Part 4

1.3K 46 0
                                    

*Surabaya*

Bu Ratih terus memandangi layar ponselnya, berkali-kali mencoba menghubungi Nana namun sama sekali tidak bisa terhubung. Bu Ratih cemas karena tidak biasanya anak semata wayangnya itu tidak menghubunginya.

"Apa terjadi sesuatu padamu, Nak? Kenapa tidak menghubungi Ibu?" batin Bu Ratih.

"Ah, kenapa tidak kutanyakan saja pada menantuku? Tapi, aku bahkan tidak memiliki nomer ponselnya. Aaahh... apa yang harus aku lakukan? Kenapa aku sangat cemas memikirkan Nana? Aku takut terjadi sesuatu padanya. Tidak, tidak! Aku tidak boleh berfikir macam-macam." Bu Ratih cemas berjalan kesana kemari sambil menggenggam erat ponselnya, dia bingung bagaimana caranya agar bisa menghubungi putrinya. Tiba-tiba dia tersenyum saat mengingat seseorang yang bisa diandalkannya.

"Bu Jean... ya... dia pasti punya nomer ponsel anaknya kan? Mustahil jika tidak punya. Sebaiknya aku tanyakan saja pada Bu Jean." Bu Ratih segera menghubungi Bu Jean.

Bu Jean yang sedang memasak pun terkejut mendapati besannya tiba-tiba menghubunginya.
"Halo Bu Ratih, ada apa sepagi ini menelpon?"

"Ah... begini Bu, saya ingin meminta nomer ponselnya Nak Noah. Karena beberapa hari ini Nana tidak bisa dihubungi, saya takut terjadi sesuatu padanya."

"Benarkah? Baiklah nanti aku kirimkan nomernya, jangan cemas Bu Ratih, mungkin saja mereka disana sedang berbulan madu," jawabnya sambil tersenyum-senyum menantikan cucu dari anak pertamanya itu.

"Ya mudah-mudahan memang seperti itu Bu Jean, terima kasih. Maaf kalau sudah mengganggu sepagi ini, selamat pagi!"

"Tidak apa-apa Bu, selamat pagi!"

"Kenapa Ma?" Pak Rico yang sedang menikmati secangkir kopi berjalan mendekat setelah mendengar istrinya menerima telepon yang menyebut-nyebutkan nama anaknya.

"Ini Pa, Bu Ratih cemas karena ponsel Nana tidak bisa dihubungi, aku bilang saja padanya mungkin mereka sedang sibuk membuatkan cucu untuk kita." Bu Jean menjawab dengan tersenyum bahagia.

"Benar juga Ma, memang sudah saatnya kita menjadi kakek dan nenek. Semoga saja Nana segera mengandung cucu kita."

"Iya Pa, kita doakan saja mereka."

***

Sementara Noah didalam kamarnya menatap keluar jendela, dia kesal tidak bisa menyiksa Nana dengan leluasa karena adiknya berada dirumah. Dan dia tahu bagaimana adik laki-lakinya itu mencoba menjauhkannya dari Amanda kemarin.

"Aahh, s**ial! Kenapa anak nakal itu harus kemari? Mengganggu saja!"

"Ini tidak bisa dibiarkan, aku harus melakukan sesuatu agar Leon tidak berada disini. Dan Amanda, aku benar-benar tidak ingin jauh darinya," batinnya sambil berlalu keluar kamar.

Noah berjalan turun kelantai dasar dengan membawa jaket dan kunci mobil ditangannya, sekilas dia melirik ke arah dapur namun dia tidak menemukan sosok yang dicarinya.

"Kemana dia? Tumben sekali pagi ini aku tidak melihatnya? Baguslah, setidaknya pagi hariku tidak akan hancur hanya karena melihat wajahnya," gumamnya sembari berlalu keluar rumah mengendarai mobilnya.

Leon yang baru keluar dari dalam kamarnya berjalan menuju dapur berniat untuk sarapan. Disana dia hanya melihat Ratna dan Bu Susi, dia tidak mendapati kakaknya dan kakak iparnya.

"Kemana semua orang Mbak? Kok belum ada yang sarapan?" tanya Leon pada Ratna.

"Eh, itu Mas, Mas Noah baru saja pergi."

"Kak Nana?"

"Kalau Mbak Nana saya juga belum melihatnya sejak tadi Mas, saya pikir Mbak Nana masih dikamarnya."

Revenge MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang