Chapter 11

15.8K 712 2
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang, hampir 30 menit sudah Nala menunggu. Kembali ia melihat layar ponselnya, tak ada balasan apapun dan tetap panggilannya tidak diangkat.

"Hai la?" Sapa Kay.

"Hai Kay" Balas Nala.

"Nungguin siapa?" tanya Kayner kemudian.

"Nungguin Mas Pandu, katanya mau jemput tapi belum datang datang" Ujarnya.

Kayner menepikan sepeda motor besarnya ke sisi jalan, lalu kembali menghampiri Nala dibelakangnya.

"Nih, minum" Tawar Kainer.

Langsung saja Nala menegaknya hingga setengah, sebab ia memang benar benar haus ditambah lagi terik matahari yang menyengat.

"Haus banget ya" Ujar Kayner, yang dibalas anggukan bersamaan dengan senyum manis Nala, yang membuat Kayner tak bisa jika tak tersenyum juga.

Gadis yang telah mencuri perhatiannya sejak pertama kali gadis itu menawarkan pinjaman pena.

Wajahnya yang putih bersih, mata hazelnya yang indah, pipinya yang berisi, bibir tipis yang merah merona, hidung mancungnya, alis hitam yang tertata. Perpaduan yang sempurna.

Seperti saat ini kecantikan wanita itu terpancar dibawah terik matahari. Keringat kecil berada disekitar keningnya, ingin sekali rasanya Kainer menghapusnya, merasakan lembutnya kulit Nala.

"Gerahh" Ujar Nala, sembari mengibas ngibas tangannya berharap bisa sedikit memberi kesejukan, namun sama saja.

"Disana ada ka--"

Tin tin

Ucapan Kayner terpotong sebab tiba tiba berhenti di depan mereka.

Kaca depan mobil itu terbuka, menampilkan sosok Pandu.

"Masuk!" Titahnya langsung pada Nala.

"Kay, Nala duluan dulu ya, Mas Pandu udah dateng" ujarnya, dan Kayner hanya mengangguk.

"Cepat Laa!" titah Pandu mulai tak sabar

"Makasih minumnya ya Kay, dahhh" ujarnya buru buru lalu langsung masuk ke mobil Pandu yang langsung melaju kencang.

"Siapa?" Tanya Pandu cuek

"Kayner Mas, temennya Nala" jawab Nala.

"Sejak kapan?" tanyanya lagi

"Ya selama Nala jadi Maba dong Mas"

Pandu hanya mengangguk.

"Mas sibuk gak?" Kini Nala yang bertanya

"Nala mau masak, tapi harus beli bahan bahannya dulu, kita mampir ke supermarket ya Mas" pintanya yang kemudian dingguki Pandu.

Setelah kurang lebih tigapuluh menit berbelanja, kini mereka telah sampai dirumah, langsung saja Nala menata sayur, daging dan bahan masakan lainnya di lemari pendingin.

Sedang Pandu tampak asik menonton diruang televisi, Nala mulai memasak untuk mereka.

Setelah beberapa menit, masakan itu telah selesai. cumi asam manis dan tumis kangkung dengan porsi kecil.

"Pinter banget sih masaknya" Puji Pandu

"Iya dong" Balasnya menyombongkan diri.

Merekapun menyantap makanan itu hingga tandas.

***
"Mass, sana pulang, ini udah malem" usir Nala.

"Jangan lebay La, ini baru jam sembilan" balas Pandu yang sedang asyik menonton.

"Mas kan punya tv dirumah, sana nontonya di rumah Mas aja" ujarnya lagi.

Pandu membalikkan tubuhnya, melihat Nala yang berdiri dibelakangnya dengan piyama putihnya.

Rambut sepungunggungnya tergerai, tampak natural sekali.

"Yauda gue pulang, tapi ambilin minum dulu, haus." ujarnya yang langsung dengan semangat dituruti Nala. Pandu hanya terkekeh melihat tingkah Nala.

"Ini Mas" Ujar Nala sembari menyodorkan segelas air putih.

"Dekat Laa" Ujar Pandu kemudian sebab Nala terlihat menyisakan jarak diantara mereka.

Namun bukannya mengambil uluran gelas yang Nala bawa, ia malah menarik tangan wanita itu.

Gelas berisi air itu tumpah seketika, membasahi baju bagian depan Pandu. Sedang Nala limbung jatuh kepangkuannya.

"Mas basah" Syok Nala, berusaha bangkit dari pangkuan Pandu, namun Pandu menahannya.

Tangannya mengambil gelas kosong yang masih Nala pegang, meletakkannya asal.

Nala memalingkan pandangnnya, tercetak jelas area dada Pandu sebab kaos putihnya yang basah.

"Mas lepas, Nala mau tidur" alibinya.

"Sebentar Laa" Ujarnya, lalu dengan sekali tarikan kaos bajunya ia tanggalkan.

"Kenapa Mas buka baju" histeris Nala yang langsung menutup kedua matanya.

Pandu makin terkekeh dibuatnya, menggemaskan sekali.

"Biar lo gak ikutan basah Laa" jelasnya.

Pandu menegakkan tubuh Nala yang berada di pangkuannya. Agar lebih dapat leluasa melihat wajah Nala.

"Emang lo gak liat gue naked waktu malam itu? Hm?" sarkasnya

Langsung saja Nala menghadiahinya dengan pukulan bertubi tubi yang tiada artinya bagi Pandu.

Pukulan itu tertenti sebab Pandu merengkuhnya dengan sayang.

"Sana pulang Mas" Ujar Nala masih berusaha mengusir Pandu.

"Sebentar Laa" Balas Pandu seolah fokus menikmati kehangatan tubuh Nala.

Satu menit, dua menit, lima menit, bahkan entah sudah berapa lama, tak juga rengkuhan itu terlepas. Hingga akhirnya terdengar bunyi nafas teratur Nala. Matanya telah terpejam.

"Cantik banget Laa" kagumnya meneliti wajah Nala.

Perlahan Pandu hapus jarak diantara mereka, di kecupnya pipi lembut Nala. Pandanganya jatuh pada bibir tipis merah merona itu.

Nala melenguh terganggu, sebab permainan intens Pandu pada bibirnya, dipandangnya kembali Nala yang masih tetap memejamkan mata.

Pandu tersenyum, mengusap bibir Nala yang basah sebab ulahnya.

Setelahnya ia mengantarkan Nala ke kamarnya dan ia kembali pulang.

Tbc.

Pandunala (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang