Paginya, karena yang lain belum pada bangun, terpaksa Sabrina lah yang keluar mencari sarapan.
Biasanya dia pergi bersama Bimo, tapi berhubung semalam pacarnya itu pulang terlalu larut, Sabrina tidak tega membangunkan.
"Mau nyari sarapan?" Mendadak sebuah suara muncul di belakang Sabrina yang sedang berjongkok mencari sandal luar rumahnya yang tertimbun di bawah tumpukan sepatu.
Sabrina menengok.
Zane.
"Iya, Bang," sahutnya sembari mengibas-kibaskan sandal yang permukaan atasnya berdebu.
Emang Agus-Mail dan lain-lain hobi banget bikin orang darah tinggi!
Udah tau space di bawah masih banyak, malah kalau naruh sepatu ditumpuk semua di rak teratas, jadinya kan kotor semua!
"Gue aja yang beliin." Zane bersuara lagi. Cowok itu lalu berganti sandal juga.
"Tapi gue emang pengen pergi, pengen nyari angin seger di luar." Sabrina ngotot. Padahal nyari angin itu cuma kiasan. Mana ada angin? Dedaunan pohon di pool mereka saja nggak bergerak sama sekali. Terus, nyari yang seger-seger di Canggu itu bukan di luar rumah, tapi di dalam, di bawah AC!
"Ya udah, berdua." Zane memberi alternatif daripada ribut.
"Naik motor?"
"Mau jalan apa naik motor."
"Naik motor aja, deh, biar cepet."
Jadilah mereka berdua keluar menggunakan motor Zane.
Tadinya cuma mau beli nasi bungkus dekat-dekat villa, tapi karena jarang-jarang Zane mau menemaninya keluar, sekalian Sabrina minta diantar ke Pasar Berawa.
Jujur, Zane masih trauma pergi ke pasar dengan Sabrina. Tapi karena cewek itu berjanji akan lebih hati-hati dan nggak kebanyakan ngoceh, akhirnya dia kabulkan saja.
"Bawa duit?" Zane mendadak nanya, tinggal beberapa ratus meter sebelum pasar memasuki area.
"Hah?" Sabrina baru ingat kalau belanja selain butuh tumpangan, juga butuh duit. "Ke ATM dulu. Cash gue terbatas."
Karena Zane baik hati dan tidak sombong, jadilah dia menghentikan motornya di depan convenience store dekat-dekat situ untuk tarik tunai. "Tunggu di sini."
Sabrina melongo ketika Zane menghentikannya saat akan turun dari motor, dan cowok itu malah mendahuluinya turun duluan.
Deja vu.
Ingat adegan Zane membukakan pagar sementara Mbak Iis tetap nangkring di atas motornya? Mirip, kan?
Sabrina bergidik geli.
Kok dia jadi kayak Mbak Iis sekarang?
~
"Udah baikan?" Bimo bertanya saat melihat pacarnya memasuki rumah bersama Zane, dengan banyak kantong belanjaan di tangan masing-masing.
"Udah." Sabrina menjawab singkat sembari menyerahkan barang yang dibawanya ke Bimo, lalu dia duluan masuk ke dapur, menyalakan kran sink untuk cuci tangan, sebelum kemudian membongkar sayur mayur dan ikan-ikanan yang dia beli.
"Cieee." Bimo merepet di sebelahnya dengan tampang konyol.
Sabrina memutar bola mata.
Ini Bimo pacarnya siapa sih? Bukannya bete karena Sabrina pergi dengan cowok lain, malah dia cie-ciein!?
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrongful Encounter [COMPLETED]
Fiksi Umum"Iis daripada ngekos sendiri, tinggal bareng kita aja, gimana?" Mendengar tawaran Bimo yang terdengar tercela itu, semua kepala kontan menoleh. "Dan jadi babu kalian, gitu? Thanks, but no thanks." Cewek berbudi luhur itu menggeleng, masih sempat-sem...