Chapter 18

11.7K 528 6
                                    

"Dari mana lo, kanapa baru balik?" interogasi Pandu saat Nala melangkah masuk.

Untung saja Nala sudah memasukan obat obatan yang di tebusnya kedalam tas, sehingga ia tak perlu menjelaskan apapun mengenai kandungannya.

"Dari rumah Debi Mas, tadi ada tugas kelompok" bohongnya.

"Mana hp lo? Kenapa telpon gue gak diangkat?" sambungnya lagi kemudian.

"Maaf Mas, hp Nala kehabisan batrai" sesalnya.

"Apa Mas sudah makan? Mau Nala siapkan makan malam?" Tawar Nala dengan senyum, yang manis sekali dimata Pandu.

"Gue udah makan" jawab Pandu ketus.

Nala menganguk. "Mungkin ada sesuatu yang Mas mau Nala melakukannya?" Tawarnya lagi.

"Gak!"

"Yauda, kalo gitu Nala kekamar dulu ya Mas, mau mandi" Ujar Nala, kemudian melangkah pergi, Namun langkah nya terhenti sebab Pandu memegang tangannya.

Nala berbalik.

"Buatin jus mangga" Ucap Pandu.

"Nala belum beli buah Mas" Ujar Nala, sebab wanita itu memang belum berbelanja kebutuhan mereka.

"Yauda, teh deh" Ucapnya kemudian.

"Sekarang atau Nala boleh mandi dulu?" Ujar Nala setelahnya.

"Yaudah deh lo mandi dulu aja, bau" Ujar Pandu yang langsung membuat Nala cemberut.

Spontan wanita itu mengendus bau tubuhnya, sedang Pandu berusaha sekuat tenaga menahan kekehannya.

"Engga kok, masih wangi" Ujarnya polos.

"Kan gue yang nyium, dan menurut gue bau" Ujar Pandu tak mau kalah. "Yauda sana cepetan mandi!" titahnya kemudian.

Namun Nala tidak beranjak " Sana buruan" titah Pandu lagi.

Nala hanya diam, namun pandangan matanya jatuh pada lengan Pandu yang masih erat memegang pergelangan tangannya.

Pandu yang tersadar, segera melepaskan tautan tangan mereka, sedang Nala tampak tersenyum.

"Sebentar ya Mas" Ujar Nala yang kemudian langsung melangkah, berjalan menuju kamarnya.

***
Terlihat Nala sedang berkutat di mini pantry mereka, sejak itu pula pandangan Pandu tak terlepas darinya.

Wanita itu terlihat cantik dengan piyama donkernya, rambutnya tergerai indah.

Tangan mungilnya kini tampak mengaduk gelas berisikan teh untuk melarutkan gulanya.

Kumudian Nala melangkah menuju Pandu dan meletakkan segelas teh itu di hadapan Pandu.

"Ini tehnya Mas" Ujarnya seraya duduk menempati kursi kosong yang berhadapan pada Pandu.

"Gimana kerjaan hari ini Mas? Semuanya lancarkan?" Tanya Nala kemudian berharap mereka dapat berbicara dengan hangat, seperti dulu.

Namun bukannya menjawab Pandu hanya terlihat tak acuh.

Nala tersenyum, mencoba meredakan radang hatinya, Pandu belum bisa menerima Nala juga bayi dalam kandungannya. Itu sebuah hal yang wajar, di luar sana anak muda seusia Pandu sedang menikmati masa muda mereka, sedangkan Pandu, ia malah terjebak dalam pernikahan ini dan telah dibebani tanggung jawab besar. Nala mengerti, Pandunya butuh waktu untuk semua situasi ini.

"Maafkan Nala ya Mas" Ujar Nala merasa bersalah. "Maafkan Nala karena sudah menyusahkan Mas Pandu" Sambungnya lagi.

Tiba tiba Pandu menggenggam jemari Nala dan menatap dalam mata wanita itu.

Pandunala (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang