"Kenapa Bi?"
"Ada lumayan banyak pesanan La" Imbuh Debi
"Kan bagus Bi, artinya pemasukan kamu bakal bertambah" Jelas Nala
"Iya sih, Lo gue tinggal bentaran gapapa ya? Mau anter barang pesanannya" Ujar Debi kemudian, merasa tak enak jika harus meninggalkan Nala sendiri.
"Ohh, kalo gitu Nala ikut aja sama kamu, boleh gak?" Tawar Nala antusias.
Debi menggaruk kepalanya yang tak gatal "Boleh aja sih, tapi gue bawa motor, ntar lo pasti kepanasan, kulit lo jadi gosong" Jelas Debi.
"Gapapa kok. Nala malah seneng bisa bantuin kamu" balas Nala dengan senyum yang mengembang.
Setelah menerima kabar dari group kelas bahwa hari ini dosen tak datang, maka mereka memutuskan untuk berbenah rumah, membantu Sara memasak untuk mereka.
Debi, selain kuliah, ia juga mempunyai kerja sampingan, yakni berjualan online, Nala sendiri sudah lama tahu hal itu sebab Debi selalu bercerita bahwa ia harus membatu sang ibu yang single parent.
Dan Debi sendiri cukup puas dengan untungnya, sebab ia tak butuh lagi meminta jajan atau uang minyak sepeda motor pada sang ibu.
Setelah membungkus beberapa barang yang akan diantar, maka mereka kemudian bersiap dan pergi.
***
"Ini jalannya udah bener Bi? Kok masuk kedalam hutan gini" Tanya Nala yang mulai gelisah."Bener kok La, bentar lagi kita sampai titik" Balas Debi yang kemudian diangguki Nala.
"Bii,, ini dimana Nala takut" Gusar Nala di belakang kemudi, setelah mereka cukup jauh masuk, jalanan semakin sepi, rusak dan gelap.
"Gue juga bingung La, tapi ini alamatnya udah pas kok" Jawab Debi, kemudian ia memberhentikan motornya di tepi jalan sepi itu, dan memastikan ponselnya melihat lokasi tujuan mereka.
"Yaudah kita balik aja deh, yang pesen juga ga bisa dihubungin" Putus Debi.
Namun disaat motor mereka hendak berbalik arah, mobil jeep melaju kencang dari arah depan, mengunci jalur mereka, setelahnya keluar 4 orang lelaki berbadan tambun.
Tanpa dapat banyak melawan, mulut mereka dibekap dengan kain yang sudah terlebih dahulu diberi bius, dan setelahnya hanya kegelapan yang terlihat.
***
"Diam!" Sentak lelaki dengan badan gempal berbaju hitam di depan Nala.
Nala menunduk, dengan derai air mata.
"Lepasin Nala, hiks" sendunya.
"Cantik tapi cengeng amat" ujar salah satu dari mereka, yang paling ideal diantara mereka, rapi, bahkan perawakannya sama sekali tak seperti seorang penjahat.
"Tapi emang bening banget sih, gak sabar gue" kali ini lelaki yang lain lagi, berbaju biru.
"Sabar, ntar juga kebagian" ujar si baju hitam.
***
"Brengsek!!" Maki Pandu setelah melihat pesan bergambar di ponselnya.
Pesan itu dari Raisa, temannya melihat Nala dengan seorang lelaki ke Hotel Muara.
Dengan penuh emosi Pandu melaju membelah malam yang dingin diiringi gerimis tipis.
Dengan jalan yang lenggang dan kecepatan kilat, Pandu tiba di hotel tersebut.
Membayangkan Nala dengan mesranya bersama pemuda itu membuat darahnya mendidih.
Langkah Pandu semakin cepat, menuju ke resepsionis dan dengan beberapa ancaman seorang Pandu Anggara Hardinata sampailah ia di depan kamar yang bisa di pastikan milik Nala dengan lelaki bajingan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandunala (End)
RandomCheesy story Sosok yang sempuna itu adalah Pandu, setidaknya bagi Nala. Lelaki yang selalu memberinya perhatian dan kasih sayang, yang tanpa sadar telah membuatnya jatuh hati. Namun Pandu telah memiliki kekasih, dan yang Nala tau, mereka saling men...