Chapter 7

16.5K 929 1
                                    

"La? Lo pucet banget, lo sakit ya?" tanya Debi saat tiba disampingnya.

Nala menggeleng "Cuma pusing aja Bi" balasnya.

"Beneran? Lo udah makan?" tanya Debi lagi yang juga di angguki Nala.

Pagi ini Nala pergi tanpa Pandu, Nala yakin lelaki itu pasti mencarinya, Namun ia masih takut bila harus bertemu Pandu, mengingat bagaimana marahnya lelaki itu padanya.

Belum lagi jika mengingat perkelahian Pandu dengan Asdosnya Reno. Mungkin saja Nala akan mengulang tahun depan karena itu.

"Bi, Nala malam ini nginep di rumah kamu boleh gak?" tanya Nala menatap Debi.

Debi hanya mengangguk "Boleh dong" serunya "tapi kok tiba tiba?, ada masalah ya?" Debi bertanya lebih jauh.

Nala hanya diam. "Yauda gapapa kalo belum siap cerita" imbuhnya sembari memberi pelukan hangat pada Nala.

"Makasih ya Bi" ujarnya.

***

Kelas berakhir pukul 1 siang dan kini mereka baru saja tiba di rumah debi.

"Ayo masuk La" ajak Debi yang diikuti Nala dari belakang.

"Rumah gue sederhana hehe, semoga lo betah ya" ujarnya lagi.

"Gapapa Bi"

Setelah masuk mereka langsung saja di sambut oleh Mama Debi, Sara.

"Temen Debi Ma, Nala" ujar Debi mengenalkan.

Yang langsung disalim oleh Nala "Nala tante" ujarnya ramah.

Yang Sara sambut dengan senyum sembari mengelus pucuk kepala Nala.

"Nala boleh nginep kan Ma?"

"Boleh dong sayang, yauda kalian berdua siap siap gih biar kita makan bareng" titah Sara.

***

"Ini Bi" ujar Nala menyerahkan hp Debi.

Setelah bercerita mengenai kejadian malam itu, kecuali perbuatan kesar dan ancaman Pandu, Nala meminjam hp Debi untuk memberi tahu Rida jika dirinya beberapa hari ini menginap dirumah temannya.

***

"Mama kenapa kasih ijin gitu aja sih Ma, gimana kalo terjadi sesuatu yang buruk sama dia?"

Rida hanya menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Sudah 3 hari sejak Nala izin padanya, Pandu menjadi uring uringan tak jelas.

Percuma saja Rida menjawabnya, pasti akan ada saja pembelaan Pandu atas keputusannya yang  mengizinkan Nala pergi

"Yauda kan besok senin, kamu bisa ketemu dikampus" Balas Rida sembari kembali fokus menonton.

Dengan wajah menahan geraman kemudian Pandu segera menuju kamarnya.

***

Pagi ini Pandu bangun pagi sekali dan telah pergi bahkan sebelum jam 7 pagi, dan kurang dari 30 menit mobil mewahnya sudah terparkir di Fakultas Hukum.

Cepat kakinya melangkah ke lantai atas, menuju salah satu ruangan dimana ia pernah mengantar Nala disana, ia bisa bertanya pada beberapa mahasiswa, yang mungkin mengenal Nala.

Namun masih sepi. Hanya ada petugas piket yang satu dua berada disana membersihkan setiap sudut ruangan kelas.

***

"Maaf Kak aku gak kenal" Balas gadis dengan model potongan rambut sebahu itu.

"Argh! shit!!" Geramnya kemudian yang tidak dapat lagi ia kontrol.

Gadis berambut sebahu yang sebelumya tersenyum manis menikmati wajah Pandu sebab perawakannya yang bak dewa yunani, mendadak melonjak takut.

Dengan langkah pelan tapi pasti gadis itu melangkah menjauh dan pergi, meninggalkan Pandu yang masih berdiri.

Pandu menggeram, telah berjam jam ia bertanya hal yang sama dan mendapat jawaban yang sama pula.

Pandangannya masih terarah ke penjuru ruangan, awas, intens, meneliti setiap mahasiswi mahasiswi berharap ada Nala diantara mereka.

Matahari telah jauh meninggi, sudah jam 2 siang, Namun Nala belum dapat ia temui juga.

Dengan amarahnya Pandu keluar dari ruang kelas Fakultas itu, pencariannya sia sia, dan bahkan tak ada satupun petunjuk yang ia dapat untuk mengetahui dimana Nala.

Secepat kilat mobil Pandu berlalu, tanganya terkepal keras, emosinya membuncah, ia menyetir dengan amarah.

"Kamu kenapa sih Ndu? Aku ada salah ya?" rengek Raisa menyandarkan kepalanya di pundak Pandu.

Seketika Pandu tersadar ada Raisa bersamanya. Tangan Pandu terlurur mengusap rambut Raisa "Bukan salah kamu" jawabnya ringan.

"Nala udah empat hari ga balik" Jelas Pandu yang membuat Raisa memutar bola matanya jengah, Nala lagi, Nala terus, selalu Nala.

Di hari pertama kepergian bocah tengik itu, tak ada bahasan yang Pandu bicarakan selain Nala.

Bahkan ketidakhadirannya pun menyusahkan Raisa.

Tbc.

Pandunala (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang