Part 22

1K 27 0
                                        

Satu minggu sudah Noah di rumah sakit paska operasi, Nana selalu setia menjaganya dan merawatnya. Sementara Leon dan Brian, hari-harinya disibukkan dengan pertengkaran kecil diantara mereka  karena bingung harus melakukan apa lagi untuk menjauhkan Amanda. Tidak mungkin juga kalau mereka terus-terusan memberikannya obat tidur secara diam-diam. Bisa-bisa dia malah terbunuh karena terlalu berlebihan mengkonsumsi obat tidur.

"Apa kau tidak bisa memindahkannya keluar negeri?" tanya Leon.

"Apa kau gila? Atas alasan apa aku memindahkannya? Lagi pula aku pun tidak mengenalnya!" jawab Brian kesal.

"Bagaimana dengan orang tuanya?" tanya Leon lagi.

"Yang aku tau, ayahnya bekerja di perusahaan yang tempatnya dekat dengan perusahaan kakekku," jawabnya.

"Apa kau tidak bisa memindahkannya ke kota lain agar seluruh keluarganya mengikutinya," tanya Leon yang sudah mulai frustasi.

"Enak saja kau bicara! Aku bahkan tidak memiliki wewenang apapun di perusahaan itu!" bentaknya.

"Kak, perusahaan kakekmu kan sangat besar? Apa kau tidak bisa membeli perusahaan itu? Dengan begitu kau bisa punya wewenang untuk memindahkan beberapa pegawainya kan?"

Brian sejenak diam mencerna perkataan Leon, ada benarnya juga sepertinya. Tapi Brian pun tidak yakin jika kakeknya akan menyetujuinya, harus gunakan alasan apa dia? Tapi tidak ada salahnya mencoba kan? Siapa tau kakeknya berada dalam pihaknya kali ini. Mungkin saran Leon bisa berhasil membuat keluarga Amanda jauh dari Nana dan Noah.

"Bagaimana Kak?" tanya Leon yang melihat Brian tampak berfikir.

"Aku harus membicarakannya dulu dengan kakek," tukasnya.

"Kau coba saja Kak, tidak ada salahnya kan mencoba?"

"Iya kau benar, kita bisa coba cara ini."

"Baiklah cepat kau telpon kakekmu!" seru Leon.

"Tidak sekarang b*d*h! Kau pikir membeli perusahaan semudah membeli makanan secara online yang hanya tinggal menelpon?" bentaknya kasar.

Tidak habis pikir dia dengan Leon yang seenaknya saja memerintahnya seperti itu. Bukan karena dia merasa seperti seorang bawahan yang selalu diperintah, melainkan karena permintaannya itu sangat tidak mudah dan bukan hal yang main-main. Sedangkan Leon yang dibentak seperti itu langsung menciut, dia menutup mulutnya tidak berani berkata lagi.

***

Pagi itu di rumah sakit Nana sedang menyuapi Noah, perkembangannya sangat baik. Dia juga sempat membawa Noah ke luar ruangan menggunakan kursi roda untuk mengajaknya menghirup udara diluar agar suaminya tidak bosan karena terus berbaring di ranjang rumah sakit. Dan hari itu juga dokter memperbolehkan Noah pulang untuk rawat jalan dan tentunya harus tetap rutin memeriksakan kakinya.

Selama di rumah sakit, Noah perlahan mulai bisa bersikap wajar pada Nana. Tidak seperti sebelumnya yang selalu kasar, membentak dan penuh dengan kekerasan fisik. Karena selama di rumah sakit, Noah sangat butuh bantuan Nana untuk melakukan apapun. Leon, mama dan papanya sepertinya memang sengaja membiarkan Nana yang melakukan semuanya, karena mereka selalu beralasan jika Noah meminta tolong pada mereka. Tentu semuanya juga sudah direncanakan oleh Leon, karena dia mengatakan pada orang tuanya bahwa kakak dan istrinya sedang bertengkar sebelum kakaknya kecelakaan, demi membuat mereka baikan, dia memaksa orang tuanya agar mau mengikuti kemauannya membiarkan Nana yang membantu Noah dalam segala hal. Mereka hanya bergantian berjaga saja di sana.

"Nana," panggil Noah.

"Iya? Apa kau butuh sesuatu?" tanya Nana.

"Mmm... tidak... aku... "

Nana mengerutkan dahinya, apa yang sebenarnya mau dikatakan suaminya sampai dia ragu untuk berbicara? Nana tetap diam memandangnya menanti kata apa yang akan keluar dari mulut suaminya itu. Sebenarnya Noah hendak mengucapkan terima kasih, tapi entah kenapa rasanya sulit sekali. Lidahnya kaku seakan-akan dia mau mengakui kejahatan saja, padahal dia hanya ingin berterima kasih kepada Nana karena sudah merawatnya selama di rumah sakit. Dan setelah pulang dari rumah sakit pun Noah pasti akan tetap merepotkan nya, karena dia masih belum bisa berjalan dengan sempurna mengingat operasi yang dilakukannya adalah karena patah tulang. Dan itu membutuhkan waktu tiga bulan lamanya untuk bisa berjalan seperti biasa.

Mama Jean membantu Nana merapikan pakaian kotor Noah selama berada di rumah sakit. Papa Rico dan Leon mengurus administrasi, sedangkan Ratna membereskan barang-barang yang lain. Karena sebelum pulang, Leon menelpon Ratna agar datang ke rumah sakit untuk membantu. Setelah semua selesai mereka berjalan menuju parkiran, Nana mendorong suaminya yang duduk di kursi roda.

Saat sampai di parkiran, Noah mengerutkan dahinya saat melihat mobil Leon. Sepertinya tidak asing dengan mobil itu? Dimana dia melihatnya? Yang dia tau pun Leon tidak membawa kendaraan dari Surabaya. Jadi mobil siapa yang dibawanya saat ini? Noah menatap adiknya penuh tanya.

"Leon, mobil siapa yang kau bawa ini? Sepertinya aku pernah melihatnya?" tanya Noah yang membuat Leon tersentak.

Deg... deg... deg...

"Matilah kau Leon, apa dia tau jika mobil ini yang menyebabkannya kecelakaan?" tanya Leon dalam hati.

"Mmm... ini... aku meminjamnya pada Kak Brian. Mobilmu kan sedang ada di bengkel, jadi aku meminjam mobilnya untuk pergi kemana-mana."

"Oh... " jawab Noah singkat.

Leon menghembuskan nafas lega, hampir saja jantungnya berhenti karena takut kakaknya mengetahui bahwa mobil inilah yang dia gunakan untuk membuat kakaknya menabrak. Tuhan masih melindunginya lagi kali ini, dan semoga saja akan tetap seperti itu, pikirnya. Sebelum pulang, Mama Jean dan Papa Rico menghentikan mereka masuk ke dalam mobil Leon.

"Nak, tinggallah di rumah kami untuk sementara waktu. Nana pasti kelelahan mengurus mu sendirian," kata Mama Jean.

"Tidak Ma, aku tidak ingin merepotkan Mama. Aku bisa mengurusnya sendirian Ma, ada Ratna dan juga Bu Susi yang membantuku nanti," jawab Nana.

Sejenak Leon berfikir, jika kakaknya dan istrinya berada di rumah orangtuanya, itu artinya Amanda tidak akan pernah bertemu dengan kakaknya. Wanita itu tidak tau dimana rumah orang tuanya. Lebih baik saat ini mereka memang tinggal di sana saja.

"Sayang, Mama juga ingin merawatnya. Hanya sampai suamimu sembuh saja, kalian pulanglah ke rumah kami," pinta Mama Jean.

"Itu benar Kak, ada Mama dan Papa yang bergantian menjaga Kakak nanti," tukas Leon ikut meyakinkan Nana.

"Apa tidak akan merepotkan kalian nanti jika aku pulang ke sana Ma?" tanya Noah.

"Kau ini bicara apa? Kau anakku, mana mungkin kau merepotkan ku? Sudahlah untuk kali ini saja, menurut lah padaku, hanya sampai kau sembuh Noah," pintanya lagi dengan memelas.

"Ya sudah kalau begitu Ma, kami akan pulang bersamamu," kata Nana.

Leon tersenyum senang, akhirnya mereka mau pulang ke rumah orang tuanya untuk sementara waktu. Ini bisa mengulur waktu untuk Amanda bertemu Noah, semoga saja wanita itu benar-benar tidak akan bertemu dengan kakaknya lagi. Sekarang tinggal dia pikirkan bagaimana membuat mama dan papanya mau membantu rencananya untuk mendekatkan Nana dan Noah tanpa membuatnya curiga, karena selama ini mereka tidak tau bagaimana pernikahan Noah dan Nana yang sebenarnya.

*****

Revenge MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang