Chapter 6

17.4K 948 13
                                    

Terlambat, dikunci di kamar mandi, dan sekarang Mas Pandu marah padanya.

Nala berjalan dengan Air mata tak henti mengalir dari mata indahnya.

"Mama" Gumamnya pelan.

"Nala kangen Mama, padahal baru juga ditinggal satu hari" ucapnya.

Ia kemudian merogoh tasnya untuk mengambil hp berniat menghubungi Debi, berniat meminta bantuan sahabatnya, Namun secara tiba tiba tas miliknya ditarik paksa oleh seseorang yang berkendara.

"Tolongg, jambret!" teriaknya, sembari berlari mengejar jambret tersebut.

Namun percuma sebab jalanan itu sepi, hanya beberapa kendaraan yang lewat. Bahkan kendaraan yang lewat pun hanya acuh mendengar teriakannya.

"Awh" Ringisnya saat kakinya terasa sakit.

Ia berhenti, hanya bisa melihat sepeda motor tersebut semakin jauh dari pandangan matanya dan menghilang.

"Tas Nalaa" Isaknya.

"Sekarang harus gimana, Nala gatau harus kemana" ujarnya terisak.

Nala terus berjalan walau tak tau harus kemana, paling tidak ia harus menemukan rumah warga untuk meminjam telepon, untung saja ia hapal benar nomer Pandu.

"Nomor yang ada tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan"

"Sekali lagi ya Bu" ujar Nala untuk kesekian kalinya.

Dan jawabannya pun tetap sama.

'Kemana Mas Pandu?, Apa masih marah sama Nala?' batinnya.

"Cepet dong dek, saya juga mau pake" Ujar pemilik hp tak sabaran melihat Nala yang sudah hampir 20 menit memegang hp nya.

"Maaf ya buk, Makasih udah pinjemin Nala" ujarnya.

"Iya iya" Jawabnya malas dan segera masuk kedalam rumahnya.

Kaki Nala kembali melangkah, menapaki jalanan dengan hari yang mulai menggelap.

"Aw, sakitt" Ringisnya.

Nala mendudukan sembarang tubuhnya di pinggiran jalan, membuka alas kakinya, dan terlihat bagian tumitnya yang telah memerah.

"Kaki Nala lecet" gumamnya.

Nala kemudian kembali berdiri dan memutuskan berjalan tanpa alas kaki hingga seseorang pengendara sepeda motor yang melaju cepat menyenggol tubuhnya, menyebabkannya jatuh tak sadarkan diri.

***

Setelah menyelesaikan pembayaran administrasi, Reno berjalan menuju parkiran dan langsung mengendarai motornya keluar dari area rumah sakit.

'gadis itu' gumamnya saat melihat Nala, gadis yang ia serempet tadi.

Nala berjalan di sisi kiri jalan dengan sempoyongan dan tanpa alas kaki, melihatnya Reno iba, dan kembali menghampiri gadis itu.

"Naik" titahnya langsung.

Dan Nala pun spontan menoleh. Ia tersenyum manis, namun kemudian memelas kembali setelah mengingat sesuatu.

"Tapi Nala gak tau jalan pulang" Ujarnya lesu.

"Alamat?" Tanya Reno kemudian. Yang dijawab Nala dengan anggukan.

"Yauda cepet naik, ntar kita cari bareng bareng" ucapnya kemudian.

Setelahnya Nala pun Naik, cukup lama waktu yang mereka butuhkan untuk menemukan alamat Nala, dan rumah Nala juga memang cukup jauh.

"Yang ini Pak" tunjuk Nala setelah sampai di depan rumahnya.

Kemudian ia turun "Bapak mau Nala ambilin minum dulu?" tawarnya kemudian mengingat perjalanan jauh yang ditempuh mereka.

"Gak usah" jawabnya ketus.

Setelahnya Reno langsung menyalakan motornya berniat pergi, hingga suara teriakan terdengar.

"Nala!!" pemilik suara keras itu menghampiri mereka.

Wajah Pandu memerah menahan amarah, setibanya Pandu, langsung saja tinjunya mendarat tanpa aba aba pada Reno.

"Brengsek, jangan pernah lo deketin dia dan jangan pernah sentuh sedikit pun!" uajrnya emosi.

"Mas Pandu!!" Teriak Nala langsung menarik lelaki itu menjauh dari Reno.

"Dia Asdos Nala Mas, dan yang anterin Nala pulang" jelas Nala tak enak hati.

Reno menyunggingkan senyum, "Kenapa? Takut gue hamilin lagi?" ujar Reno malah mengejek.

Mendengarnya, Pandu kembali mendaratkan tinju ke arah Reno yang berhasil di tangkisnya.

Mereka terlibat baku hantam, pukulan pukulan keras diarahkan satu sama lain.

"Mas Pandu, udah Mass" teriak Nala, Namun tak sedikit pun membuat Pandu berhenti.

"Bangsat lu" Maki Pandu diiringi dengan tinjunya yang membuat Reno akhirnya tumbang.

"Kita gak ada bedanya" jawab Reno santai.

Pandu kembali mengepalkan tinjunya ke arah Reno, namun tertahan oleh Nala, yang menjadikan dirinya sebagai tameng.

"Mas jangan Mas" Ujar Nala sambil terisak. Takut melihat dua pria yang dengan ganasnya berkelahi di hadapannya.

Pandu menghempaskan tangannya yang digenggam Nala, kemarahan tersirat di matanya.

"akhh" pekik Nala saat hentakan itu terasa menyakitkan.

"Sini lo!" bentaknya kemudian, "Ikut gue!" bentaknya lagi sembari menyeret kasar Nala dengan langkah besarnya menuju rumah.

***

"Lo udah diapain aja sama dia hah!"bentaknya setiba mereka di dalam rumah. "Kenapa lo balik sama dia!"

"Hiks, Nala cuma ketemu dijalan mas, dan dianterin pulang" isaknya gemetar menahan takut.

"Ah brengsek!!" Makinya meluapkan amarah.

Nala hanya memejamkan matanya erat, takut melihat kemarahan Pandu.

"Gua gak suka lo deket sama dia, jauhin!"

Pandu lalu mendekat pada Nala, memegang kuat rahang Nala hingga terasa nyeri, gadis itu hanya diam dalam tangisnya.

"Gue gak akan berpikir dua kali buat sakitin lo!" sentaknya, kemudian Pandu melangkah pergi.

Tubuh Nala langsung luruh kelantai. Sedih, sakit, dan takut bercampur menjadi satu.

Malam itu adalah pertama kali Pandu bersikap kasar padanya.

Tbc.

Pandunala (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang