Bugh... bugh... bugh...
Brian membabi buta menghajar Noah tanpa ampun.
"Apa sekarang alasanmu untuk tidak melepaskan Nana untukku?" teriaknya pada Noah.
"Dia istriku! Aku tidak akan membiarkannya pergi dariku!" jawabnya sambil mengusap sedikit darah di ujung bibirnya.
Bugh... bugh... bugh...
"Hentikan!" teriak Nana.
Kedua pria itu menoleh pada sumber suara. Wanita yang sama yang dicintai dua pria yang sedang bergelut tenaga itu.
"Tolong hentikan Brian! Lepaskan dia!" pintanya pada Brian.
Brian membuang nafasnya kasar, " Kau lihat! Sebegitunya dia mencintaimu hingga tidak ingin melihatmu terluka seperti ini! Tapi apa yang sudah kau lakukan?" bentaknya sembari menarik kerah kemeja yang digunakan Noah.
Leon yang sedari tadi diam menyaksikan pertandingan kedua pria itu lebih memilih menenangkan kakak iparnya daripada melerai perkelahian mereka. Karena baginya, kakaknya memang pantas mendapat perlakuan seperti itu.
"Kakak ipar tenanglah! Ayo, ku antar kau ke kamar! Kau harus istirahat," bujuknya.
"Tidak... tunggu!"
"Brian, pulanglah! Biar aku menyelesaikan urusan rumah tanggku sendiri!" ucap Nana yang sama sekali enggan menatap suaminya itu.
"Tapi dia... "
"Aku mohon pulanglah! Aku lelah!" bentaknya.
"Baiklah aku akan pulang," kata Brian berjalan menghampiri Leon meninggalkan pria brens**k yang masih tersungkur di depannya itu.
"Tolong jaga Nana, aku percayakan Nana padamu, tidak padanya!" sengitnya sambil menunjuk pada Noah.
"Kau bisa percaya padaku, pulanglah!" jawab Leon.
Hening menghampiri ketiga orang yang masih berada di ruang tengah itu. Ratna dan Bu Susi yang melihat perdebatan sengit tuannya lebih memilih undur diri daripada lancang terus melihat pertengkaran itu.
Sedangkan Leon yang berulang kali membujuk kakak iparnya untuk istirahat dikamar pun sepertinya sia-sia. Kakak iparnya yang keras kepala itu bertahan duduk di sofa ruang tengah sambil menatap kosong.
Noah, jangan tanyakan lagi. Dia sudah babak belur karena mendapat bogem mentah dari Brian. Namun kali ini dia sudah bisa bangun dan duduk di sofa yang berhadapan dengan Nana.
"Leon, tolong ambilkan es batu dan kompres luka kakakmu!" pintanya pada Leon tanpa melihat suaminya yang menatap sendu dihadapannya.
"Biar aku yang mengurusnya Kak, sebaiknya kau istirahat saja dikamar."
Nana tidak menjawab, dia langsung berdiri dan berjalan pergi menuju lantai atas tanpa melihat suaminya yang sedang berharap Nana melihatnya sekali saja.
"Nana tunggu!" teriaknya memanggil sang istri.
Namun Nana malah mempercepat langkah kakinya agar cepat sampai ke kamar tidurnya.
Nana membanting pintu dan menguncinya, dia merosot jatuh duduk dibalik pintu kamar yang terkunci itu. Menumpahkan seluruh air matanya yang sudah ditahannya dari tadi."Ayah...!" teriaknya.
"Aku ingin ikut denganmu!"
"Kenapa semuanya begitu berat," isaknya dalam tangis.
"Apa ini sudah waktunya aku menyerah? Tidak, aku wanita kuat. Tapi... "
Nana tidak mampu berfikir lagi, hanya menangis sambil meringkuk dibalik pintu yang bisa dia lakukan saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge Marriage
Romance"Tertawalah bahagia sepuasmu hari ini Nana, karena mulai besok dan seterusnya kau hanya akan menangis dengan pernikahan ini." Begitulah kata yang diucapkan Naoh kepada istri yang baru saja dinikahinya. Apa Noah menikahi Nana karena mencintainya? Tid...