"Di sini?" tanya Pandu setelah mengikuti arahan Nala, wanita itu menjawab dengan anggukan, sembari mulai membuka seatbeltnya
"Cafenya mana?" tanyanya sembari celingukan memeriksa sekitar
"masih di depan lagi, Nala jalan aja"
"No" Tolak Pandu cepat, kemudian mengklik center key mobil saat tangan Nala meraih handle pintu
"buka mas" ujar Nala dengan wajah kesalnya
Tanpa menjawab Pandu kembali mengemudikan mobilnya, hingga lima puluh meter kemudian, tepat di sebelah kiri, sampailah ia di depan sebuah cafe
"buka!" ujar Nala kemudian tepat setelah mobil berhenti
Pandu menoleh pada Nala, melihat waut wajah wanita dengan kekesalannya yang telah meningkat
"Laa, semua pada nyariin lo, kita pulang aja ya?"
Nala menggeleng keras "buka!" ujarnya sembari dengan brutal menghentak-hentak handle pintu
"mama lusa bakal dateng La, mama pengen ketemu karena lo gak pernah angkat telfonya" ujar Pandu membuat Nala berhenti dari aktivitasnya
"lo gak mau kan buat mama khawatir?" Nala diam tak menjawab
Pandu mendekat, kemudian meraih tangan Nala, menggenggamnya, "tapi yang lebih penting dari itu, gue mau lo pulang" ujarnya kemudian membawa jemari Nala pada wajahnya, namun sebelum bersentuhan, dengan cepat Nala menarik tangannya
"gue ... kangen Laa" ujarnya lirih, lalu kembali menatap ke depan
Sedang Nala menunduk, menahan sesak di dada, sebab ia juga seperti itu, ia rindu, ia rindu sekali pada lelaki di sampingnya kini, tapi jika kembali apakah itu pilihan yang tepat? Atau hanya untuk menyakitinya lagi?
Menarik nafas, Nala lalu berujar "jam berapa mama datang?"
"gatau pastinya, tapi malem" ujarnya menoleh pada Nala
Nala kemudian mengangguk "sorenya Nala bakal dateng" ujarnya kemudian
Pandu tesenyum seketika "ntar gue jemput ya?"
Nala mengangguk setelahnya.
***
Raisa berdecak sebal melihat angka di dashboard mobilnya, hampir tengah malam namun Pandu belum terlihat
Kali ini lelaki itu sudah kelewat batas, bisa bisanya ia tetap sibuk dengan pekerjaannya di hari ulang tahun Raisa
"bangsat!" makinya saat semua panggilan dan chat yang ia kirimkan tak berbalas
Lagi lagi diteguknya sebotol wine yang memang sengaja ia bawa, kali ini hingga tandas "Nala murahan!!" teriaknya dongkol
Dengan asal dijatuhkannya botol wine yang ia pegang, secara bersamaan mobil Pandu melaju di depannya
Dengan kesadaran yang masih cukup, Raisa pun mengemudikan mobilnya, mengikuti pandu dari belakang
Raisa berhenti, memarkirkan mobilnya tak jauh dari tepat Pandu, wanita itu melepas bajunya sebelum turun sebab merasa panas pada tubuhnya, menyisakan tanktop tipis bertali spagethi dan rok sepaha
Meski dengan kesadaran yang semakin berkurang, namun langkahnya tak gentar mengikuti Pandu, wanita itu tersenyum tatkala Pandu mengetikkan angka di password area pintu apartemennya, angka yang hanya Pandu dan Nala yang tau
"Sayang ..." panggilnya sembari melangkah mendekati Pandu, dan Pandu yang mendengar namanya dipanggil langsung menoleh sebelum pintu apartementnya sempat terbuka
Ekspresi terkejut tercetak jelas di wajah Pandu, dengan langkah gontai Raisa menubrukkan tubuhnya pada Pandu
"Shit! Lo gila!?" ujarnya sembari menghentak tubuh Raisa, membuat jarak dengan masih memegang tubuh wanita itu agar tidak jatuh
Wanita itu hanya terkekeh, dan malah memeluk Pandu "aku ulang tahun Ndu, kenapa kamu ga datang?"
Lagi lagi Pandu marik tubuh itu menjauh darinya "kita udah putus, gue bebas mau datang atau gak"
"No, maunya kamu, aku gak mau, kamu punya aku!" ujarnya keras, kemudian langsung mendaratkan bibirnya pada bibir lelaki itu
"Shit!" ujarnya setelah mendorong wajah Raisa menjauh, Pandu memijat kepalanya pelan tatkala ia melihat seorang pria berseragam melangkah ke arahnya
"Permisi sir, apakah dia tamu Anda?" ujarnya menunjuk Raisa
Kejadian itu malah digunakan Raisa untuk kembali memeluk Pandu "Of course, he is my boyfriend" ujar Raisa merancau diselingi kekehan kecil
"benarkah sir? Jika tidak aku bisa membawanya" ujar pengawas keamanan itu memastikan, dan mau tak mau Pandu akhirnya mengangguk, bagaimanapun dengan kondisi yang seperti ini akan lebih aman jika Raisa tetap bersamanya
Setelah pengawas itu pergi, Pandu kembali memasukkan beberapa digit angka, dengan Raisa yang memeluknya erat, wanita ini pastilah sedang mabuk berat, jadi pikir Pandu percuma saja jika ia menolak, hanya akan menghabiskan energinya saja
Pintu terbuka menampilkan suasana gelap di ruangan itu, saat kembali mulai melangkah, Pandu hampir limbung karena serangan tiba tiba dari Raisa, fokusnya terpusat pada langkah kakinya, sehingga Raisa bebas menjelajah di atas sana, mencecap dan menggigit kecil, dengan tangannya yang liar menyentuh apapaun yang ia inginkan
Pandu mempercepat langkahnya menuju sofa, saat jemari wanita itu bergerak gerak di bagian bawahnya'
"Raisa.." Erangnya tak tertahan saat miliknya disentuh di bawah sana, dengan kasar lalu Pandu menarik tangan Raisa, namun kesempatan itu malah digunakan Raisa mendorong tubuh Pandu, tepat di atas sofa, diikuti dirinya "I know you want this" ujarnya lalu langsung menanggalkan satu satunya kain di tubuh bagian atas miliknya
"M-mas Pandu ..."
Tubuh Pandu menegang seketika, dengan kasar ia mendorong Raisa, lalu bangkit melihat kebelakang, Nala berdiri tepat di depan pintu kamarnya
"Laa" Pandu langsung melangkah menghampiri Nala, meninggalkan Raisa dengan kesesadaran wanita itu yang kian menipis
"Dia mabuk La, ini sama sekali bukan kemauan aku" jelas Pandu, namun Nala hanya diam dengan air mata yang terus mengalir
Nala menangkis gerakan tangan Pandu yang ingin menyentuhnya
"Nala tau mas cinta sama mbak Raisa, kalian saling mencintai, seharusnya Nala ngerti itu. Tapi Nala gak bisa, hiks ..." ujarnya sembari menghapus air matanya lagi lagi jatuh.
"Nggak La, bukan dia lagi sekarang, tapi kamu" jelas Pandu, sebelah tangan Nala mengudara kala Pandu hendak mendekat
Wanita itu menggeleng kemudian "lagi lagi kembali ke sini cuma buat Nala sakit mas, seharusnya Nala gak datang"
"No, don't say that Laa ... kamu penting buat aku, karena itu kamu harus di sini, with me" jelas Pandu
Nala menggeleng kuat "kalau penting, seharusnya gak ada perempuan lain mas"
"Nala mau cerai" ujar Nala akhirnya, pandangannya jatuh ke bawah disertai nyeri di hati, rasanya sesak sekali saat hati melawan pikiran
"No ... please, no." Sergah Pandu, dadanya sesak seketika "Laa aku gak mau cerai dari kamu, please, aku minta maaf La, don't leave me"
Tanpa menjawab Nala melangkah kemudian, namun terhenti tatkala Pandu menautkan tangan mereka "Laa, aku jahat La, aku selalu sakitin kamu, but please don't leave me"
Nala hanya bergeming tanpa menoleh, lalu kemudian menarik tangannya hingga tautan itu terlepas "lepasin mas"
Namun Pandu kembali memegang pergelangan tangan Nala, mencegah langkah wanita itu "aku gamau cerai La, aku—"
"lepasin, atau Nala bakal benci selamanya sama kamu!"
Nala merasakan gengaman Pandu perlahan mengendur, lagi lagi rasanya sesak sekali, namun tanpa menunggu lagi Nala melangkah pergi dari sana.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandunala (End)
DiversosCheesy story Sosok yang sempuna itu adalah Pandu, setidaknya bagi Nala. Lelaki yang selalu memberinya perhatian dan kasih sayang, yang tanpa sadar telah membuatnya jatuh hati. Namun Pandu telah memiliki kekasih, dan yang Nala tau, mereka saling men...