"Udah ga ada jadwal kuliah aktif lagi kak, jum'at kemarin kita udah pada selesai ujian semua, yang datang cuma mahasiwa mahasiswa yang remedi aja, emang Nala gak ngomong sama kak Pandu?"
Pandu menggeleng, pikirannya semakin panik kala tau jika Nala tak bersama Debi, ia langsung pergi begitu saja, meninggalkan Debi dengan wajah penuh tanda tanya
Kemarin pagi, ketika hendak pergi ke kumah sakit, Pandu tak menemukan Nala di apartment, ia mengira wanita itu sudah pergi kuliah, namun kekhawatiran seketika melanda, sebab di malam hari sekembalinya ia dari rumah sakit Nala belum juga kembali.
Ketika mencoba menghubunginya, hp wanita itu ternyata berada di apartment, malam itu pula Pandu mengunjugi rumah orang tua Nala, namun tak ditemukannya disana
Pandu mengedarkan pandang sepanjang perjalanan yang ia lewati, bagai mengingat sesuatu, lelaki itu kemudian memangggil seseorang via ponselnya "Gimana? Udah ketemu?" Tanya Pandu tak sabaran
Rahangnya mengeras kala mendengar jawaban dari seberang sana "Bodoh! Cepat cari lagi! Kerahin lagi anak anak yang lain, dan temuin secepatnya!" Berangnya, lalu memutuskan sambungan sepihak
Dada Pandu sesak seketika, entah mengapa kilasan wajah Nala yang penuh tangis tergiang di kepalanya, yang lagi lagi sebab ulahnya
"Arghh!!" Teriaknya menyalurkan emosi, tangannya menggenggam erat kemudi, lalu memukulnya keras
"Laa ... maaf La" lirihnya
***
"Heh! Buruan bangun!"
Nala mengucek mataya pelan kala merasakan tepukan di bahu
"Cepetan beberes, trus langsung buka cafenya" Ujarnya Karina- yang tampak tak bersahabat, seperti hari hari sebelumnya
"I-Iya mbak"
Nala beranjak gontai, sudah seminggu ini Nala menginap di cafe, sebab cafe memang menyediakan tempat tingggal bagi sebagian pekerjanya
Ia memutuskan pergi, selain karena untuk menenggakan diri, juga tampakknya sudah tak ada lagi tempat di hati Pandu untuknya
Cukup sudah langkahnya dalam hubungan mereka, sebab tampaknya lelaki itu memang enggan bersama
Sekarang adalah waktunya melangkah lagi, tanpa Pandu. Juga memikirkan cara bagaimana menyampaikan keadaan ini nantinya pada keluarga mereka
Nala berjalan menuju dapur, mendapati Karina di sana dan juga seorang pegawai lain- Jino, yang juga sebagai pacarnya
"Nala beberes dulu ya Mbak" Ujar Nala, yang tanpa jawaban, lagi lagi.
Namun begitu Nala berlalu, membersihkan diri, agar bersiap sebelum para pelanggan berdatangan.
Layaknya hari hari sebelumnya, banyak pekerjaan yang harus dilakukan, dari pagi hingga petang, ditambah lagi dengan keberadaanya di cafe, pekerjaan pekerjaan tak terduga sering ia adapatkan, terutama dari Karina
"Lagi rame banget" Ujar Karina "Lo aja gih yang anter nih pesanan, kalo lo yang tinggal di sini ntar keteter" sambunganya melihat ke arah perut Nala
Sebab memang pekerjaan wanita itu cukup lamban karena kehamilannya
"Emang gak bisa pake ojol aja mbak?"
Karina berdecak malas "Ini pelanggan setia kita, rumanya juga deket, ga sampe satu kiloan, ini pelanggan juga biasa kasih tip, kan lumayan" Jelasnya tampak menuntut
Nala mengangguk setelahnya, sebab ia memang butuh uang, terlalu terburu buru pergi dari apartemen, sehingga ia tak membawa apapun kecuali dompet sisa gajinya bulan lalu
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandunala (End)
RandomCheesy story Sosok yang sempuna itu adalah Pandu, setidaknya bagi Nala. Lelaki yang selalu memberinya perhatian dan kasih sayang, yang tanpa sadar telah membuatnya jatuh hati. Namun Pandu telah memiliki kekasih, dan yang Nala tau, mereka saling men...