Chapter 14

13.9K 633 6
                                    

"Pagi tantee" Sapa Nala riang sembari tersenyum manis.

"Pagi sayang, sini sini, tante baru aja mulai" Jawab Rida namun tetap fokus pada peralatan dapurnya.

Hari ini adalah hari libur, Nala dan Rida berencana membuat kue bersama dengan resep baru yang mereka temukan di internet.

Mereka pun berkutat disana kurang lebih 30 menit.

"Harum bangett" Ujar Nala saat cake itu Rida keluarkan dari oven.

Cake itu tampak mengembang sempurna yang menandakan jika cake buatan mereka berhasil.

Rida pun langsung memotong cake itu dan memberikannya potongan pertamanya pada Nala.

Nala menunjukka kedua ibu jarinya saat selesai mencoba.

"Enak banget Tante, Mas Pandu pasti juga suka" ujarnya sebab mengingat bagaimana lelaki itu sangat menyukai cake.

Senyum Nala semakin mengembang tatkala melihat Pandu yang baru saja datang, namun sesaat kemudian senyum itu berubah menjadi rasa kecewa, sebab Raisa yang tampak mengikuti dari belakang.

"Tantee" Ujar Raisa seraya berhampur memeluk Rida, yang dibalas hangat juga oleh Rida.

"Maaf ya Tan, Raisa baru sempet mampir, banyak tugas kuliah soalnya" Ujar Raisa sebab sudah hampir 2 minggu ia tidak pernah datang lagi.

"Gapapa sayang, tante ngerti kok" Jawab Rida kemudian.

"Raisa bawaain salad buah buatan Raisa loh tan, tante harus coba, enak banget" Ujar Raisa antusias sembari memperlihatkan bingkisan yang dibawanya.

Sedang Nala hanya diam melihat keakraban mereka.

"Hei" Nala terlojak kaget saat mendapati Pandu berdiri di depannya.

"Mas" Sapa Nala kemudian.

Sedang Raisa yang semula berbicara pada Rida langsung melihat hal itu dengan tatapan tak suka.

"Enak?" Tanya Pandu saat melihat cokelat cake itu di meja pantry.

Nala kemudian megangguk.

"Cicip dong" Ujar Pandu seraya membuka mulutnya.

Nala tersenyum, cepat ia memotong cake itu dan menyuapkannya pada Pandu.

"Good" Komentar Pandu setelahnya yang membuat Nala tersenyum.

"Sayang, Kamu jangan makan cake banyak banyak dong, ntar gendut" Ujar Raisa tiba tiba menimpali.

"Sebentar Aku siapin salad buahnya buat kamu ya, dan tante juga" Sambung Raisa yang kemudian melangkah mengambil mangkuk untuk menyajikan salad buahnya.

"Tante nunggu di depan aja ya, yuk Nala" Ajak Rida.

"Nala mau beresin ini dulu tan" Ujar Nala memperlihatkan cake dan beberapa peralatan yang masih kotor.

"Yaudah, Tante tunggu di depan ya La" Ujar Rida yang kemudian diangguki Nala.

"Mau lagi dong" Ujar Pandu kemudian, setelah Rida berlalu. Nala pun memberikan suapan cake itu pada Pandu.

"Mas Pandu suka?" Tanya Nala saat melihat Pandu dengan lahap menyantap cakenya.

"Iya, Enak" Jujur Pandu.

Raisa yang melihat hal itu cepat cepat menyelesaikan miliknya,
"Sayang, kamu jangan makan cake terus dong, makanan yang manis manis juga gak terlalu baik loh" Ujar Raisa.

"Nih salad buahnya udah jadi, kita kedepan yuk" Sambung Raisa lagi sembari menarik lengan Pandu.

"Oh iya La, kalo kamu mau buat sendiri aja ya" Ujar Raisa pada Nala yang berdiri dengan cakenya di antara mereka.

"Iya Mbak" Jawab Nala.

"Sayang ayoo, tante udah nunggu loh" Ujar Raisa kembali menarik lengan Pandu. Lelaki itu pun mengikuti Raisa menghampiri Rida, meninggalkan Nala sendiri.

Nala pun mulai membereskan sisa kegiatan masak mereka sebelumnya, hingga semuanya bersih dan rapi.

"Huh, selesai" Ujar Nala lega, matanya memandang puas atas hasil kerjanya. Tampak kemudian tangan mungil itu mengusap beberapa bulir peluh di dahinya.

Kakinya kemudian melangkah keluar menuju ruang tamu, namun tiba tiba hatinya terasa seperti tertusuk benda tak kasat mata saat melihat Raisa dengan mesranya bersandar di dada Pandu.

Tak ada tante Rida disana, sepertinya wanita itu sedang dibelakang merawat tanaman tanamannya.

Raisa yang menyadari Nala melihat ke arah mereka, langsung memeluk Pandu, yang dibalas lelaki itu dengan mengeratkan pelukan mereka dan mendaratkan kecupan di pucuk kepala Raisa.

Tak berniat lebih lama melihat kemesraan mereka Nala langsung melangkah keluar. Raisa yang melihatnya tersenyum puas.

Nala berlari secepat yang ia bisa menuju kediaman miliknya, menaiki tangga, dan menghempaskan tubuhnya pada ranjang miliknya.

Air matanya menetes. Namun kali ini bukan karena mengingat kemesraan Raisa dengan Pandu, Namun karena keintiman yang telah Nala dan Pandu lakukan.

Apa artinya semua itu jika Pandu tetap memiliki hubungan dengan Raisa? Sebenarnya Pandu anggap apakah dirinya?

Nala mencintainya, namun Pandu sendiri tak pernah mengungkapkan cinta, bahkan lelaki itu memiliki kekasih.

Wanita itu meringkuk dalam tangisnya, mengingat kemsraan Pandu dan Raisa. Tampa jelas bahwa Pandu benar benar mencintai Raisa, mereka saling mencintai.

Tak seperti perasaan Nala sepertinnya bertepuk sebelah tangan.

Namun ditengah tangisnya entah mengapa perutnya terasa sakit, dan sakit itu semakin lama semakin bertambah.

"Ah, sakit" jeritnya saat rasa sakit itu semakin menjadi.

"Sakitt" Rintih Nala lagi memegang perutnya.

Pandangan matanya semakin lama semakin mengabur, hingga gelap menyapanya.

***

Plak!

"Kenapa kamu bisa ngelakuin hal keji itu!" teriak Rida di lorong rumah sakit.

"Pandu khilaf Ma, itu bukan maunya Pandu" Bela Pandu.

Sore itu Rida mengunjungi rumah Nala untuk mengantarkan makan malam, hingga Nala ditemukan pingsan dengan darah yang mengalir di area bagian bawahnya.

Dengan panik Rida langsung menelepon Pandu dan membawa Nala kerumah sakit.

Setelah diperiksa ternyata Nala mengalami pendarahan sebab wanita itu telah mengandung, usia kandungannya sudah memasuki minggu kedua.

"Gimana mama bisa sampein hal ini ke orang tua Nala Ndu" Ujar Rida dalam tangisnya.

Pandu terdiam, ia sedang dalam masalah besar saat ini.

Setelah kejadian malam itu Pandu sangat kalut, ditambah lagi keadaan Nala demam dan harus dibawa ke rumah sakit.

Sehingga Pandu baru mencampurkan morning pil pencegah kehamilan kedalam minuman Nala 2 hari setelah kejadian malam itu.

"Maafin Pandu Ma" Ujar Pandu lagi merasa bersalah melihat kondisi mamanya yang menangis.

Plak

"Bukan Mama Ndu, tapi Nala, Tante Safira, Om Ardi. Kamu lukai mereka Ndu" terang Rida.

"Pandu gak bisa nikahin Nala Ma, masa depan Pandu masih panjang" Ujar Pandu setelah dapat menangkap apa yang barusan Rida katakan.

"Kamu!" Teriak Rida berapi api "Lalu gimana sama Nala? Apa dia masih punya masa depan setelah kamu lakukan hal ini? Kamu harus tanggung jawab sekiranya Ardi sudi menikahkan Nala dengan lelaki seperti kamu" Final Rida yang langsung meniggalkan Pandu di tempatnya.

Tbc.

Pandunala (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang