Part 20

1.2K 29 0
                                    

Nana membantu suaminya mengganti pakaian khas rumah sakit yang digunakan untuk operasi. Sepertinya suaminya sedikit gugup, karena dahinya berkeringat di malam yang sedingin ini. Namun dia tidak berani menanyakannya karena takut suaminya akan marah. Lebih baik diam saja daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Apa rasanya akan sakit?" tanya Noah tiba-tiba yang membuat Nana kaget sekaligus senang, karena baru kali ini suaminya bicara sedikit lembut padanya.

"Aku rasa sakitnya hanya sedikit, tenanglah!" jawab Nana dengan senyuman tulus.

"Benarkah? Bagaimana jika sakit sekali?" tanya Noah lagi yang semakin gugup.

"Apa kau takut?" tanya Nana mengejek.

"Tidak! Siapa juga yang takut?" jawab Noah sinis.

"Lalu kenapa kau sangat gugup seperti itu? Keringatmu sampai bercucuran seperti ini," tanya Nana lagi yang sengaja menggoda suaminya. Dia mengusap keringat yang ada di dahi suaminya dengan lembut.

"Benarkah? Aku rasa disini sangat panas, makannya aku berkeringat," jawabnya mengelak.

"Diluar anginnya kencang, bagaimana bisa kau merasa kepanasan? Aku saja kedinginan meski sudah pakai jaket," kata Nana lagi menahan senyum melihat suaminya yang ketahuan sedang gugup itu.

"Sudah jangan banyak bicara, dimana anak nakal itu?"

"Leon?" tanya Nana memastikan.

"Iya, dimana dia?"

"Dia.... "

Nana sejenak terdiam, mana mungkin dia mengatakan pada suaminya kalau Leon bertemu dengan Brian di taman rumah sakit? Bisa-bisa makin panjang masalahnya. Namun seseorang tiba-tiba nyelonong masuk memotong pembicaraan.

"Ada apa kau mencari ku?" tanya Leon ketus.

"Darimana saja kau?" tanya Noah yang tidak kalah emosi.

"Aku hanya berjalan-jalan di taman, apa tidak boleh?" tanya Leon kesal.

"Ya... terserah kau saja, seorang jomblo memang tidak punya kesibukan," jawab Noah terkekeh mengejek adiknya.

"Jika aku punya pasangan, maka aku akan sibuk membahagiakan pasanganku!" tukasnya pada Noah dengan penuh sindiran.

Noah yang semula terkekeh tiba-tiba terdiam mendengar ucapan adiknya itu, dia memang tersindir dengan ucapan adiknya. Namun dia tidak menghiraukannya, rasanya malas sekali jika harus berdebat dengannya sedangkan sesaat lagi dia harus menjalani operasi. Lebih baik menyiapkan mentalnya saja, begitu pikirnya.

"Ehem... apa kau tidak ingin minum dulu?" tanya Nana yang mencoba mencairkan suasana tegang antara kakak beradik itu.

"Tidak!" ketusnya.

Leon yang menyaksikan itu hanya membuang nafasnya panjang, masih saja sedingin itu pada istrinya sendiri. Rasanya ingin dia c*kik saja leher kakaknya itu, apa dia tidak tau bahwa diluar sana banyak sekali yang ingin memiliki Nana? Sedangkan dia yang berhasil memilikinya malah menyia-nyiakannya. "Dasar b*d*h!" umpatnya.

Lima menit kemudian, beberapa perawat masuk dan membawa Noah ke ruang operasi. Namun sebelum masuk ruangan, Noah tiba-tiba menatap sendu Nana dan menggenggam tangannya sekilas seperti meminta kekuatan. Nana hanya membalasnya dengan anggukan dan senyuman, seolah mengatakan kau pasti akan baik-baik saja.

"Ya Tuhan... rasanya bahagia sekali, suamiku memintaku untuk menguatkannya walaupun tanpa mau dia katakan," batinnya bahagia.

"Kak, bersabarlah sebentar lagi... Aku yakin kakakku akan melihat cintamu," batin Leon yang sedari tadi tak luput memandangi raut wajah kakak iparnya yang tersenyum-senyum sendiri.

Revenge MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang