Part 3

1.6K 57 7
                                    

Nana tertidur dengan mata sembab karena menangis seharian, perutnya yang lapar dan badannya yang kedinginan tidak lagi dirasakannya. Nana tidur dibawah lantai hanya beralaskan tikar tipis, tanpa bantal dan selimut. Walaupun tidur satu kamar dengan suaminya tapi Nana tidak diizinkan tidur di kasur yang sama dengannya.

"Banguuunn... aku bilang bangun Nana! Apa kau tidak mendengarku?" bentak Noah sambil melempari Nana dengan bantal.

Nana yang terkejut terkena lemparan bantal pun langsung bangkit dari tidurnya dan berdiri. "Kenapa kau melempariku dengan bantal?"

"Kenapa katamu? Kau tidak lihat sekarang jam berapa Nana? Ini sudah jam 8! Istri macam apa kau ini bangun kesiangan?" maki Noah sambil mengacak rambutnya frustasi karena semalam dia memimpikan hal buruk dan itu tentang Amanda kekasihnya, dan perasaannya semakin kacau karena saat bangun tidur dia melihat Nana masih terlelap dengan mimpinya dibawah sana.

"Maaf Noah, aku hanya terlalu lelah karena itu aku bangun kesiangan." Nana menundukkan kepalanya takut berhadapan dengan suaminya sendiri.

"Lelah? Apa kau bekerja? Setiap hari kau hanya dirumah dan kau bilang kau lelah! Benar-benar istri yang tidak berguna!"

Noah menarik kasar rambut Nana yang ada dihadapannya, Nana yang terkejut hanya bisa merintih sambil menahan rasa sakit di kepalanya sambil mencoba melepaskan tangan Noah yang sedang menarik rambutnya.

"Tolong lepaskan aku! Ini sungguh sakit, tolong lepaskan!" pinta Nana dengan menangis.

"Cih, aku muak sekali melihat air matamu! Tapi itu lebih baik daripada melihatmu tersenyum selama dua minggu ini," kata Noah sambil menatap tajam pada Nana.

"Tolong maafkan aku, ini sangat sakit Noah!"

Noah menghempaskan kasar kepala Nana hingga Nana jatuh tersungkur dan dahinya terbentur mengenai sudut tempat tidur. Beruntunglah tidak banyak darah yang mengucur, tapi tetap saja Nana kesakitan sampai dahinya membiru dan bengkak. Noah berlalu pergi meninggalkan istrinya yang kesakitan, dia bahkan acuh melihat dahi Nana yang membiru bengkak dan sedikit mengeluarkan darah. Nana mencoba bangkit dengan tenaganya yang tersisa, dia mencari-cari kotak P3K namun tak kunjung menemukannya didalam kamar itu. Akhirnya Nana turun kebawah dengan berjalan merambat berpegangan pada dinding, dia berniat menanyakan pada Ratna tentang keberadaan kotak P3K itu. Ratna yang mengetahui majikannya berjalan kearahnya pun langsung sigap berlari menghampiri majikannya.

"Astaga Mbak Nana! Apa yang terjadi? Kenapa bisa terluka seperti ini?" Ratna panik dan segera menggandeng Nana menuju tempat duduk.

"Mbak tunggu disini, saya ambilkan dulu obatnya!"

Nana yang melihat Ratna panik hanya tersenyum tipis,
"Kenapa harus Ratna yang sepanik ini? Kenapa bukan suamiku?" gumam Nana yang tak bisa menahan air matanya.

"Mbak maaf... tapi sepertinya ini akan sakit, tahanlah sebentar, obat oles ini sangat ampuh untuk luka di dahi Mbak Nana." Ratna mengoleskan obat oles itu dengan sangat hati-hati.

"Terima kasih Ratna."

Ratna yang melihat majikannya bersedih hanya bisa bergumam dalam hatinya, kenapa suaminya begitu tega menyakitinya hingga seperti ini? Apa salahnya?  Ratna menyimpan semua pertanyaan itu dalam hatinya, karena dia tidak ingin ikut campur terhadap masalah rumah tangga majikannya.

Beberapa menit kemudian Noah turun dari lantai atas menuju ruang makan untuk sarapan, dia sejenak melirik kearah Nana dan pembantunya yang sedang mengobati lukanya. Namun dia sama sekali tak menghiraukan istrinya itu. Nana yang melihat Noah menuju ruang makan segera berlari menghampirinya, cukup kesalahan tadi pagi saja yang dibuatnya karena bangun kesiangan. Dia tidak ingin melakukan kesalahan lagi dengan tidak melayani suaminya di meja makan.

Revenge MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang