadis di hadapannya yang terlihat begitu kacau. "Terkadang, beberapa orang melakukannya hanya karena supaya mereka bisa menancapkan pisaunya dengan tusukan yang kelewat dalam pada punggungmu sampai mampu menembus tulang."

Ah, dia benar.

Barangkali, alasan terbesar mengapa Seilhwan tidak lagi mudah menerima sosok baru dalam hidupnya kini adalah lantaran jiwanya yang suka berteriak atas presensi luka yang telah terukir abadi di dalam diri. Kesakitan tersebut berhasil tercipta oleh eksistensi lelaki yang telah berhasil mencuri hatinya tanpa izin dengan sikap manis nan baik hati yang ditunjukkan pada awal-awal pertemanan. Itulah mengapa perkataan Yoongi tadi selalu wanita itu simpan di tempat khusus dalam memori—kadang kala kembali menggema tanpa permisi untuk menemaninya di alam bawah sadar demi memberi peringatan mengenai Seilhwan yang jangan sampai membiarkan dirinya kembali terpedaya kemudian terluka untuk yang kesekian kali. Tetapi pada detik setelahnya, iris Seilhwan mendadak berhenti terpejam.

Rupanya kini raga perempuan tersebut masih membeku di dalam rengkuhan hangat si pemberi pilu. Wanita itu serupa baru saja dihancurkan. Luka kemarin yang masih terasa basah bahkan kembali memperoleh goresan tanpa ampun. Hatinya meringis. Netra coklatnya melebar. Dia menjumpai seorang lelaki yang tahu-tahu sudah berada persis di depan matanya tanpa eksistensi setitik disparitas; menyikap tubuhnya dengan begitu mesra di balik selimut yang sama, tanpa secuil pakaian yang melapisi tubuh, bersama netra yang tertutup dengan begitu tenang serta napas yang berhembus secara beraturan.

Kemudian tatkala ingatannya mengenai apa yang sempat terjadi semalam—sekilas bayangan buram tentang kegiatan macam apa yang telah dia lakukan bersama sang mantan dengan begitu panas di bawah pengaruh alkohol yang mendominasi—seketika melewati ruang kepala, Seilhwan mendadak menarik raganya, arkian menyadari bahwa tubuh bagian atasnya kini benar-benar tidak mengenakan pakaian apapun. "Oh, sial," gumamnya kelewat pelan sembari buru-buru menutupi seluruh badannya dengan selimut. Dia seketika mencoba untuk bangkit kendati kepalanya masih betul-betul terasa pusing karena efek soju yang telah diminumnya semalam dalam ukuran yang lumayan banyak.

Seolah baru saja menjumpai jasad seseorang dengan wujud mengenaskan di depan mata, Seilhwan kalakian mencoba untuk tidak membenturkan kepalanya sendiri ke dinding saat kedua penglihatannya perlahan mendeteksi segenap goresan serta luka yang tertanam cukup dalam pada permukaan kulit cantiknya di banyak bagian; beberapa jejak bercorak ungu yang tertangkap jelas mendominasi tulang selangka serta lehernya, segenap cakaran kuku yang menghiasi lengan bagian atas, bekas gigitan di kulit paha dan terakhir—entah luka macam apa yang telah terbentuk juga di permukaan punggungnya. Seilhwan tentu tidak dapat melihat jelas cedera serupa apa yang telah membuat tubuh bagian belakangnya terasa cukup perih seperti ini, namun yang pasti—itu bukanlah sekadar luka yang memiliki segelintir takaran, benar?

Lalu ketika netra elang milik Taehyung mulai terbuka—menyadari Seilhwan yang tahu-tahu tertangkap sedang duduk di sampingnya dengan wajah sendu bersama segenap jarak, pria tersebut serta-merta ikut menegakkan tubuh, menatap bingung. "Kamu sudah bangun," katanya tiba-tiba. Taehyung sama sekali tidak menunjukkan roman prihatin yang mengawai pandangan, tatapannya kalem, auranya tegas. "Kepalamu masih sakit?"

[1] Panasea ㅡ P.jmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang