29 | stuck with you

8.6K 1.3K 44
                                    


Saking pusing, Mail sampai nggak kuat pergi mandi.

Toh, seharian dia tidak berkeringat, karena kerjaannya cuma tiduran di bawah AC. Jadilah setelah buang air kecil, gosok gigi, dan cuci muka, dirinya kembali masuk ke bawah selimut.

Villa mereka sudah sepi. Tidak ada suara-suara, yang berarti penghuni lain sudah pada tidur.

Ingat sejak kemarin membiarkan pesan masuk di WhatsApp-nya membludak, cowok itu dengan berat hati mengulurkan tangan ke nakas, meraih handphone-nya.

Dia bersihkan semua notifikasi biar tidak bikin sakit mata, lalu membuat pengumuman di grup kalau dia akan menjawab semua pesan besok pagi.

Saat hendak meletakkan kembali benda itu di tempat semula, sebuah notifikasi pop up muncul.

Satu pesan masuk.

Dari Regina.

Menanyakan dirinya sakit apa.

Huh.

Tanpa berniat mengindahkan, Mail meletakkan kembali benda di tangannya itu ke tempat semula, kali ini dengan layar menghadap ke bawah.

Sekarang aja berlagak peduli. Kemarin sewaktu menipunya, itu cewek mikir apa coba?


~


Sabrina terbangun karena jidatnya membentur benda keras.

Shit.

Ternyata dia ketiduran di kursi tamu.

Bukan di sofa, tapi di kursi rotan yang bantalan empuknya cuma ada di bagian dudukan, sementara sandaran punggung dan armrest-nya tetap keras.

Tadinya dia memang duduk di situ untuk mengerjakan bahan publikasi pra acara Rector Cup, sementara dua sofa three seater yang ada sudah duluan dikuasai Mas Gusti dan Mbak Iis yang tumben-tumbenan juga sok sibuk.

Bimo yang nggak betah begadang di tempat nggak pewe, sudah berinisiatif mengajak Sabrina pindah ke kamar, tapi Sabrina menolak. Kalau deket kasur tuh bawaannya kepengen tidur melulu.

Akhirnya Bimo naik duluan.

Lanjut Mbak Iis juga pamit masuk kamar.

Terakhir, Mas Agus menyuruhnya pindah juga sebelum kemudian meninggalkannya sendirian.

Dan sekarang Sabrina terbangun dari tidur yang tidak dia sengaja, entah jam berapa, dengan lampu-lampu masih menyala.

Sambil menguap pelan, cewek itu menekan salah satu tuts di keyboard-nya untuk menyalakan layar laptop. Sudah hampir jam enam, astaga nagaaa!

Pantas badan Sabrina terasa sakit semua. Rasanya dia mau menangis saja.

Masa dia nggak tidur di kasur sama sekali malam ini? Yang ada, nanti bukannya fokus saat kelas surfing, malah ketiduran di pantai!

Menahan pedih, dia matikan laptopnya dengan benar.

Cewek itu lalu ngesot ke dapur untuk mengambil air mineral dingin. Menimbang-nimbang perlu tidur lagi atau tidak.

Lalu dia putuskan naik dulu ke kamar Bimo untuk membangunkan si cowok. Dia bisa tidur lagi setelahnya.

Belum sempat masuk ke tempat yang dituju, pandangan cewek itu tidak sengaja terarah ke kamar ujung—kamar Ismail—yang tumben-tumbenan jendelanya terbuka lebar-lebar, padahal AC-nya menyala.

Tanpa berpikir dua kali, dia melangkah ke sana, hendak memeriksa.

"Bang?" Dia ketuk pintunya perlahan. "Udah bangun, ya?"

Tidak ada sahutan, membuatnya mendengus pelan.

Tapi karena dia baik, dia bantu tutupkan jendela itu. Mungkin tadi si Ismail kampret itu habis merokok, terus lupa ngunci, dan saat ia kembali tidur, jendela sliding-nya terbuka sendiri kena angin?

Udah tau sakit, masih aja ngerokok? Bodo amat! Sabrina bukan emaknya!

Baru juga Sabrina hendak pergi, pandangannya tidak sengaja jatuh ke kasur berlinen putih di dalam ruangan yang remang-remang itu.

Tidak ada orang di sana!

Sebagai gantinya, ada bayangan gelap besar di lantai.

Batal langsung cabut, Sabrina mengulurkan tangan ke handle pintu.

Tidak terkunci.

Begitu daun pintu ia kuakkan, sebuah jeritan melengking yang sarat dengan ketakutan kemudian terdengar ke sepenjuru villa.


#TBC


Sebenernya draftnya panjang, tapi w dah ngantuk mau lanjutin editnya :/

Mianhae


Wrongful Encounter [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang