Hal hal baik dan hal hal buruk terjadi dalam hidup manusia, begitu terasa ketika hal yang buruk terjadi, semua terlihat kacau, tak ada hal yang berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan, sebab mungkin segalanya terlalu dipaksakan
Nala menunduk menangis dalam diam sembari sesekali menghapus bulir air mata yang jatuh, semua orang yang ada di sana juga diam tanpa suara- Rida, Burhan, Safira, Ardi dan Reno
Safira dan Ardi datang hendak menjemput sang putri, sedang Rida dan Burhan sengaja di telepon oleh Reno
Beberapa menit lalu dokter telah keluar, mengabarkan jika luka dan benturan yang Pandu alami cukup parah, ia harus di rawat inap.
Nala menghapus air matanya kemudian, lalu bangkit berdiri “ayo ma kita pulang..” ujarnya, kemudian langsung melangkah tanpa menunggu jawaban
Semakin jauh melangkah semakin sesak pula hatinya terasa, sekuat mungkin ia menahan tangis yang hendak keluar, mungkin memang akan bahagia sekali rasanya bersama Pandu, namun kebahagian lain pasti ada di luar sana, tanpa Pandu, Ia hanya harus membiasakan diri
“Nala?”
“Nala?”
Nala menghapus air mata di pipinya sebelum berbalik menaggapi panggilan dari Safira
“Mama rasa kesempatan kedua gak ada salahnya”
“ma..” Nala mulai terisak sembari kembali berlari ke arah Safira, memeluk erat Safira “Makasih ma..”
Safira kemudian melepaskan pelukan mereka “Papa kamu yang bilang begitu, dan mama rasa boleh juga”
Nala menggeleng tak percaya, kemudian menatap sang Papa “maapin Nala yang keras kepala ini ya Pa”
Ardi hanya mengangguk kemudian merentangkan tangan pertanda sebuah pelukan, yang langsung disambut Nala “makasih Pa”
“Papa maafin asal kamu bahagia sayang”
“Oke, sekarang udahan dulu nangisnya, kata suster Pandu udah sadar, gih sana”
Nala melepaskan pelukan mereka kemudian, lalu menghapus air matanya
“Nala ke pergi dulu ya ma.. janji akan pulang sebentar lagi”
Safira menggeleng geleng tak habis pikir melihat perubahan sang putri “Ya gak pulang juga gak papa, kan kamu istrinya”
Nala terkekeh malu, dan kemudian melangkah dengan senyum yang mengembang menjauh dari mereka
“Anak kamu tuh Pa, emang buah gak jatuh jauh dari pohonnya”
***
Dalam kondisi duduk bersandar pada brankarnya Pandu menoleh ketika pintu terbuka dan kemudian menampilkan Reno yang melangkah
“Ngapain lo—shh..” Pandu meringis saat membuka mulut, luka di sudut bibirnya terasa kembali terbuka
“Makanya jangan kebanyakan omong lo!, masih untung gua tolongin” ujarnya
“Diem lo!” balas Pandu tak mau kalah
“mulut gue, suka suka gue!”
Pandu mengalihkan pandang tak suka, rasasanya ingin sekali memaki lelaki yang ada di hadapannya ini juka mulutnya tak robek begini
“Oke fine, ini adalah permintaan maaf gua yang entah udah beberapa kali, but still, i just wanna make it more better, I want to be your friend again, forgive me”
“ternyata lo nolong gua karna ada maunya”
“sebenernya ide itu ada sih, secara kalo lo mati Nala pasti sama gue”
“bangsat lo!” ujarnya sembari melepar Reno dengan cup minuman yang ia pegang
“Aw..”
Reno terkekeh melihat ekspresi Pandu, pria itu langsung berlalu tanpa ingin terlibat lebih jauh, juga sebab pasangan itu pasti memerlukan waktu lebih lama kali ini
“Laa.. aku—tadi aku mau lempar itu ke arah Reno, bukan kamu”
Nala menggeleng tak habis pikir, bahkan di kondisi seperti ini pun kedua lelaki itu masih saja ribut
Nala mengambil posisi duduk di samping brankar Pandu “Mas Pandu—“
“maaf Laa, maaf buat semua kesalahan aku” ujar Pandu sembari menunduk “kali ini aku gak akan minta kamu untuk apapun lagi, gak akan maksa kamu untuk kembali lagi sama aku, karena kamu berhak milih, meski tetap berharap pilihan itu adalah aku, tapi jika bukan pun—“
“Nala maunya kamu” potong Nala segera
Pandu mendongak, menemukan Nala yang tersenyum ke arahnya
“Dan Mas harus minta, pinta Nala untuk temenin mas lagi, hidup sama mas lagi, dan..” ujar Nala terhenti
“dan..?”
Entah mengapa rasa malu menyelimuti Nala seketika “jadi ibu dari—“
Pandu terkekeh, diraihnya jemari Nala kemudian “Then I will, please be with me again, carry my child again”
Dengan senyum yang mengembang Nala mengangguk dan Pandu segera membawa wanita itu kepelukannya.
Pahit manis dalam cinta adalah hal biasa, berjuang dan menyerah adalah pilihan masing masing, namun keduanya tahu bahwa masing masing layak diperjuangkan.
END
Akhirnya selesai jugaa, maaf buat semuanya yang menunggu (emang ada?). Aku sadar aku ga berusaha profesional sebagai penulis, really sorry about that.
Namun intinya cerita ini selesai dan kalian bisa nimatinnya tanpa harus gantung, honestly aku merasa dihantui sama cerita ini di saat aku mau nulis draft cerita yang lain, but here we are, finally I did it.
Meski mungkin sulit untuk di jawab (karena kelamaan update) gimana pendapat atau kesan atau apapunlah yang kalian ingin sampaikan terkait cerita ini, ataupun terkait penulis secara personal, silahkan tulis di kolom komentar. And thank you all see you in the next project, xoxo.
Bandar Masilam 28/03/2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandunala (End)
RandomCheesy story Sosok yang sempuna itu adalah Pandu, setidaknya bagi Nala. Lelaki yang selalu memberinya perhatian dan kasih sayang, yang tanpa sadar telah membuatnya jatuh hati. Namun Pandu telah memiliki kekasih, dan yang Nala tau, mereka saling men...