Brian seperti salah tingkah karena Noah memandangnya dengan tatapan sinis. Padahal niatnya hanya ingin menjenguknya saja, yah... walaupun tak dipungkiri, sebenarnya dia juga ingin melihat Nana. Hanya untuk memastikan bahwa dia baik-baik saja, tidak ada salahnya kan? Bagaimanapun juga dia tetap sahabat Nana di masa lalu.
"Terima kasih ya sudah menjenguk suamiku," kata Nana yang mencairkan suasana tegang antara suaminya dan Brian.
"Eh... iya sama-sama," jawab Brian salah tingkah.
Hening
Hening
Hening
"Brian," panggil Nana.
"Ya?"
"Mmm... bagaimana kau bisa berada di kota ini? Bukannya kau... "
"Sebenarnya aku disini sudah sejak dua tahun yang lalu, aku membantu mengurus perusahaan kakek disini," jelasnya.
"Kenapa tidak berkunjung ke rumah kami, Nak?" tanya Papa Rico mencela.
"Belum sempat Paman, karena di perusahaan sangat sibuk," jawabnya sungkan.
"Mampirlah ke rumah kami, tidak baik jika terus sibuk bekerja," kata Papa Rico lagi.
"Dia sibuk Pa, lagian untuk apa Papa mengundangnya ke rumah?" ucap Noah sinis.
Brian yang mendapat perlakuan tidak suka dari Noah semakin canggung saja berada di sana. Sejenak dia melirik ke arah Leon yang sedang mentertawakan nya di ujung kursi sofa sambil berpura-pura memainkan ponselnya. Padahal dia sangat tau, bahwa anak tengik itu sedang mentertawakan nya.
"Awas saja kau Leon, tertawalah sepusmu kali ini," umpatnya dalam hati.
Leon yang tidak sengaja menoleh pada Brian langsung menciut nyalinya karena mendapat tatapan tajam darinya. Cekikikan di bibirnya hilang seketika berganti dengan dengan raut wajah yang pura-pura sibuk membalas pesan dari seseorang. Padahal sama sekali tidak ada yabg mengiriminya pesan saat itu.
"Si**al, Kak Brian pasti tau aku sedang mentertawakan nya, dia itu seperti Kak Nana yang bisa mengetahui apa yang aku lakukan hanya dari membaca ekspresi wajahku saja," gerutunya.
Selang beberapa menit kemudian Brian kembali mengamati Nana, wajahnya masih sama cantiknya saat terakhir kali mereka bertemu. Hanya saja dia terlihat sedikit kurus, mungkin dia tidak makan dengan baik. Atau mungkin bisa juga dia tidak bahagia dengan pernikahannya, mungkin ini adalah kesempatan baginya untuk kembali dekat dengan Nana. Namun Brian segera menepis pikiran itu, bagaimana mungkin dia mendoakan pernikahan Nana yang tidak-tidak? Noah yang memperhatikan itu terlihat merencanakan sesuatu yang kemudian disusul dengan senyuman licik.
"Sayang, aku ingin minum. Bisa tolong kau ambilkan?" pinta Noah pada Nana yang disalah artikan olehnya.
"Tunggu sebentar," jawab Nana mengambil air minum di meja dengan pipi yang memerah. Hatinya berdebar-debar karena mengira bahwa sepertinya suaminya tulus bersikap seperti itu padanya.
"Ini minumlah," kata Nana sambil meletakkan gelas di bibir suaminya untuk membantunya minum.
"Terima kasih," ucap Noah yang disusul dengan kecupan singkat di dahi Nana.
Tidak hanya Nana yang terkejut, Leon pun sama dengannya. Dia membuka mulutnya lebar-lebar. Benarkah yang dia lihat barusan bahwa Noah mengecup dahi kakak iparnya? Tulus atau tidak? Dilihat dari ekspresinya sepertinya itu sangat tulus, yah... semoga saja begitu, pikirnya.
Sedangkan Brian yang juga melihatnya hanya tersenyum kecut, yah.. sepertinya dia memang harus benar-benar melupakan Nana. Karena dari yang dilihat, mereka berdua saling mencintai. Untuk menghindari suasana yang meresahkan hatinya itu, akhirnya Brian memilih untuk berpamitan dari sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge Marriage
Romance"Tertawalah bahagia sepuasmu hari ini Nana, karena mulai besok dan seterusnya kau hanya akan menangis dengan pernikahan ini." Begitulah kata yang diucapkan Naoh kepada istri yang baru saja dinikahinya. Apa Noah menikahi Nana karena mencintainya? Tid...