24

1.5K 270 7
                                    

SUDUT PANDANG ORANG KETIGA


Tidak terasa, 1 minggu berjalan begitu cepat.

Sekarang mereka semua sudah berkumpul di depan stasiun kereta.

"Y/n-chan! Jaga diri mu! Jangan lupa makan dan jadi anak yang baik." Kata Emma sambil memeluk erat Y/n. Dengan senyuman lebar Y/n membalas pelukannya, "Iya, Bund." 

"Pelukannya udah belum? Aku mau!" Keluh Mikey yang berdiri di belakang Emma seakan menunggu antrian.

"Pelit banget! Setiap hari kau peluk Y/n-chan dan saat aku suruh lepas malah gak mau. Giliran aku malah di suruh cepetan." Cibir Emma. 

Acara perpisahan kecil itu selesai karena Y/n harus segera masuk ke stasiun.

"Kita gak ikut masuk aja?" Tanya Mikey. "Kalian kan gak ada tiket." Jawab Y/n sambil memegang ganggam koper nya setelah Emma melepaskan pelukan itu. "Gak perlu ada tiket kita bisa masuk kok." Jawab Baji seakan dia siap menghajar siapa pun yang mengahalangi jalannya untuk masuk. "Udah udah, jangan buat masalah di tempat umum." Tegur Mitsuya.

Hari ini, Takemichi tidak datang, lebih tepat nya dia sudah pergi ke masa depan.

Sayang sekali, padahal tadi nya aku ingin beri tahu Take-chan soal ide ku. Pikir Y/n saat ingat beberapa hari lalu dia ingin ajak Takemichi ngobrol tetapi dia terlihat bingung dengan perkataan Y/n sehingga Y/n pun membuat kesimpulan kalau dia sudah pergi ke masa depan.

"Kalau begitu, sampai jumpa semua!" Seru Y/n dengan wajah berseri- seri.

"Kenapa kau terlihat senang saat kau mau pergi?" Keluh Mikey sambil memeluk nya. "Tidak baik bersedih terus. Setidaknya kita masih bisa bertemu." Jawab Y/n sambil membalas pelukan Mikey.

Mereka pelukan selama beberapa saat, "Udah, Mikey. Aku mau berangkat." Kata Y/n sambil berusaha mendorong Mikey tetapi lagi- lagi dia gak mau lepas, bahkan pelukannya makin kencang membuat dia gak bisa nafas. Setelah bantuan satu geng itu, Y/n bisa lepas dari pelukan maut itu.

"Y/n! Cepat pergi sebelum dia tambah kesetanan!" Seru Draken saat bantu menahan Mikey yang berontak seperti orang kesurupan. Semua orang yang lalu lalang melihat kelompok anak- anak itu seakan mereka orang gila.

"Ok! Jangan nakal selama aku gak ada, Mikey! Dengerin perkataan Draken dan Emma-chan!" Seru Y/n lalu berlari kearah pintu masuk.

Begitu sosok Y/n sudah tidak terlihat, kesetanan Mikey mulai menghilang, "Aku benci kalian..." Cibir Mikey dengan murung. "Sudahlah, Mikey. Dia tidak akan pergi selamanya. Kau masih bisa kirim pesan dan menelfonnya." Kata Emma sambil menunjukan hp Y/n kearah Mikey.

"Tunggu, kenapa hp Y/n ada di kamu?" Tanya Mikey sambil nunjuk hp Y/n di tangan Emma. 

Semua terdiam sejenak sebelum bertingkah seperti orang kebakaran jenggot.

"Petugas! Pak! Ini hp teman saja ketinggalan! Saya mau masuk!" Seru Emma sambil nunjuk hp Y/n ke petugas yang sedang berjaga. Sebelum petugas itu bisa menjawab, Mikey menyolong hp Y/n yang ada di tangan Emma lalu menerobos pintu masuk Stasiun. 

"Hey!" Seru Emma. "Idih gak ngajak- ajak!" Keluh Baji sambil ikutan nerobos masuk membuat para petugas mengejar mereka berdua.

"Yaampun.." Gumam Mitsuya sambil menepuk jidat nya dan menghela nafas pasrah.

"Kalian! Berhenti!" Seru para petugas yang mengejar Mikey dan Baji. Mereka berdua kehilangan jejak Y/n di tengah keramaian.

"Dia menghilang nya cepet banget." Keluh Mikey. "Kita tanya petugas nya saja." Kata Baji sambil menunjuk para petugas yang berlari mengejar mereka. "Oh! Ide bagus!" Jawab Mikey sambil menghentikan langkah nya, begitu pula Baji.

"Akhirnya kalian ber-" Sebelum salah satu petugas itu selesai bicara, dia langsung di hajar Baji, "Oi! Dimana kereta menuju Akita?" Para petugas tentu nya tidak menjawab dan berusaha menjatuhkan mereka namun dengan mudah Baji menghabisi mereka. Semua orang yang melihat kejadian itu berlari menjauh dengan takut.

Mikey pun jalan mendekati salah satu petugas dengan tatapan seram, "Jika kau masih mau hidup, beri tahu aku dimana letak kereta yang akan berangkat menuju Akita."

Dengan ketakutan, petugas itu pun memberi tahu dimana lalu mereka berdua langsung berlari menuju tempat yang di tunjuk.

"Mereka benar- benar sinting. Mereka bisa masuk penjara." Keluh seorang laki- laki dengan rambut hitam bowl cut namun terlihat sedikit berantakan dan tidak beraturan karena rambut bergelombangnya, "Gak apa lah ya, paling Kisaki bakal keluarin mereka dari penjara lagi." Gumamnya sambil jalan keluar dari stasiun itu dan melewati para petinggi Touman dan Emma yang terlihat kewalahan.

"Akhirnya kau datang juga, Boss." Kata Rindo yang bersender ke dinding stasiun. Dia tidak terlihat senang. "Maaf, lama ya~" Kata pria itu dengan senyuman konyol. "Enggak lama kok." Jawab Ran dengan ramah tepat sebelum Rindo menjawab dengan kesal. 

"Tch!" Keluh Rindo sambil membelakangi mereka berdua.

"Apa kalian sudah makan siang?" Tanya pria itu dengan senyuman lebar. "Belum, Boss." Jawab Ran. "Kebetulan sekali, aku juga belum makan. Ayo kita makan!" Ajar pria itu yang di panggil Boss.

"Tentu, kita mau makan apa, Boss?" Tanya Ran. "Hm, bebas. Terserah kalian saja." Jawab Boss.

"Kebetulan aku tau sebuah restoran yang enak." Kata Ran. "Kalau begitu ayo!" Seru Boss lalu Ran mengajak Boss itu untuk naik ke sepeda motor nya karena dia tau Rindo tidak mau memboncengi nya karena lagi kesal pada Boss mereka yang dateng nya telat banget, "Biar aku bonceng saja, Boss."

"Tentu~" Jawab Boss itu lalu mengikuti mereka ke tempat motor mereka terparkir. Sebelum dia melangkah lebih jauh, ia menoleh kebelakang, tepat nya ke Emma dan lainnya. Dia memberikan senyuman terakhir sebelum ia kembali menghadap depan dengan wajah serius.


Bersambung...

My One and OnlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang