Part 8

1.1K 36 0
                                    

Leon yang melihat Nana berlari sambil menangis mengikutinya dari belakang, Nana menuju halaman belakang rumah dan duduk di rerumputan. Leon diam sejenak membiarkan kakak iparnya menangis memeluk lututnya. Perlahan dia melangkah mendekati kakak iparnya, tapi Nana tidak menyadari itu.

"Kak," panggilnya menepuk punggung Nana.

"Tinggalkan aku sendiri Leon!" pinta Nana yang masih membenamkan wajahnya di lutut.

"Kak, aku bisa membantumu pergi dari sini."

Nana yang mendengar itu langsung mengangkat wajahnya, terdiam sejenak dan berfikir.

"Sebenarnya... tidak Leon, aku tidak ingin pergi dari sini."

"Kak, sampai kapan kau bertahan dengan laki-laki yang selalu menyakitimu? Aku bahkan tidak sanggup melihatmu terus menangis seperti ini," tanyanya dengan penuh emosi.

"Kak, lihat aku!" pinta Leon.

Namun Nana hanya diam tidak berani menghadap adik iparnya, karena dia tau Leon pasti marah melihat bekas luka disudut bibirnya akibat tamparan kakaknya.

"Kakak tatap mataku! Aku ingin bertanya padamu!" pintanya sekali lagi.

Dengan terpaksa Nana menghadap adiknya, tapi kali ini mereka berdua sama-sama terkejut. Nana kaget melihat wajah adiknya yang penuh lebam, sedangkan Noah juga kaget melihat sudut bibir kakak iparnya terluka.

"Kenapa dengan wajahmu?" tanya mereka bersamaan.

"Lupakan aku! Apa lagi yang dilakukan kakakku hingga bibirmu terluka seperti ini?" tanya Leon dengan penuh amarah.

"Dia tidak melakukan apapun, dan kenapa wajahmu seperti ini? Ayo kita masuk, akan aku obati luka di wajahmu!" ajak Nana yang mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Tidak kak! Aku ingin bertanya padamu, apa kau benar-benar mencintai kakakku?"

Nana terdiam sejenak dan mengambil nafas panjang,
"Ya, aku sangat mencintainya."

"Tapi cintamu membuatmu terluka Kak, tinggalkan kakakku! Dia tidak mencintaimu, kau pasti akan menemukan orang yang lebih baik dari kakakku," tukasnya meyakinkan Nana.

Nana yang mendengar adik iparnya berbicara seperti itu langsung menatap mata Leon tajam, dia marah.
"Apa yang kau tau? Kau tidak tau apapun! Dia mencintaiku Leon!" bentaknya.

"Dia tidak mencinta... "

"Cukup! Kalau kau bicara denganku hanya untuk menyuruhku pergi meninggalkan kakakmu, lebih baik kita tidak usah bicara," ujarnya sambil berjalan pergi meninggalkan Leon.

"Tunggu Kak," pinta Leon.

"Apa lagi?"

"Baiklah, aku minta maaf. Tolong jangan marah padaku!" sesalnya.

"Aku tidak marah padamu Leon, hanya saja... " Nana sejenak terdiam, dia tampak putus asa. Dia bingung harus berkata apalagi.

"Sudahlah lupakan saja, ayo kita kedalam dan obati lukamu," ajaknya yang berjalan mendahului Leon.

Leon hanya diam dan mengikuti kakaknya berjalan ke dalam rumah, "Jika kau keras kepala untuk berada disisi kakakku, maka mulai hari ini aku yang akan membantumu untuk membuat kakakku mencintaimu Kak," janjinya dalam hati.

*Di dalam rumah*

"Duduklah, kau ini, bagaimana bisa wajahmu seperti ini?" tanya Nana heran.

"Tentu saja ini karena kelakuan suamimu, memangnya siapa lagi?" jawabnya ketus.

"Apa yang kalian lakukan? Kalian bertengkar? Apa masalahnya?" tanya Nana sambil mengobati luka di wajah Leon.

Leon menghela nafas panjang, "Kau sungguh tidak tau apa yang kami ributkan? Tentu saja dirimu Kak! Aku tidak ingin kakakku terus menyakitimu," jawabnya putus asa.

Revenge MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang