Chapter 20

14K 534 16
                                    

"Siapa?" Tanya Reno tiba tiba saat mereka ditengah perjalanan.

"Siapa apa kak?" Tanya Nala kembali sebab tak mengerti.

"Suami Lo."

Nala menunduk, enggan menjawab.

"Pandu?, si brengsek itu kan?" Kandas Reno.

"Bukan" Balas Nala cepat.

"Kita dulu sahabatan, gue jelas tau salah satu dari apartemen itu punya Pandu"

Nala diam menunduk.

"Ternyata benar dugaan gue" Ujar Reno tertawa sumbang.

Setelahnya keheningan terjadi.

"Nala tau Kakak dan Mas Pandu punya hubungan yang gak baik, walau Nala gak tau apa" Ujar Nala

"Dimata Nala dia laki laki yang sangat baik, Dia suami Nala, Nala ingin jaga nama baiknya, Nala mohon ya Kak, untuk gak kasih tau hal ini ke orang orang yang berhubungan dengan Mas Pandu" Ujarnya meminta.

"Sedang dia gak akuin lo sama sekali" Tambah Reno.

Nala hanya menunduk diam.

Mobil Reno berhenti

"Gue cuma bisa antar sampe sini, gue gamau ambil resiko, malas ribut" Jelas Reno, yang diangguki Nala, tanda mengerti.

"Terimakasih ya Kak, udah nolongin Nala dan antar Nala pulang" Ujarnya

Reno hanya bergumam singkat, dan langsung meninggalkan Nala.

***

Nala melangkah Masuk

"Dari mana aja lo!?" Ujar Pandu dengan suara Lantangnya.

Lelaki itu melangkah mendekat kearah Nala.

"Nala habis dari rumah Debi Mas" Jawab Nala.

"Gue gatau kalo ternyata lo jago bohong" Sarkas Pandu

Nala menggeleng, namun tak bisa berkata yang sebenarnya.

"Kenapa bohong! Dari mana lo HAH?!" Senggak Pandu berapi api.

"Maaf Mas, Nala juga habis chek up tadi" Jawab Nala bergetar, takut.

Semakin berang, diseretnya Nala segera, kemudian membanting tubuhnya di sofa pada ruangan itu.

Terdengar ringisan tertahan Nala saat tubuhnya terbentur sofa.

"Maafkan Nala Mas" Ujar Nala dengan air mata yang telah luruh membasahi pipi.

"Lo istri gue sekarang, walau terpakasa, tapi bukan berarti lo bebas lakuin apa yang lo mau!" Tambahnya.

"Maaf Mas" Isak Nala.

"Gue muak liat air mata lo" Lantang Pandu, yang langsung meninggalkan Nala.

Air mata bagai sungai di pipi Nala, mengalir deras tanpa jeda, walau beberapa kali telah disekanya.

Tak ada lagi kehangatan, tawa, canda, Pandunya yang penuh kasih sayang, Pandunya yang penuh perhatian, kembalikan itu pada Nala Tuhan.

Nala ingin merasakan hangat itu lagi, belaiannya yang lembut menyentuh surai Nala, tatapan hangat penuh perhatian Pandu, pelukan hangatnya, Nala sungguh merindukan hal itu.

Disekanya air mata untuk kesekian kalinya, perlahan ia bergerak, melangkah menuju kamar miliknya.

***

Pandu bangun dari tidurnya saat melihat jam telah menunjukkan pukul 06.30 Wib. Setelahnya ia melangkah ke kamar mandi, lalu setelahnya mengenakan seragamnya dan melangkah keluar kamar.

Pandunala (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang