Chapter 1

51.6K 1.4K 131
                                    

Harap berkomentar yang sopan disetiap chapter!
Silahkan ekspresikan pengalaman baca kalian dengan lebih bijak. Terimakasih

Happy reading...

*

*

*















Nala melangkah terburu buru hingga sampai di kamar Pandu.

"Mas Panduu bangun!" Teriak Nala sambil menggoncangkan tubuh Pandu yang masih bergelung nyaman di tempat tidurnya, tapi bukannya bangun, lelaki itu malah menutup kepalanya dengan selimut, berbalik arah, enggan.

"Mas bangun, ntar kita telat"
Kemudian Nala menyingkap selimut Pandu yang menutup tubuhnya, menampilkan Wajah pandu dengan khas bangun tidurnya.

Mengacak rambutnya pelan, dan mendesis sebal, Pandu melihat Nala disebelahnya sedang menyengir tanpa merasa bersalah.

"Telat apaan, kelas gue dimulai jam 10, sana lo, gue mau lanjut tidur" Putus Pandu singkat lalu kembali masuk dalam selimutnya.

"Aaa.. Jangann, maksudnya Nala tuh mau nebeng bareng Mas, hehe" Cengirnya, sembari menahan Pandu.

"Nggak. Lo gak pernah bayar uang bensin"

"Isss, Bangun Mas" Rengek Nala, yang diacuhkan Pandu.

"Terserah lo, gue mau lanjut tidur, sana!"

Melihat respon Pandu dan jam yang beberapa menit lagi akan sempurna menunjuk angka delapan, Nala bergegas keluar dari kamar tersebut dengan senyum jahilnya.

***

"Dasar tukang ngadu" geram Pandu yang dibalas Nala dengan kekehannya. Sebab tidurnya harus berakhir dengan paksaan dan omelan sang Mama.

"Lagian Mas Pandu tuh kebo banget, walaupun masuk jam 10 bukan berarti mesti bangun jam 10 juga, yakan Tante?"

Yang langsung diangguki Rida, Mama dari Pandu.

"Yaudah gih sana berangkat ntar Nala telat lagi" saran Rida.

"Enak aja, mau sarapan dulu, laper" kemudian Pandu meraih pinggan kosong yg tersaji.

"Udah Nala siapin kok, nih" ujarnya memperlihatkan bekal yg ia sipakan "Ntar Nala suapin di mobil".

Nala Ayudya Wirawan dan Pandu Anggara Hardinata sepasang anak manusia yang sudah menjalin hubungan persahabatan sejak 15 tahun lalu.

Tepat disaat Nala yang masih gemoy secara gak sengaja bersin yang ingusnya nyembur ke muka ganteng Pandu yang saat itu berumur 6 tahun.

Walaupun semua itu di mulai dengan insiden jelek yang buat Pandu nangis kejer karena kena ingusnya Nala, namun akhirnya mereka bersahabat.

Sebab beberapa hari setelah kejadian itu Nala kecil Jadi tetangganya. Dan berlangsung sampe detik ini.

"Gue gamau terinya"
"Daun sop nya juga tuh"
"Itu cabenya ke ikut"

Pusing dengan omelan Pandu, langsung saja Nala memasukkan suapan besar langsung ke dalam mulut Pandu.

"Jangan banyak banyak mulut gue gak muat" omel Pandu saat makananya tertelan.

"Lagian ribet banget, selagi masih bisa dimakan kenapa gak dimakan sih" kesalnya, namun tetap memilih nasi untuk suapan selanjutnya.

"Lo sendiri yang nawarin tadi, ya salah sendiri"

"Ni, aak.." yang langsung di sambut Pandu dengan mulutnya. Hingga beberapa suap berikutnya.

"Udah. Minum"
Menutup bekalnya, kemudian Nala menyodorkan minum yang terlebih dahulu ia buka tutupnya.

Beberapa menit setelahnya hening, Sekilas mata Pandu melirik Nala yang sedang asik mengetik sesuatu di hp nya, Merasa diabaikan.

"Lo tuh Maba, gak usah deh kecentilan deket deket sama kakak kelas, mereka tuh jahat, brengsek" Jelasnya yang membuat fokus Nala teralihkan.

"Berarti Mas Pandu juga jahat gitu? Brengsek?"

"Eh, ya-ya enggak lah. Lo kan tau sendiri gue gimana" yang kemudian di angguki Nala.

"Berarti gak semua begitu kan? Masih ada yang baik kayak Mas Pandu, hihi" Bela Nala.

"Lagian lo chatan ama siapa sih" tanyanya penasaran.

"Sama Debi Mas, temen satu kelas Nala"

"Lagian nama kok Debi, buat bingung aja, itu cewek atau cowok?"

"Cewe Mas, masa gatau sih, yang pernah minta foto bareng Mas"

Pandu mengangguk "Bagus deh, gak usah deket-deket cowok, ntar gue bilangin ke Tante baru tau lo" Ancamnya.

"Iya-iya" Patuh Nala.

Mobil berhenti tepat di gerbang masuk.

"Gue anter sampe sini aja ya, mau jemput Raisa"

Yang seketika menciptakan raut cemberut di wajah Nala.
"Kalo Mbak Raisa aja langsung gercep" nyinyirnya yang malah membuat Pandu gemas sendiri.

Bak seringan kapas ia pindahkan tubuh Nala ke pangkuannya. Menggigit gemas pipi gadis itu.

"Apa sih, bau tau" omel Nala sambil mengusap bekas gigitan tersebut.

"Enak aja bau, harum gini, haaa, haaa" Jailnya mengarahkan hembusan nafasnya ke wajah Nala, spontan Nala menutup hidungnya.

"Mas, Nala udah telat nih, turunin"

Menghentikan aktifitasnya, Pandu melihat jam tangan nya, sudah jam depalan lebih 5 menit.

"Ntar habis kelas jam berapa?"

"Jam 12"

"Yaudah, ntar gue yang anter pulang"

"Nggak, Mas lama" tolaknya "yauda ih turunin" rengeknya sembari menggoncang-goncangkan tubuhnya.

Shit!

Pandu mengumpat dalam hati merasakan bokong itu berbentur dengan miliknya di bawah sana, menciptakan sensasi ngilu dibawah sana.

"Ah, Stop Nala!"

"Eh, Mas kenapa? Berat ya? Makanya turunin Mas"

Nala merasa bersalah melihat raut wajah Pandu seperti keberatan memangku tubuhnya.

"Ya sabar." Balas Pandu yang langsung menurunkan Nala, juga menyusul dirinya.

"Nala mau masuk, udah gih sana jemput Mbak Raisa"

"Muka lo tuh udah jelek, jangan manyun gini, nambah jeleknya"
Imbuhnya, tangan Pandu terangkat menata beberapa helai rambut Nala yang berantakan.

Nala yang tingginya hanya sebatas bahunya, merasa puas melihat wajah ganteng Pandu dari bawah penglihatannya.

"Gih sana masuk"

Nala mengangguk "Nala masuk dulu, Makasih ya Mas"





Votenya Jangan lupa guys

Pandunala (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang