Chapter 34

11.1K 385 0
                                    

"Pandu!"

"Mau kemana lagi kamu Ndu?!"

Teriak Rida kala melihat Pandu yang melangkah menuju pintu depan, namun lelaki itu seolah tak mendengar apapun

"Kamu akan memperburuk semuanya kalau kamu ke sana, jauhi Nala Ndu, lakukan seperti apa yang dikatakan Safira dan Ardi"

"setidaknya Pandu mencoba Ma, sebelum semuanya benar benar berakhir" balas Pandu sembari melanjutkan langkahnya

Pandu melihat tampilan menit pada mobilnya 20.30, sangat melelahkan jarak tempuh yang dilaluinya

Ia meringis kala pusing di kelapanya semakin menjadi jadi, dari dalam mobilnya Pandu dapat melihat cahaya rumah Nala yang masih nyalang menyala, menandakan pemiliknya belum terlelap

Dahulu, masuk kerumah itu telah menjadi kebiasaanya, menikmati sarapan pagi bersama dengan Safira dan Ardi sembari menggoda Nala hingga gadis itu merengek mengadu

Namun kini semua berbeda, layaknya malam malam sebelumnya, jangankan masuk, saat berdiri di depan gerbang pun pasti Pandu akan menambah luka lagi pada tubuhnya, empat orang penjaga jelek dan gendut itu selalu menghabisinya tanpa ampun.

Namun begitu kakinya tetap melangkah keluar dari mobil, hidupnya hampa sekarang, mungkin sejenak rasa sakit untuk menghantarnya ke keabadi lebih baik, meski dalam hati kecilnya ada kemungkinan sekarat namun tak mati. Entah apapun itu yang terjadi nanti, setidaknya ia mencoba.

Seperti terkaanya, namun kini yang terlihat hanya dua orang lelaki gendut melangkah dari ujung sana saat melihat Pandu berdiri di depan gerbang

"Dasar gembel!" Ujar salah satu diantara mereka sembari melempar tusuk gigi yang telah selesai ia digunakan

"Belum cukup juga tinju gua?! " Sambungnya garang dengan mata melotot, tangan kanannya ia kepalkan kemudian ia benturkan dengan telapak tangan yang satunya

Pandu tau, mejawab pun tetap pukulan yang akan ia terima, sehingga kemudian ia berteriak

"LAA!!"

"AKU MINTA MAAF, PLEASE-"

"Akh!" saat pukulan telak ia dapatkan di bagian perutnya, tanpa memberi kesempatan lelaki gendut yang satunya langsung menarik rambut Pandu dan menggeretnya jauh dari rumah itu

Setelah cukup jauh, tubunya di dorong kuat hingga terjerembab di kerasnya batuan merah

"Dasar gembel gila! Pergi dari sini atau lo bakal nginep di rumah sakit malam ini!"

Entah mengapa terkadang ide itu terdengar cukup menarik, mungkin saja dengan begitu Nala akan menemuinya, namun masalahanya Nala saja tak tau keberadaanya di mana, atau mungkin saja segala kejadian akan dibungkan oleh Ardi nantinya

Pandu enyahkan segera pemikiran konyol itu dari kepalanya, kemudian bangkit sempoyongan dengan si penjaga yang menantiasa memerhatikan

"oke, gua milih pulang" ujarnya kemudian sembari membersihkan tubuhnya yang sedikit berpasir

Yang kemudian mengundang gelak tawa kedua penjaga tersebut "Banci kayak lo emang gak seharusnya ada di sini!"

Pandu mengangguk sembari melangkah yang setelahnya diikuti kedua penjaga itu dari belakang

Masih dengan langkahnya, lelaki itu kembali melihat kebelakang, menampakkan kedua penjaga tersebut sedang asik berbincang, sehingga kemudian dengan energi yang masih tersisa Pandu mengambil langkah lebar dan berlari kencang menuju rumah Nala

Dengan cepat gerakan Pandu disadari kedua penjaga tesebut yang langsung lari mengejarnya "Sial!"

"LAA!!"

"LAA! PLEASE KELUAR, AKU MAU KETEMU KAMU!"

Teriak Pandu sembari berlari, lelaki itu berbelok saat telah mencapai gerbang, dengan kedua penjaga yang semakin dekat mengejar

"AKU MINTA MAAF LAA.."

Lelaki itu tersenyum saat melihat pintu, ia kepalkan tangan saat hendak meraih pintu itu, dan menggedornya "TANTE, OM, PANDU MINTA MAA-AKH!"

"Hah, brengsek! bikin repot aja!"

Pandu jatuh terlentang saat tinju tepat mengenai rahangnya, matanya terpejam merasakan sakit

"Laa..akh!!" lirihan itu tertahan sebab salah satu pengawal menekan kakinya yang beralaskan sepatu ke bagian dada Pandu

"mampus lu!"

"percuma juga lo teriak teriak sampe pita suara lo keluar juga gak bakalan ada yang denger, mereka pegi! Kasian amat hidup lo!" ujar si penjaga berbohong

"yaudah yok kita seret aja nih sampah masyarakat!"

Keduanya pun menarik kerah baju Pandu untuk menegakkan tubuh lelaki itu, di saat yang bersamaan terlihat sebuah mobil hitam masuk ke pekarangan rumah

Sinar lampu mobil yang perlahan mendekat ke arah mereka membuat Pandu kembali membuka matanya perlahan, namun rasa sakit itu bertambah sakit kali ini, terlihat Reno turun dari sana dengan disusul Nala kemudian.

Semangat yang membuatnya berdiri dan melangkah hilang dalam sekejap, tubuhnya luruh kembali membentur dinginnya lantai

TBC

Pandunala (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang