Chapter 28

11.8K 525 7
                                    

Nala berjalan tanpa arah dengan air mata yang terus mengalir, ia cinta Pandu, sangat sayang sekali dengan lelaki itu, ia juga tak ingin bercerai, namun hidup bersama lelaki itu sepertinya bukanlah takdir hidupnya.

Nala berhenti kala merasakan pergerakan aktif bayi dalam kandungannya, ia kemudian mendudukkan diri di salah satu bangku di tepi jalan, ia memang sudah berjalan cukup jauh.

Berniat datang lebih awal untuk mempersiapkan kedatangan Rida esok, namun ia malah menemukan hal yang lagi lagi menyakiti hatinya

"maafkan Nala ya, ini pilihan Nala sekarang" ujar nala yang lagi lagi menitihkan air matanya

"Laa??"

Nala menoleh, mendapati Reno di depanya

"gua kira salah orang, ternyata bener lo" jelas Reno

Nala mengangguk kemudian menunduk sembari menghapus air matanya, tanpa menunggu, Reno langsung duduk di samping Nala

"kalau sedih ya sedih aja, gak usah malu, namanya juga manusia, punya masalah" imbuh Reno sembari menatap lurus ke depan

Setelahnya hening, hingga beberapa detik kemudian terdengar isakan Nala, dengan ragu Reno mengusap punggung wanita itu.

"mas Pandu ..., Nala sayang banget sama mas Pandu, tapi kenapa sulit sekali" isaknya menunduk

"katanya, cinta itu harus diperjuangin La, maka perjuangin semampu lo, tapi kalo udah gak bisa, lepasin, karena akan menyakiti diri sendiri akhirnya. Kita gak bisa maksa orang lain untuk cinta sama kita, untuk peduli sama kita, karena itu hak mereka, kita memang harus berjuang, tapi juga jangan lupa bahwa ada opsi pergi, kalau udah gak dihargai"

"gue gak tau apa yang bikin lo nangis begini, kerena realita atau hanya pikiran lo doang, di moment kayak gini biasanya orang gak bisa berfikir jernih Laa, that's why I'll tell you"

"kadang kita berfikir terlalu jauh hal hal negatif yang sifatnya masih asumsi, sedih dengan kemungkinan kemungkinan yang ada di kepala kita, padahal hal itu belum tentu terjadi"

"tapi kalaupun memang realitanya begitu, sedih adalah reaksi yang normal, namun tetap harus diminimalisir, karena sedih lama lama juga akhirnya akan menyakiti dan juga gak akan menyelesaikan masalah"

Reno sedikit menghela nafas kala isakan Nala mulai mereda "Orang orang selalu berfikir bahwa cinta harus didapatkan, padahal engga selalu begitu, kita bisa tetap mencintai walaupun gak memiliki, love just isn't about all you want"

"I know mereka yang jatuh cinta ingin mengekspresikan cintanya, memberi kasih sayang yang mereka miliki buat orang yang dicintai, tapi apa yang dicintai ingin itu?"

"mencintai itu bukan soal lo dan keinginan lo aja, make him free and persue his happiness is a part of love, pure of love"

Nala menghapus air matanya, lalu melirik Reno yang masih menatap lurus ke depan "makasih kak"

Reno menoleh pada Nala, lelaki itu tersenyum kemudian mengangguk.

"lihat ke sana" ujar Reno menunjuk ke samping kiri mereka "udah dari tadi dia di sana, keliatannya desprate banget tuh bocah" ujarnya terkekeh sumbang

Nala menatap nanar Pandu di ujung sana, kemudian menunduk

"gue jadi inget kejadian dulu, tapi waktu itu bukan cuma Pandu aja yang desprate, tapi gua juga"

Nala mendongak, mendengarkan seksama cerita Reno

"her name is Bella, pacar Pandu sejak SMP, kita bertiga sahabatan" Reno menghela nafas kemudian "tapi mereka backstreet, itu kenapa lo ga pernah liat Bella, Pandu gak pernah bawa dia ke rumah karena tante Rida gak setuju sama hubungan mereka, tapi walaupun begitu, mereka tetap menjalin hubungan"

"tapi lama kelamaan hubungan mereka gak harmonis, Bella yang selalu minta kepastian yang gak bisa Pandu berikan, dan gue ... secara gak langsung malah jadi orang ke tiga" Reno menunduk, lalu kembali melanjutkan

"awalnya sederhana, di mana gue selalu ada saat dia butuh temen untuk dengerin semua masalahnya, hangout bareng saat Pandu sibuk sama tugasnya dan lo"

"sampai akhirnya kita ngelakuin kesalahan, yang hancurin persahabatan kita bertiga, and I realize, Pandu adalah orang yang paling tersakiti"

"Bella hamil" ujar Reno dengan mata yang berkaca kaca "itu kenapa hubungan kita seburuk ini, I deserve that"

Nala membuka suara saat Reno tak mengatakan apapun lagi

"Lalu Bella?"

"Dia meninggal, also my son"

"Sorry"

Reno menghela nafas, lalu menggeleng " Bella kecelakaan sewaktu usia kandungannya enam bulan"

Sebulir air mata Reno lolos begitu saja diikuti yang lainnya "that's so hurt loses people you loved, Laa"

"gua gak tau gimana Pandu sekarang, seberubah apa dia, but earlier, dia sahabat terbaik yang gua punya, salah satu orang yang paling peduli sama gua"

Reno lalu menjatuhkan pandang pada Nala, "lo ... gak mau ketemu dia?" tanya Reno kemudian

Nala tak menjawab. Pandangannya lurus ke depan penuh kebimbangan

TBC

Pandunala (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang