Chapter 31

15.4K 516 13
                                    

 "gak, Nala gak mau ma.. Nala sayang sama dia, Nala gak mau bunuh dia" lirih Nala dengan air mata yang senantiasa mengalir

"mama juga sayang, tentu mama juga sayang sama cucu mama, tapi mama gak mau kamu kenapa napa"

Nala terisak di pelukan Safira "Nala gak keberatan gimanapun akhirnya, Nala mau pertahanin dia Ma.."

Safira melepaskan pelukan mereka, lalu menggeleng tak setuju "mama gak bisa sayang, maafin mama"

..."brengsek! lepasin gua!..

"Mas Pandu?" gumam Nala saat melihat Pandu yang dengan paksa masuk menerobos ke ruang rawatnya dan langsung berlari kemudian memeluk wanita itu

"Laa.." lirih Pandu mengeratkan pelukannya, namun sedetik kemudian tubuh lelaki itu kembali ditarik paksa

"keluar!" ujar Ardi penuh amarah "cepat bawa dia keluar!" ujar Ardi pada dua penjaga yang ada di ambang pintu ruangan Nala

"Pa, jangan pa.." cegah Nala dengan gerakan terbatasnya, namun tak diindahkan Ardi sama sekali, Pandu langsung ditarik keluar oleh dua orang berbadan kekar itu di ikuti Ardi dibelakangnya

"Ma.. mas Pandu ma.. jangan usir dia, Nala mau ketemu" ujar Nala, namun Safira itu hanya diam

"Ma please.. jangan diusir ma, Nala mau ketemu"

"Dia gak baik buat kamu sayang" balas Safira

Nala menggeleng kuat "mas Pandu baik ma, dia baik sama Nala, Nala mau ketemu"

"kalau dia baik gak mungkin hal sebesar ini ini gak tau, dan baru tau hari ini disaat semuanya hampir terlambat"

Nala lagi lagi menggeleng "ini salah Nala, Nala takut mas Pandu bakal suruh Nala gugurin kandungan Nala kalo mas Pandu tau, bukan salah mas Pandu ma"

"tetap itu bukan sepenuhnya alasan untuk bebasin dia dari semua kesalahannya, dari awal seharusnya memang mama gak maksa dia buat nikah sama kamu, diluar sana masih banyak laki laki yang lebih baik dari dia, berhenti dengan perasaan cinta buta kamu sayang"

Nala menolak saat safira kembali hendak memeluknya "ma please.. Nala mau ketemu mas Pandu"

Safira menggeleng "kalian gak akan ketemu lagi, segera mama akan urus surat cerai kalian setelah operasi kamu"

"Gak!" teriak Nala histeris dengan air mata yang membanjiri pipi "Mama nggak bisa lakuin itu, Nala gak mau ma, Nala gak mau!"

"itu yang terbaik buat kamu sayang"

Nala menghentak kasar selang infus yang berada di punggung tangannya "Nala!" jerit Safira seraya hendak menghentikan aksi Nala

"Nala gak mau gugurin kandungan Nala!, Nala gak mau cerai dari mas Pandu!" ujarnya seraya bangkit dari brankarnya, namun Safira mencoba mencegah dengan memegang kedua bahu anaknya itu, Nala tetap bersikeras pergi, hingga kemudian kepala Nala terasa berat dan kegelapan kembali ia rasakan.

***

Nala kembali sadar dari pingsannya, lagi lagi matanya langsung menangkap kedua orang tuanya di sofa ruangan itu, namun kali ini keduanya tampak tertidur lelap

Nala bangkit perlahan, kali ini infus yaang ada di tangannya tidak ada lagi, sehingga dengan mudah ia bergerak bangkit dari sana

..."Laa"...

"Mas Pandu" gumam Nala saat mendengar suara samar samar dari arah jendela, ia kemudian melangkah pasti kearah jendela itu lalu menyingkap tirainya, ternyata malam telah tiba dan menampilkan Pandu berdiri di sana

"Mas Pandu?.."

"Laa.."

Nala langsung menoleh kebelakang, memastikan kedua orang tuanya masih terlelap dalam tidur mereka, lalu kembali menoleh pada Pandu, dengan cepat ia membuka kunci jendala ruangan itu hingga terbuka

Jemari mereka langsung bertautan kala jendela terbuka "Nala kangen kamu mas"

"mas juga sayang" balas Pandu lembut

"Nala pengen peluk mas"

Pandu tersenyum hangat "mas juga" kemudian lelaki itu menunduk, mengambil alat yang Nala tak tau namanya "sebentar ya.." Nala mengangguk setuju

Beberapa kali Nala menoleh kebelakang, takut takut jika kedua orangtuanya bangun sebab suara suara yang dihasilkan Pandu dengan alatnya

"udah. sekang kamu naiknya pelan pelan" ujar Pandu sembari mengangakkan jendela dengan tinggi satu meter itu lebar lebar, Nala mengangguk lalu mulai naik

Setelah berhasil naik, dengan perlahan Pandu membantu Nala turun, kemudian dengan pelan kembali menutup jendela

"Mas.." ujar Nala langsung menghabur memeluk lelaki itu, Pandu membalas pelukan itu seraya mengecup lembut kening Nala

"sebaiknya kita pergi kalau gak mau ketahuan" Nala melepaskan pelukannya, lalu mengangguk

"Di sini aja" ujar Pandu ketika mereka tiba di tempat duduk sekitar taman rumah sakit

"emang udah aman di sini mas?" alih alih menjawab Pandu menuntun Nala duduk di bangku itu

"mungkin, lagi pula bodyguard papa mungkin lagi molor"

Nala tersenyum, lalu menyandarkan diri ke dada bidang Pandu, ia mendongak, lalu mendapati Pandu yang tersenyum padanya

Jemari Nala mendarat ke sisi wajahnya "sakit ya mas?" ujar Nala kemudian, dengan penerangan yang minim ia masih bisa melihat rona kebiruan yang ada di sudut bibir dan tulang pipi lelaki itu

"gapapa sayang, cuma sakit sedikit" balas Pandu menggenggam jemari Nala, wanita itu kembali menunduk, membuat Pandu heran

"kenapa? Seram ya muka aku?"

Nala spontan mendongakkan wajah, lalu menggeleng "gak kok, masih ganteng"

Pandu terkekeh pelan mendengar jawaban Nala, lalu mengecup gemas pipi wanita itu

Setelahnya hening, seolah keduanya berkutat dengan pikiran mereka masing masing

"mas.."

"ya?"

"bawa Nala pergi mas, yang jauh, Nala gak mau gugurin bayi kita, Nala mau hidup sama kamu dan dia"

Nala menegakkan tubuhnya saat Pandu tak bereaksi

"kamu mau kan mas?" lirihnya sendu saat ia melihat keengganan di mata Pandu

"heii.." Pandu kembali mendekap Nala dalam pelukannya "semua akan baik baik aja, kita gak perlu pergi kemanapun"

Dengan kasar Nala bangkit dari pelukan Pandu, lagi lagi air mata menetes dari pelupuk matanya "kamu bohong!" ujarnya keras "kenapa sih kamu selalu bohongin Nala ha!"

Pandu bangkit dari duduknya segera "itu yang terbaik but kamu la, buat kita" jelas Pandu seraya mendekat meraih Nala "jangan nangis sayang, please.."

Nala langsung menangkis jemari pandu ketika hendak meraih wajahnya "kalo kamu sayang sama Nala seharusnya kamu mau ikutin apa yang Nala minta, bukan malah biarin Nala di sini"

Nala tertawa miris kemudian "Nala emang bodoh, Nala yang selalu cinta sama kamu mas, tapi kamu gak pernah cinta sama Nala"

Pandu menggeleng "itu karena aku cinta sama kamu laa, aku gak mau kamu kenapa napa" ujar Pandu

"dia juga anak aku laa, aku sayang dia, tapi aku lebih sayang kamu"

"aku memang bukan seorang ibu, aku hanya berusaha untuk paham keadaan kamu, tapi bagaimana pun, keberadaan dia bahayain kamu, aku gak mau itu terjadi"

"gimana kalo seandainya posisinya di balik la, apa yang bakal kamu lakuin? Apa kamu bakal bawa aku pergi juga?"

Nala menunduk dengan air mata yang tak bisa dibendung, ia tak tau jawaban untuk itu, namun sekarang disinilah ia, dan yang paling penting ia tak ingin membunuh bayinya sendiri, setelah mendengar penuturan Pandu, tentu Nala salah jika berharap pada lelaki itu

Nala melangkah perlahan kemudian, namun dicekal Pandu segera

"mau kemana la?"

"Nala mau balik"

"La—"

"Nala mau balik mas!"

TBC

Pandunala (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang