Part 23

987 33 0
                                    

Satu bulan sudah Nana dan Noah berada di rumah Mama Jean, semuanya berjalan seperti biasa. Didepan orang tuanya, mereka terlihat sangat harmonis dan hangat. Namun di belakang mereka, Noah tetep dingin padanya walaupun Noah sudah tidak pernah berbuat kasar lagi meskipun hanya ucapan.

Suatu hari, jam sudah menunjukan pukul tujuh pagi. Namun sepasang suami istri itu belum keluar dari kamarnya. Mama Jean yang cemas bila terjadi sesuatu pada mereka menuju kamar dan mengetuk pintu kamar mereka. Lama tidak ada sahutan, mana mungkin jam segini Nana masih tidur? Tidak biasanya menantu cantiknya itu bangun kesiangan, mungkinkah dia sedang sakit? Berkali-kali mengetuk namun tetap tidak ada sahutan. Akhirnya Mama Jean memutuskan untuk langsung masuk saja ke dalam kamar itu yang kebetulan tidak terkunci.

Dia terkejut melihat menantunya tidur di sofa, ada apa? Apakah mereka bertengkar? Kenapa tidak tidur bersama? Mama Jean bertanya-tanya. Dia berjalan mendekati Nana dan membangunkannya, karena khawatir melihat Nana yang wajahnya terlihat sedikit pucat.

"Nak... bangunlah... " ucap Mama Jean sambil menepuk pelan bahu menantunya.

"Nana... sayang... " ucap Mama Jean lagi.

Nana kesulitan membuka matanya, dia memijat pelipisnya karena merasa pusing. Sejenak meregangkan ototnya sambil berusaha untuk bangun dari tidurnya. Saat sudah membuka mata, matanya membulat penuh mengetahui mertuanya sudah berada dihadapannya dengan tatapan cemasnya.

"Ma-mama?" kata Nana terkejut.

"Sayang, ada apa denganmu? Kau terlihat pucat, apa kau sakit?" tanya Mama Jean panik.

"Tidak Ma, aku tidak apa-apa. Apa Mama sudah lama disini?"

"Mama baru datang, Mama menunggu kalian untuk sarapan. Karena kalian belum datang, maka Mama menjemput kalian disini."

"Maaf Ma, karena aku bangun kesiangan. Sepertinya kepalaku sedikit pusing," ucap Nana sungkan.

"Tidak apa-apa Sayang, kenapa tidak bilang? Kau bisa meminta tolong padaku untuk mengurus suamimu jika kau merasa tidak enak badan," tukas Mama Jean.

"Tidak perlu Ma, aku baik-baik saja. Setelah minum obat sakit kepala pasti sembuh," kata Nana.

Mama Jean terdiam, sepertinya menantunya itu keras kepala. Akhirnya dia meminta Nana agar segera bersiap untuk sarapan, Mama Jean sekilas melirik ke arah ranjang dimana anaknya masih tidur lelap, "Apa mereka sedang bertengkar? Sudahlah... biar mereka sendiri yang menyelesaikannya," batinnya sambil berjalan meninggalkan mereka dan menuju ruang makan.

Setelah lama menunggu, akhirnya Nana dan Noah sudah terlihat berjalan ke arah ruang makan. Nana membantu suaminya berjalan walaupun sudah menggunakan tongkat. Namun dia enggan membiarkan suaminya berjalan sendirian. Nana menyiapkan kursi dan membantu suaminya duduk, dia juga menyiapkan makanan suaminya. Mama Jean tersenyum melihatnya, mungkin dia salah paham mengira mereka sedang bertengkar. Tapi kenapa mereka tidur terpisah?

Setelah mereka berempat selesai makan, Papa Rico lebih dulu meninggalkan meja makan. Sedangkan Mama Jean menahan anak dan menantunya agar tetap berada di ruang makan.

"Ada yang ingin Mama tanyakan kepada kalian," katanya tegas

"Ada apa Ma?" tanya Noah santai karena dia tidak tau kalau mamanya mengetahui bahwa dia dan istrinya tidur terpisah.

"Kenapa kalian tidur terpisah? Apa kalian bertengkar?" tanya Mama Jean yang membuat sepasang suami istri itu mematung.

"Itu... " Noah tidak mampu meneruskan kalimatnya, dia melirik ke arah Nana yang terlihat sama gugupnya.

"Itu karena aku takut tidak sengaja menyentuh lukanya jika kita tidur bersama Ma," kata Nana disertai senyuman.

"Benar begitu Noah?" tanya Mama Jean lagi untuk memastikan.

Revenge MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang