Part 24

1K 23 0
                                    

Nana bangun dari tidurnya, matanya masih menatap tak percaya bahwa dia dan suaminya tidur di ranjang yang sama. Dilihatnya Noah yang masih terlelap di sebelahnya yang sedang tidur menghadap ke arahnya. Tangan Nana bergerak menyentuh lembut pipi Noah dan membelainya, sampai kegiatannya terhenti ketika Noah membuka matanya tiba-tiba.

"Kenapa kau membangunkan ku? Apa sudah pagi?" tanya Noah.

Nana membulatkan matanya dan segera menjauhkan tangannya dari pipi Noah, "Eh... aku... maafkan aku, aku tidak bermaksud membangunkan mu," ucapnya takut.

"Tidak apa-apa, sepertinya memang sudah pagi."

"Eh... ya... aku... aku akan ke dapur membantu Mama menyiapkan sarapan," ucap Nana salah tingkah dan beranjak dari tempat tidurnya.

"Hey Nana! Apa kau tidak mandi dulu?"

"Astaga, gara-gara ketahuan sedang memperhatikannya aku jadi lupa kalau belum mandi," gumamnya.

"Oh... iya... aku akan mandi dulu," jawabnya lirih dan segera masuk ke dalam kamar mandi.

Noah memperhatikan raut wajah Nana yang memerah seperti sedang salah tingkah, dia tersenyum memikirkannya. Istrinya itu sangat manis, kenapa dari dulu dia malah menyia-nyiakannya? Mungkin sudah saatnya dia benar-benar membuka hatinya untuk Nana dan menghentikan balas dendamnya.

Setiap hari Nana tidak luput membantu suaminya berlatih berjalan tanpa menggunakan tongkat, agar otot-otot yang kaku paska operasi di kaki yang tidak pernah digerakkan kembali meregang. Nana membantunya dengan sepenuh hati, tidak lupa juga dia selalu mengantar Noah jika waktunya kontrol ke rumah sakit. Hingga tidak terasa sudah dua bulan berlalu, Noah sudah bisa berjalan dengan sempurna tanpa bantuan tongkat lagi.

Selama itu pula Noah dan Nana semakin dekat, bahkan Noah selalu cemas jika Nana lama meninggalkannya. Namun dia tetap tidak pernah mau mengakuinya bahwa Noah sebenarnya sangat mengkhawatirkannya. Dia hanya melampiaskan cemasnya dengan amarah jika Nana sudah kembali, padahal jika Nana meninggalkannya, dia hanya sedang berbelanja ke pasar atau membeli kebutuhan rumah di supermarket dan membeli bahan makanan saja.

***

Leon pergi meninggalkan kota Bandung dan kembali ke Surabaya berniat mengontrol bengkelnya. Dan sesuai dugaannya, selama dua bulan ini Amanda tidak hentinya mencari Noah di rumah itu. Dia beralasan pada Amanda bahwa kakaknya dan istrinya sudah pindah tempat tinggal keluar kota. Awalnya dia tidak percaya dan selalu saja menerobos masuk ke dalam rumah mencari-cari keberadaan Noah. Namun karena tidak mendapati siapapun, akhirnya dia percaya bahwa Noah memang sudah pindah bersama istrinya dan meninggalkannya.

"Rupanya kau mengkhianati ku Noah, akan ku cari di manapun kau berada bersama istri si**alanmu itu!" umpatnya dalam hati.

Sejak Leon meninggalkan rumah itu, Amanda juga tak pernah datang lagi. Dia sengaja membuntuti Leon secara diam-diam barangkali dia bisa menemukan Noah kemanapun Leon pergi. Saat melihat mobil Leon berlalu meninggalkan rumah itu, Amanda segera mengikutinya dari belakang. Namun dia bertanya-tanya tentang mobil itu.

"Kenapa aku seperti mengenal mobil itu? Dimana ya aku pernah melihatnya? Hah... sudahlah, lebih baik aku ikuti saja dia. Siapa tau aku bisa menemukan Noah nantinya," batinnya.

Mobil yang dikendarai Leon melaju menuju sebuah rumah makan, dia turun dan masuk ke dalam diikuti Amanda yang mengendap-endap dengan penyamarannya agar tidak ketahuan. Leon bertemu dengan seseorang di sana. Dia bertemu Brian, dia berniat mengembalikan mobil itu pada Brian dan memintanya untuk mengantarkannya ke bandara.

"Siapa laki-laki itu? Aku sama sekali tidak bisa mendengar percakapan mereka. Apa laki-laki itu juga tau dimana Noah?" kata Amanda penasaran.

Lama Amanda menguntit mereka di kursi meja seberang dengan menutup wajahnya menggunakan masker dan pura-pura bermain ponsel. Saat melihat Leon dan laki-laki itu beranjak, Amanda pun dengan segera mengikutinya. Dia membuntuti mobil itu sampai ke bandara.

Revenge MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang