Chapter 30

13.2K 518 3
                                    

Pandu bergerak pelan merogoh hpnya di saku, takut membangunkan wanita yang kini tidur dipangkuannya dengan menyandar di dadanya, setelah mendapatkan benda pipih itu matanya langsung menangkap tulisan nama si penelepon. Raisa

Jemarinya langsung mengaktifkan mode hening, lalu menaruh hp itu di atas sofa tempat ia duduk

Pandangan Pandu kembali jatuh pada Nala, mengingat ketika wanita itu terisak, terlihat pilu sekali, ternyata sudah sejauh itu ia menyakiti Nala

Nala terisak sembari mengatakan jika ia merindukan Pandu, yang langsung dibalas pelukan pula oleh Pandu, isakan dan pelukan Nala cukup lama, hingga Pandu memutuskan memindahkan Nala ke tempat yang lebih nyaman

Awalnya wanita itu menolak, namun akhirnya tak berdaya atas perasaanya sendiri, Pandu mendudukkan dirinya di salah satu sofa panjang di cafe itu, dengan Nala dipangkuannya

Jemarinya menyentuh sisi wajah Nala, ia sampirkan rambut rambut yang menghalangi ke belakang telinga wanita itu, mengelus lembut dengan ibu jarinya di sana

Nala melenguh sembari mengeratkan pelukannya di bagian perut Pandu, wajahnya menggesek di permukaan dada Pandu, seolah mencari kehangatan, sebab diluar memang masih hujan. Pandu mendekap Nala kemudian, mencoba memberikan kehangatan lebih.

Dua minggu terakhir Pandu hampir gila rasanya mencari Nala. Bahkan ketika satu minggu yang lalu pun mereka bertemu, Nala masih saja menghindarinya. Untung saja dua rekan Nala yang bekerja dengannya bersedia Pandu bayar untuk meninggalkan Nala, sehingga ia tidak lagi diusir dan mempunyai waktu berdua dengan wanita itu

Nala lagi lagi menggeliat, membuat Pandu melepas dekapannya, mata indah itu kemudian membuka, membuat tatapan mereka bertemu

"mas.." ujar Nala sembari melepaskan pelukannya pula, menegakkan tubuh dipangkuan Pandu

"ya sayang?" balas Pandu membantu menegakkan tubuh Nala, jemarinya juga merapikan rambut Nala yang sedikit berantakan

"sana pulang"

Oh ya tuhan, mengapa wanita yang dipangkuannya ini menggemaskan sekali, bagaimana bisa perintah seperti itu dibarengi wajah muram, jelas jelas raut wajah Nala menginginkan kebalikannya

"kita pulang ya?"

Nala menggeleng

"lalu mau apa?"

"mas pulang sendiri"

"di luar hujan sayang, kalo pulang sekarang bisa bisa mas sakit" kilah Pandu

"kan mas naik mobil"

"tetap aja, anginnya kencang, keburu basah sampai mobil" ujar Pandu beralasan "lagian kamu kan masih kangen" goda Pandu yang spontan membuat pipi wanita itu merona

Nala menoleh ke samping, mengalihkan wajah menahan malu "m.. adeknya yang kangen, bukan Nala" kilahnya

"oh ya?" ujar Pandu menautkan alis, Nala mengangguk menanggapi

"kasihan banget si adek dijadiin tameng, tapi gapapa" ujar Pandu merunduk di depan perut Nala "Daddy juga kangen kamu" kemudian mengecup singkat di sana

Sedang Nala hanya menunduk, merona malu, sebab tertangkap basah berkilah

Nala mendongak saat jemari Pandu menggenggamnya "maafin aku Laa" ujar Pandu sembari mengecup kemudian "aku salah, aku nyakitin kamu, maaf.." lirih Pandu

Nala mengangguk "maafin Nala— akh!" rintih Nala saat merasakan kandunganya sakit di bawah sana

"Laa..! la, kamu kenapa?" panik Pandu saat wanita itu memejamkan mata sembari meremat erat baju miliknya

"ahk! sakit mas.." rintih Nala dengan air mata yang lolos kemudian

Pandu langsung bergerak bangkit menggendong Nala "hiks.. sakitt" Nala terisak di gendongan Pandu, lelaki itu kemudian dengan cepat membawa Nala dari sana

Pandu mendudukkan Nala di samping kemudi saat mereka tiba di area parkir mobil Pandu"hei.. you will be alright" ujar Pandu lembut seraya melepaskan genggaman Nala pada kaosnya

Nala mengangguk merespon, setelahnya Pandu menutup pintu dan berlari kecil memutar ke arah kemudi, tatapan mereka kembali bertemu, Nala mencoba tersenyum saat menatap mata Pandu yang basah, jemari Nala bergerak menggapai Pandu yang langsung ditangkap oleh lelaki itu, membawanya pada sisi wajahnya

"shh.." Nala meringis kala gelombang sakit itu kembali datang, namun kali ini lebih intens, samar samar ia dengar suara Pandu, pandangannya kemudian buram hingga gelap sempurna

***

Nala mengerjabkan matanya perlahan hingga terbuka sempurna, aroma obat obatan langsung menyeruak ke indra penciumannya dengan ruangan yang di dominasi warna putih

Mata Nala langsung menangkap dua sosok yang kini duduk sofa, kedua orang tuanya

"ma..pa.." ujar Nala, membuat kedua orang itu menoleh sesudah menghapus sesuatu di wajah mereka

Safira berjalan cepat ke arah Nala "mama kangen banget sama kamu sayang" ujar Safira sembari memeluk Nala

Namun yang dipeluk kemudian malah terisak "maafin Nala ya ma, Nala selalu nyusahin mama"

Safira semakin mengeratkan pelukannya sekuat tenaga menahan air mata, namun tetap lolos begitu saja "Mama yang seharusnya minta maaf, seharusnya mama lebih perhatiin kamu"

"Mama udah lakuin yang terbaik buat Nala" Safira lagi lagi mengeratkan pelukannya mengelus lembut punggung Nala, wanita paruh baya itu mengambil nafas dalam kemudian berujar

"kita harus secepatnya kuret kandungan kamu sayang"

TBC

Pandunala (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang