Chapter 24

11K 484 6
                                    



Pandu masuk setelah memasukkan beberapa digit angka di password area, sedang Nala yang ada di gendongannya mulai bergerak gelisah

"turunin Nala" cicitnya, namun Pandu hanya menatapnya sejenak, tanpa menghentikan langkah menuju kamar Nala

Setelah Pandu menurunkannya, Nala langsung melangkah menuju kamar mandi tanpa melihat Pandu

Hujan membuat Nala cukup kedinginan, sehingga tak butuh waktu lama ia keluar dari kamar mandi dengan mengenakan handuk yang melilit tubuhnya

Nala terpenjat, langkahnya spontan berhenti saat melihat Pandu masih berada di kamarnya

Nala kembali melangkah ke dalam kamar mandi, bersembunyi di balik pintu, dan entah mengapa Pandu tersenyum tanpa bisa ditahan

Nala memang biasanya membawa baju yang akan ia kenakan kemudian ke kamar mandi, sebab handuknya sudah kekecilan, menjadi lebih pendek saat dikenakan karena perutnya yang membesar, namun juga sebenarnya itu bukan masalah, yang menjadi masalah adalah pandu yang berada di kamarnya

"pergi mas, Nala mau sendiri, mau tidur" ujarnya dari balik pintu kamar mandi

"gue laper, boleh masakin sesuatu gak?"

Nala terdiam, kemudian menjawab "Iya, Nala masakin, tapi mas keluar dulu"

Pandu mengangguk setuju "oke" ujarnya singkat, lalu berlalu dari sana dengan senyum yang mengembang

Pandu kemudian memutuskan mandi sejenak seraya menunggu Nala, lima belas menit kemudian lelaki itu keluar dengan piyama hitamnya

Pandangannya ke arah dapur langsung disuguhi Nala yang tampak sibuk berkutat di sana, Nala berbalik saat merasakan langkah kaki mendekat ke arahnya

Wanita itu mengenakan baju longgar selutut berwarna merah muda, meski begitu bagian perut terlihat sempit sebab perutnya yang besar, rambutnya ia cepol asal, kecantikannya tampak natural sekali, hal yang Pandu sukai

"Mas.." tegur Nala yang melihat Pandu di belakangnya "Nala bingung mau buatin kamu minuman apa, mau jus mangga atau teh?" tanyanya

"teh aja La, biar ga ribet" jawab Pandu, Nala mengangguk kemudian kembali berkutat dengan masakannya

"Mas duduk aja.." ujar Nala saat beberapa menit kemudian Pandu masih berdiri di belakangnya

Alih alih duduk, lelaki itu malah mendekatkan dirinya, Nala terpenjat saat tubuhnya bersentuhan dengan Pandu di belakang

"aww.." Nala meringis bersamaan saat jemarinya menyentuh wajan panas

Melihat Nala yang menyentak tangannya, dengan gesit Pandu meraih tangan itu "ceroboh banget sih Laa" ujar Pandu, kemudian membawa jemari Nala tepat ke bawah kran wastafel, mengairi luka bakarnya

"gapapa mas, Nala cuma kaget aja tadi, makanya kesenggol" ujarnya lalu menarik tangannya dari jemari Pandu

Pandu otomatis mundur saat Nala bergerak di depannya, wanita itu mematikan kompor, lalu menyajikan nasi goreng yang telah matang

"buat lo mana?" tanya Pandu saat Nala hanya menyiapkan satu piring

"Nala udah makan"

"Di mana?"

"Di cafe tadi"

"Sampe lo kehujanan gini?"

Nala terdiam sejenak. "Tadi Nala ketemu teman lama disana, dan kejebak hujan" bohongnya

Pandu mengangguk, "yauda sini, gue makannya di sofa aja"

Nala menyerahkan sepiring nasi goreng buatannya "tehnya sebentar lagi selesai, ntar Nala anterin"

Pandu mengannguk paham lalu melangkah menuju sofa, menghidupkan televisi di depannya, lalu mulai menyuapkan nasi gorengnya

"ini tehnya mas" ujar Nala sembari meletakkan teh itu di meja kecil samping sofa, Pandu menoleh, hingga kemudian tatapan mereka bertemu

Dengan kikuk Nala mengalihkan pandangannya beralih ke televisi, namun pandangan di sana lebih mengejutkannya, sehinnga cepat cepat pandangannya ia jatuhkan ke bawah

Pandu yang menyaksikan itu terkekeh geli, bukannya Nala sudah pernah melakukannya, namun wajah wanita itu tetap merona malu

Pandu menaruh piring nasi gorengnya yang bersisa setengah, menarik tangan Nala saat wanita itu hendak melangkah, hingga terduduk di sampingnya

"awhh.." rintih Nala sembari spontan mendaratkan jemarinya di permukaan perutnya

"sakit Laa??" Tanya Pandu panik sembari mendekat

"engga, Nala kaget, juga tiba tiba dia nendang" jelas Nala, Pandu mengangguk paham

"mas mau.. pegang?" ujar Nala tiba tiba, entah mengapa ia ingin sekali merasakan hal itu, seperti ibu ibu yang biasa bersamanya saat memeriksakan kandungan

Ia menunduk saat Pandu tak bereaksi apapun, kemudian dirasakannya jemarinya Pandu genggam, Pandu tersenyum saat pandangan mereka bertemu, diraihnya tengkuk wanita itu hingga mendekat pada wajahnya dan mendaratkan ciuman disana.

***

Tbc..

Pandunala (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang