"Laa, ada yang nyariin lo tuh"
Nala menoleh, melihat selly yang baru saja tiba "si ganteng. Lagi" ujarnya sembari memakai celemek yang bertuliskan Corner Cafe
Meski tampak acuh, pandangan Nala tampak mengarah ke luar cafe, mencari sosok yang seminggu terakhir ini selalu datang menghampirinya, yang selalu pula ia tolak kehadirannya
"kasian Laa, suami ganteng gitu kok dianggurin" lagi lagi Selly berkomentar sebelum wanita itu melangkah keluar dan mulai melayani pelanggan
Seperti malam malam sebelumnya, Pandu akan datang sore hari, memesan beberapa makanan sembari menitip pesan ingin bertemu Nala, kemudian menunggu, berharap akan bertemu dengan Nala, namun hingga Cafe tutup, Nala tak sedikitpun menampakkan wajahnya
"Huh, akhirnya.." ujar Selly lega sebab jarum jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, waktunya Cafe tutup
Selly memerhatikan Nala yang menatap ke bagian luar cafe, "hujan, gue segen mau ngusir" imbuh Selly sembari mengikuti arah pandang Nala "Lo aja yang nutup ntar ya, gue juga mau langsung pulang"
Nala mau tak mau hanya mengangguk, kemudian kembali mengilap bagian dapur yang cukup berantakan, sembari menunggu hujan reda dan Pandu pergi dari sana
Lima belas menit berlalu Selly kemudian pamit sebab ojol pesanannya telah tiba, menyisakan Nala sendiri di bagian dapur, dan Pandu di ruang utama Cafe
Layaknya pasangan muda mudi pada umumnya di malam minggu, Karina dan jino kini tengah berkencan sehingga tak ada yang dapat ia andalkan kecuali diri sendiri
Nala menggeram setelah hampir dua puluh menit menunggu, bahkan diisaat hujan sedikit mereda pun pria itu sama sekali tidak beranjak dari tempatnya, mau tak mau Nala kemudian mengambil langkah
"pergi, cafenya mau ditutup" ketusnya tanpa melihat Pandu
Pandu berdiri kemudian, tersenyum melihat Nala yang kini dihadapannya "Laa, aku kangen banget Laa" imbuhnya, kemudian langsung memeluk Nala
Nala menolak, wanita itu memberontak saat penolakannya tak diindahkan Pandu "lepass!" ujarnya menahan emosi
Nala menunduk saat Pandu melepaskan pelukan, kemudian diam setelahnya, tak bisa dipungkiri, bahwa Nala merasa bersalah
Wanita itu kemudian melangkah pergi, namun langkahnya terhenti sebab jemari Pandu menahannya
"apalagi sih Mas!?, kamu bisa lakuin apapun yang kamu mau kan?, kenapa Nala gak bisa? Nala juga ingin melakukan hal yang Nala mau, bukan cuma kamu!"
Nala menarik tangannya sebab genggaman Pandu yang mengendur, melihat keterdiaman Pandu, Nala memutuskan mengambil langkah
"Aku bodoh Laa, aku minta maaf"
Langkah Nala lagi lagi terhenti
"aku harus apa biar kamu balik Laa?, please.." ujar Pandu lirih
"Nala gak mau balik sama kamu lagi, Nala benci— akh.."
Nala meringis, tidak, kali ini bukan karena sakit yang biasa ia rasakan, bayinya menendang cukup keras
Melihat hal itu Pandu langsung mendekat menghampiri "Laa kenapa? Kandungan kamu sakit?" tanya pandu panik melihat Nala yang mendaratkan jemarinya di permukaan perutnya
"Pergi— akh.."
Pandu semakin panik, spontan ia mendaratkan juga jemarinya di sana bersamaan dengan Nala "sakit Laa? Kita ke dokter ya?"
Tidak, tidak, hal ini hanya ada di novel novel yang Nala baca, di mana seolah si jabang bayi merasakan kehadiran papanya, menyentuhnya dari permukaan, lalu kembali tenang di dalam sana
"Lepasin!— aww" ujar Nala sembari menjauhkan jemari Pandu dari permukaan perutnya
'yang benar saja!' geram Nala dalam hati, Nala spontan duduk pada kursi yang paling dekat dengan jangkauannya
"Laa sebaiknya kamu kedok—"
"shh.. aduh, mas sini tangan kamu mas, sini" ujar Nala segera membawa jemari Pandu kembali
Nala mendongkol dalam hati, gerakan bayinya di dalam sana benar benar berhenti sebab jemari Pandu di atasnya
"dia kangen aku ya Laa?" tanya Pandu
Nala menoleh tak senang pada Pandu "shh.." Nala lagi lagi meringis saat tendangan itu terasa cukup kuat
Sedang Pandu yang merasakannya menegang, jantungnya berdebar merasakan gerakan makhluk kecil di dalam sana, sedetik kemudian Pandu tersenyum, tanpa pertimbangan ia dekatkan tubuhnya dengan Nala, berjongkok, wajahnya persis berhadapan dengan perut Nala yang menonjol
"My son, Daddy's here" ujarnya kemudian sembari merapatkan sisi wajahnya di sana
Sejenak Nala lupa akan apa yang terjadi di antara mereka, sebab dengan gerakan lembut tangannya membelai rambut Pandu
Nala tidak bisa menolak, sampai kapanpun ia tidak bisa, selama ini ia hanya menahan, menahan gejolak untuk kembali melemparkan dirinya pada Pandu, menahan diri sebab tak ingin kembali tersakiti, menahan diri untuk kebahagian Pandu yang mungkin tanpanya
Pandu mendongak kemudian, mendapati wajah teduh Nala yang menatapnya "sakit Laa? Dia nendangnya kekencengan ya?"
Nala mengangguk, entah mengapa tiba tiba sesak rasanya, kilasan kebersamaanya dengan Pandu yang dahulu, sikap Pandu yang manis dan menyenangkan, namun kini semua berbeda, mereka berjarak, perih sekali jika mengingat realita yang harus ia jalani
Tanpa bisa dicegah Nala terisak. Pandu melihatnya kemudian panik "Kenapa Laa? Perut kamu sakit? Kita kedokter ya" ujar Pandu bangkit dari posisinya
Nala diam tak bersuara, saat itu pula Pandu memutuskan untuk membawa Nala pergi, sebab tak ingin sesuatu hal yang buruk terjadi padanya
Saat Pandu kembali merunduk dan menjulurkan tanggannya mengangkat Nala, tiba tiba saja Nala memeluknya, erat seolah tak ingin Pandu pergi "Nala rindu kamu mas"
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandunala (End)
De TodoCheesy story Sosok yang sempuna itu adalah Pandu, setidaknya bagi Nala. Lelaki yang selalu memberinya perhatian dan kasih sayang, yang tanpa sadar telah membuatnya jatuh hati. Namun Pandu telah memiliki kekasih, dan yang Nala tau, mereka saling men...