Chapter 17

11.6K 565 12
                                    

Nala meneliti setiap sudut ruangan yang baru mereka masuki, Apartemen sederhana namun elegan, Nala menatap kagum pada setiap hal yang berada di apartemen itu.

Terdapat mini pantry, meja makan dengan dua kursi, sofa kecil yang berhadapan dengan televisi, dan lemari lemari indah.

Pandu tampak memasuki sebuah ruangan, yang pastinya itu adalah kamar mereka, Nala pun melangkah mengikuti Pandu.

"Kamar lo disebelah" Ujar Pandu tiba tiba, yang membuat Nala menghentikan langkahnya di depan pintu.

"Maksud Mas Pandu? Bukannya seharusnya Nala tidur sama Mas" Ujarnya tak mengerti.

Pandu memijat kepalanya yang agak terasa berat, lalu mendudukan tubuhnya di sisi ranjang.

"Gue capek pura pura semuanya baik baik aja" Sarkas Pandu.

"Ma- Maksud Mas Pandu apa?" ujar Nala terbata.

"Gua gak mau nikah! Gua gak mau nikah sama lo, La!" ungkap Pandu dengan nada yang meninggi.

Yang langsung membuat Nala terlonjak di tempatnya dengan air mata yang langsung menetes.

"Tapi selama ini lo pura pura bodoh!" sambung Pandu lagi.

"Seolah gak lihat kalo gue gak bahagia"

"Maafkan Nala Mas" Ujar Nala lirih.

"Udah cukup jangan berisik" Ujar Pandu sebab suara tangis Nala yang menganganggu baginya.

Pandu berjalan ke arahnya, mengeluarkan kartu hitam pipih dari dompetnya dan menyerahkannya pada Nala.

"Gue gak bisa antar jemput lo lagi, mulai sekarang lo pergi naik taksi atau apapun lah terserah"

"Gak usah repot repot masak karena gue makan diluar"

"Udah sana keluar gue mau istirahat" Usir Pandu, yang dengan berat hati dituruti Nala.

***

Pandu tidak bahagia dengan pernikahan mereka, Pandu tidak ingin menikah dengannya, Pandu tidak mencintainya.

Ternyata itulah alasan dibalik sikap Pandu selama ini.

Bulir air mata kembali jatuh untuk yang kesekian kalinya, Nala merindukan sosok Pandu yang hangat, yang memeluknya dengan hangat, mengecup kepalanya lembut, kemana perginya Pandunya yang dulu. Mengapa bisa berubahan tiba tiba sekali.

Dengan kasar Nala usap air matanya walau bulir yang lain membasahinya lagi.

Hingga akhirnya kantuk membawa sedih itu dari dirinya.

***

"Sarapan dulu Mas" Tawar Nala dengan senyumnya saat melihat Pandu dengan setelan rapinya berjalan melewatinya.

Lelaki itu semakin tampan dengan seragamnya.

"Gue kan udah bilang gak usah masak" Jawab Pandu cepat.

"Ini kewajiban seorang isteri Mas, ini kewajiban Nala" Balas Nala.

Sekilas Pandu melihat sarapan yang sudah tersaji di meja makan.

"Gue udah telat" Jawab Pandu kemudin.

"Kalo gitu Nala bekalin buat Mas ya" Tawarnya lagi masih berusaha.

"Gue makan diluar aja" Balas Pandu kemudian.

Setelahnya Pandu melanjutkan langkahnya, sebab tak ingin berlama lama bicara dengan Nala.

"Mas" Panggil Nala lagi setelah lelaki itu melangkah berjalan menjauh darinya.

Pandunala (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang