Chapter 13

14.4K 611 0
                                    

Reno mengumpat saat menyadari gadis itu sudah tidak ada lagi dibelakangnya.

Cepat iya langsung menelusuri jalan yang ia lalui sebelumnya. Hingga akhirnya terdengar suara isakan Nala, yang langsung dihampiri Reno.

"Cengeng" Ejeknya sesaat setelah menemukan Nala.

Wanita itu terlihat mengenaskan dengan kondisinya saat ini.

Reno membuka jasnya, memakaikannya pada Nala dan langsung menggendong gadis itu.

Mereka berjalan keluar dari kegelapan.

***

"Nala!" Teriak Raisa ketika melihat Nala yang berada di gendongan Reno.

Hati kecil Raisa bersorak gembira, melihat hasil dari rencananya, ini diluar espektasinya.

Pandu yang mendengar nama Nala disebut langsung menuju ke sumber suara.

Emosinya langsung membuncah saat melihat Nala turun dari gendongan Reno.

Tanpa kontrol diri, Pandu langsung mendaratkan tinjunya pada Reno, membuat darah segar mengalir di sudut bibirnya.

Reno limbung tanpa pertahanan.

"Jangan Mas, Kak Reno yang udah nolongin Nala" Ujar Nala berusaha menyela, wanita itu melangkah mendekati Reno berniat membantunya, namun tangannya ditarik kasar oleh Pandu.

Belum sampai disitu, Pandu juga dengan kasar menghentak jas yang tersampir di bahu Nala saat ia menyadari jika itu bukan miliknya.

Jas itu ia campakkan tepat di wajah Reno.

Tanpa menghiraukan pandangan banyak orang yang menatap pada mereka, Pandu dengan kasarnya ia menyeret Nala pergi dari keramaian itu.

"Ndu, jangan tinggalin aku. Arghh!" kesal Raisa.

***

"Turun!" Titah Pandu dengan suaranya yang meninggi.

Setelahnya Pandu langsung keluar dari kemudi diringi dengan bunyi pintu mobil yang dibanting keras.

Maka bergegas Nala mengikuti, meski harus menahan sakit dan perih dikakinya.

"Cepat mandi!" Titahnya lagi yang dengan patuh di angguki Pandu.

***

Pandu membuka pintu kamar Nala setelah memastikan jika wanita itu telah berbenah dengan dirinya.

Dilihatnya wanita itu duduk meringis di sisi ranjang.

Pandu masuk dengan nampan yang berisi makan dan minum untuk Nala.

Nala yang menyadari kedatangan Pandu langsung bersinggut.

Pandu meletakkan nampan itu di nakas, dan menghampiri Nala setelahnya, dan duduk disampingnya.

"Sini coba liat kakinya" Ujar Pandu, dan langsung saja lelaki itu menarik kaki Nala ke atas pahanya.

"Gapapa Mas, udah baikan kok" Jawab Nala.

"Kok bisa kena beling gini sih, ntar gue ambil alkohol dulu" Ujar Pandu, dan tak lama kemudian ia kembali dengan kotak P3K ditangannya.

Pandu pun dengan telaten membersihkan luka Nala, dan mengobati luka Nala.

Bahkan sesekali Pandu meniupnya sebab Nala yang meringis kesakitan.

"Gak usah diperban ya, biar cepet kering" Ujarnya kemudian, dan Nala hanya mengangguk.

"Sekarang waktunya makan, mau gue suapin?" spontan Nala menggeleng.

"Nala bisa sendiri Mas" Jawabnya kemudian.

"Yauda, dihabisin ya" Ujarnya lembut mengusap pucuk kepala Nala.

Nala pun dengan lahap memakan makanan yang Pandu siapkan, terlihat makanan itu telah kandas dalam kurun waktu 15 menit.

"Minum dulu" Ujar Pandu menyodorkan segelas air putih.

"Makasih ya Mas" Ujar Nala, yang diangguki Pandu.

"Yauda langsung istirahat ya" Ujar Pandu lembut sembari tersenyum.

"Maafkan Nala ya Mas, Mas pasti--" perkataan Nala terpotong saat Pandu membungkam bibirnya.

"Stt, Lo gak salah. Dan gak usah dipikirin lagi" Ujarnya mengusap lembut pucuk kepala Nala.

Nala pun membaringkan dirinya.

"Mas gak pulang?" Tanya Nala sebab Pandu yang hanya memperhatikan dirinya tanpa berniat beranjak pergi.

"Ntar lagi La" Balas Pandu sembari mendekatkan posisi duduknya sejajar dengan kepala wanita itu.

Tangannya bergerak menarik selimut Nala hingga area dadanya.

Setelahnya hening, sebab keterdiaman mereka. Entah mengapa mata Nala sulit sekali terpejam, mungkin karena keberadaan Pandu.

Sekilas Nala melihat wajah Pandu, yang langsung cepat cepat ia alihkan kemudian sebab tatapan mereka bertemu.

Dengan salah tingkah Nala kemudian membalikkan tubuhnya memunggungi lelaki itu.

Detik selanjutnya Nala merasakan pergerakan tubuh Pandu, tubuhnya menegang sebab merasakan lengan Pandu melilit bagian perutnya , lelaki itu memeluknya dari belakang.

"Mas, Nala mau tidur" Ujarnya gugup berharap Pandu menjauh.

"Inikan memang mau tidur La" Balas Pandu.

"Nala mau tidur sendiri aja" Jawab Nala kemudian.

Mendengarnya, Pandu bergerak dari posisinya, namun bukannya pergi, lelaki itu malah menopang kepalanya, yang membuatnya lebih leluasa menyaksikan wajah Nala.

"Jangan deket deket Mas" Ujar Nala masih dengan memalingkan wajahnya, sebab merasakan hembusan nafas Pandu di telinganya.

Namun perlahan Pandu semakin mendekat, Nala yang merasakan pergerakan itu berusaha memberontak, namun tanpa menyianyiakan waktu lagi, Pandu langsung menyesap bibir Nala.

Namun kali ini sangat lembut, sehingga gerakan berontak Nala perlahan mengendur, menikmati permainan Pandu pada bibirnya.

Pandu perlahan menggeser posisinya, yang saat ini berada tepat di bawah Pandu. Mata Nala memejam seolah menikmati apa yang Pandu lakukan.

Mata Nala membuka, saat Pandu menghentikan aksinya, pandangan mereka langsung bertemu.

Pandu tersenyum memandangnya " Do you like it Nala?" Ujarnya kemudian.

Bukannya menjawab, Nala malah memalingkan wajahnya, namun dengan rona wajah yang tak bisa Nala sembunyikan, hal itu membuat Pandu malah terkekeh.

"That's actually mean yes" Ujar Pandu kembali, sembari kembali menatap wajah Nala.

Pandu lalu menyingkap selimut Nala dan Lelaki itu kembali menyatukan bibir mereka, menyesap bibir merah merona milik Nala, lembut dan kenyal.

Kemudian berpindah ke leher jenjang Nala, Pandu seolah Mabuk merasakan lembutnya kulit wanita itu.

Tangan Pandu juga mulai tak tinggal diam, tangan kokoh itu penelusup masuk ke baju Nala, mengelus lembut punggungnya.

Nala melenguh, dan Pandu tersenyum puas mendengarnya.

Satu persatu kancing piyama Nala dibuka, memperlihatkan payudara yang masih terbungkus bra.

Bra itu seolah tidak mampu menutup keseluruhannya, putih, bulat, cukup besar untuk wanita berusia delapan belas tahun. Dengan tak sabaran Pandu memainkannya.

Nala hanya memejamkan mata, melenguh bahkan mendesah. Berharap dapat memperoleh kepuasan lebih, namun Pandu malah memberhentikan aksinya.

Mereka saling memandang, mata Nala seolah bertanya mengapa lelaki itu berhenti, namun Pandu hanya mendaratkan kecupan lalu merengkuhnya dalam pelukan.

Tbc.

Pandunala (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang