Brian mengutus asistennya untuk mengawasi Amanda, dia memintanya memberikan Amanda obat tidur secara diam-diam yang menyamar menjadi seorang perawat agar Amanda tidur lebih lama. Mungkin hanya ini yang bisa dia lakukan saat ini agar Amanda tidak datang mengganggu Nana dan Noah.
"Si**al... apa aku akan dipenjara jika ada yang mengetahui hal ini dan melaporkannya?" tanya Brian pada dirinya sendiri yang mulai takut dengan apa yang sudah dilakukannya.
"Haahh... sudahlah... ini bisa dipikirkan belakangan. Yang terpenting sekarang bagaimana caranya membantu Nana agar dia bisa bahagia bersama suaminya yang konyol itu," katanya lagi.
Brian mengambil ponsel didalam sakunya dan segera menghubungi Leon. Dia ingin tau bagaimana keadaan Nana dan Noah di sana, sampai panggilan ke empat Leon belum juga mengangkatnya.
"Kemana anak tengik itu? Apa jam segini dia masih tidur? Selalu saja tidak mengangkat teleponku!" umpatnya kasar.
Sementara Leon yang merasakan getaran di saku celananya buru-buru mengambilnya dan melihat siapa yang menelponnya. Dengan mata yang masih belum terbuka sempurna, samar-samar dia melihat nama "EB" di sana. Dengan malas Leon meletakkan ponselnya kembali, masih pagi sudah menganggu tidurnya saja, pikirnya.
Leon kembali memejamkan matanya, namun sebelum terlelap kembali ponselnya sudah bergetar lagi. Kali ini bukan Brian yang menelpon, melainkan Mama Jean. Dia juga mengirimkan beberapa pesan padanya namun sama sekali tidak mendapat balasan.
"Anak ini benar-benar ya!" ucap Mama Jean ketus.
"Pa, sebaiknya kita segera ke rumah sakit saja," ajaknya pada Papa Rico.
"Ya sudah, ayo... apa Leon tidak bisa dihubungi?"
"Tidak! Entahlah kemana anak itu," jawabnya penuh emosi.
"Coba kau telpon ke ponsel Noah," ujar Papa Rico.
"Aku tidak tau ponsel Noah dimana Pa, waktu itu setelah seseorang meneleponku mengabarkan bahwa Noah mengalami kecelakaan, tidak ada yang memberikan ponselnya di rumah sakit."
"Ya sudah, kita berangkat saja."
***
Nana sedang membantu suaminya membersihkan badan dan mengganti pakaiannya, kali ini dia hanya membersihkan sampai perutnya saja. Dia tidak ingin kejadian kemarin terjadi lagi, itu sangat membuatnya sakit hati. Mata Noah tak lepas memandangi Nana, saat Nana membersihkan dadanya, Noah menghentikan tangannya. Sejenak mereka beradu pandang, dada Noah bergemuruh, jantungnya berdetak sangat cepat. Entah apa yang terjadi, Nana pun merasakan getaran yang sama, jantungnya berdetak tak karuan saat mereka beradu pandang.
Namun Nana lebih dulu mengakhiri pandangannya, dan Noah pun melepaskan tangannya.Nana kembali melanjutkan kegiatannya, mengganti pakaian suaminya dan kembali memapahnya ke ranjang. Nana berjalan menuju jendela dan sedikit menyingkap tirai nya, terlihat sebuah taman dari jendela itu yang terpantul sinar matahari begitu cerahnya. Dia menghirup dalam-dalam udara di depan jendela yang menghadap ke arah taman itu, namun yang tercium hanya bau obat-obatan. Kemudian dia melirik Noah yang ternyata sedang memandanginya, Noah salah tingkah dan membuang pandangannya ke arah lain.
"Aku akan keluar sebentar," kata Nana sembari berjalan ke arahnya.
"Iya," jawab Noah singkat.
Sebenarnya dia ingin sekali menanyakan kemana istrinya itu akan pergi, namun lidahnya sangat kaku untuk mengatakan itu. Gengsinya sangat tinggi jika harus menanyakan kemana perginya Nana saat ini, Noah hanya melihat punggung Nana yang perlahan menjauh mengikuti langkah kakinya berjalan. Dia kembali membaringkan tubuhnya dan tampak berfikir sambil menatap langit-langit kamar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge Marriage
Romance"Tertawalah bahagia sepuasmu hari ini Nana, karena mulai besok dan seterusnya kau hanya akan menangis dengan pernikahan ini." Begitulah kata yang diucapkan Naoh kepada istri yang baru saja dinikahinya. Apa Noah menikahi Nana karena mencintainya? Tid...