Chapter 5

18.8K 1K 6
                                    


"Nala gapapa sayang disana sendiri?, mending disini sama Om dan Tante" Tawar Rida yang sebenarya agak memaksa.

"Iya gapapa kok tante, Nala kan udah gede" terangnya pada Rida, yang spontan membuat Pandu tertawa kekeh.

Kekehannya terhenti setelah cubitan dilayangkan Rida di lengannya.

"Mas Pandu nyebelin!!" kesalnya dengan wajah cemberut.

Burhan hanya mengelengkan kepalanya melihat kelakuan Pandu yang gemar mengejek dan menggoda Nala.

"Makanya lo ngomong yang bener" jawabnya sambil kembali menikmati makan malam mereka.

"Yauda gapapa, ntar biar tante aja yang sering kesana pantau Nala ya" Ujarnya yang diangguki Nala.

Setelah beberapa saat mereka selesai makan, Nala langsung izin pulang kembali ke rumahnya.

****

Nala berlari secepat yang ia bisa untuk meminimalisir waktu keterlambatannya.

Nala semakin menggerutu saat melihat Dosen yang menerangkan di depan kelas.

Kakinya melangkah perlahan, kemudian mengetuk pintu.

Tak ada jawaban, yang membuat Nala bimbang harus masuk, keluar, atau diam saja di ambang pintu.

Nala kembali mengetuk

"Keluar." Tegas Dosen tersebut tanpa melihat.

"Maaf Pak tapi--"

"Saya gak butuh alasan kamu, keluar sekarang!" Tegasnya kembali yang membuat Nala melangkah keluar.

***

"Karena Kak Pandu lagi?" Ujar Debi yang tiba tiba duduk di sampingnya.

Nala mengangguk.

"Ya lo prepare dong La, udah dibilang juga matkul pertama digantiin Asdos galak, lo ga baca group apa?" tanya Debi memastikan.

"Tau"

"Tadi kita ada quiz La" ujarnya yang membuat Nala melotot seketika. "Duhh, kok malah jadi ribet sihh" keluhnya

"Mending lo temuin gih tuh Asdos buat ulangan, dari pada kosong kan"

"Lain kali perhitungan La, kan banyak yang bisa bawa lo kesini, bukan cuma kak pandu doang"

"Iya Iya Nala paham kok"

"Yauda gak usah sedih, Sana temuin" titahnya.

"Sekarang Bi?"

"Lebaran La!, yaiyalah sekarang gimana sih" geramnya.

"Nala takut, gimana kalo ntar diusir lagi?" tanyanya gusar.

"Itumah urusan belakangan, usaha dulu" Debi meyakinkan.

Nala melangkah setelah dipersilahkan masuk.

"Permisi Pak" Ujar Nala lalu masuk.

"Saya Nala Ayudya Wirawan, yang tadi pagi telat, Maaf atas keterlamatan saya sebelumnya pak, saya janji gak akan terlambat lagi" ujarnya menahan takut, dengan pandangan kebawah.

"Dan juga, saya mohon izin untuk mengikuti quiz ulangan pak" Ucapnya mengutarakan maksud kedatangannya.

"Lihat lawan bicara kamu saat berbicara" Titah seseorang yang ada di depannya.

Nala mengerjabkan matanya beberapa kali melihat sosok yang ada di depannya saat ini.

"Kenapa?" tanya Reno Albaraq. Asisten dosen juga orang yang sama yang menyuruh Nala mengantar berkas kemarin.

'Nala pikir kakak tingkat' batinnya.

"Bukan apa apa Pak, Maaf" Ujarnya kemudian kembali menunduk.

"Siapa Nama kamu tadi?" Tanyanya ulang.

"Nala Ayudya Wirawan Pak" jawabnya.

"Ck, Nama panggilannya?"

"Nala Pak"

"Oke, saya tunggu jawaban qiuz kamu hari ini juga" Senyum semuringah tercetak jelas diwajah Nala.

"Tapi--Sebagai hukuman buat kamu, tulis karya ilmiah dan kasih ke saya minggu depan" tambahnya.

"Baik pak, Makasih" Ujarnya lagi.

"Lain kali jangan terlambat" ingat Reno.

"Iya Pak, Nala janji"

"Kalo gitu Nala permisi ya Pak" pamitnya

"Hmm"

"Nala?" Panggil Reno kemudian setelah gadis itu melangkah

"Tutup pintunya" yang diangguki Nala.

***

"Dari Mana lo? Dari tadi gue hubungin gak dijawab" ujarnya melihat Nala yang baru saja tiba.

"Nala ada urusan Mas" jawabnya.

"Cepet masuk!" titahnya.

"Dibelakang" Pintanya kemudian saat Nala hendak membuka pintu mobil depan "Ada Raisa"

Dengan kesal Nala kemudian masuk kedalam mobil.

"Sayang kita makan dulu ya, aku laper banget nih" ujar Raisa kemudian sembari memegang tangan Pandu di atas pahanya.

"Nala gamau makan" sambar Nala cepat.

"Gak ada juga yang ngajak" Jawab Pandu cepat.

"Kamu coba dulu deh La, makananya enak loh, pasti kamu suka, ini resto favorit aku sama Pandu" ucapnya diberengi senyum yang entah kenapa tak Nala sukai.

"Pokonya Nala gamau!" Jawab Nala dengan suara keras.

"Nala! Lo apa apaan sih, cari ribut mulu tau gak" emosi Pandu kemudian.

"Kita juga laper gara gara lo, hampir dua jam kita nungguin dan lo malah marah marah gak jelas gini?" kesalnya namun masih fokus mengemudi.

"Kalo gitu kenapa masih ditungguin?" tantangnya tak mau kalah "pacaran aja sana, Nala bisa kok pulang sendiri" tambahnya lagi.

"Nala jangan begitu, yaudah kita gak jadi--"

"Kita makan" Final Pandu.

"Nala gak" Emosinya.

Dan kemudian mobil berhenti.

"Turun" ujar Pandu kemudian.

"Sayang janga--" Pandu menghempaskan tangan Raisa yang mencoba menenangkannya.

"Gue bilang turun, lo gak denger hah!" Bentak pandu keras.

Cepat Nala bergegas keluar meninggalkan mobil itu dengan air mata yang membasahi pipinya.

Setelah beberapa saat mobil kembali berjalan Raisa meraih kembali hp nya yang terletak di dashboard.

Ia mengetik sesuatu disana dengan senyuman

Good job girls.

Tbc.

Pandunala (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang