Seneng kagak w update tiap hari?
Atau mau seminggu sekali aja kayak Tax Included?
==========
Meski sempat terjadi huru-hara, liburan tidak berakhir buruk-buruk amat.
Sesuai rencana, selepas sarapan, yang lain masih sempat keliling Ubud sampai tengah hari, sementara Bimo dan Sabrina terpaksa tetap tinggal di villa. Sorenya, setelah mampir ke rumah makan yang diinginkan Sabrina, mereka semua kembali ke Canggu dengan badan capek tapi puas.
Hari Senin keesokan harinya berjalan normal seperti di minggu pertama.
Barulah di hari Selasa pagi, terjadi kehebohan lagi.
Tidak lain tidak bukan, diprakarsai oleh Sabrina Tanjung, pacar drama queen Bimo.
Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba terdengar jeritan dari kamarnya pada pagi buta.
Iis dan Zane sedang jogging. Bimo masih mandi. Jadilah Mail dan Agus yang kebetulan ada di dapur yang kemudian bergegas mendobrak kamarnya.
Sialnya, cewek yang bersangkutan nggak ada di kamar. Melainkan di kamar mandi.
"Kenapa? Jatuh kepleset?" Gusti bertanya cemas sambil menggedor-gedor pintu di depannya.
Tidak langsung ada sahutan, membuat suasana jadi agak mencekam selama beberapa saat.
"Eung ... Mbak Iis ada?"
Saat akhirnya Sabrina menjawab dan balas bertanya, baik Gusti maupun Mail langsung bisa menebak apa yang sedang terjadi.
"Pantes selama ini gue ngerasa kita jarang nyambung. Jadi lo baru puber sekarang? Baru dapat haid pertama, makanya panik?" Mail mendengus malas, teringat keponakannya di rumah, ketika mengalami hal yang sama dengan Sabrina saat ini. Bedanya, keponakannya sudah mulai haid di kelas enam SD.
Belum sempat kedua cowok itu pergi, pintu Sabrina sudah menjeblak terbuka duluan.
Sang cewek yang sudah berpakaian lengkap, dengan handuk membungkus kepala, keluar dari kamar mandi dengan muka merah padam. Tidak mau repot meladeni dua cowok di kamarnya, dia langsung keluar begitu saja. Nyaris bertabrakan dengan Bimo yang baru hendak masuk memeriksa keadaannya.
"Pagi-pagi teriak, ada apa, Sab?" Bimo bertanya kalem. Pada dasarnya cowok-cowok di rumah itu memang kalem-kalem, sih.
Sabrina yang merasa nggak mungkin menjelaskan masalahnya di depan Gusti dan Mail, kemudian mendekati pacarnya dan berbisik tepat di kuping.
"Oh ... ya udah, minta ganti jadwal aja." Bimo lalu menyahut solutif.
Tapi sayang, Sabrina tidak menyukai solusi yang ditawarkannya.
"Nanti aku nggak ada temennya dong, kalau ujian sendiri." Cewek itu merengut, sedih berlebihan seperti biasa.
"Ya mau gimana lagi? Masa nekat tetep masuk?" Bimo merangkul bahu ceweknya dengan sabar. "Selain khawatir tembus, emang nggak takut kram perut pas nyelem?"
"Bener kan gue bilang, lo baru dapet pertama, kan?" Mail sotoy.
Tapi nggak salah-salah amat, sih.
Meski bukan haid pertama banget, saat ini Sabrina sedang khawatir karena tamu bulanannya datang kecepetan, bertepatan dengan jadwal ujian selamnya. Siapa yang nggak jadi panik coba?
"Udah, udah ... nggak usah drama. Pake tampon atau menstrual cup kan bisa." Mail yang kayaknya lebih ahli ketimbang Sabrina, memberi solusi lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrongful Encounter [COMPLETED]
Fiksi Umum"Iis daripada ngekos sendiri, tinggal bareng kita aja, gimana?" Mendengar tawaran Bimo yang terdengar tercela itu, semua kepala kontan menoleh. "Dan jadi babu kalian, gitu? Thanks, but no thanks." Cewek berbudi luhur itu menggeleng, masih sempat-sem...