Nana terbangun dari tidurnya, dipandangnya sang suami yang masih setia menggenggam erat tangannya. Air matanya menetes setiap kali mengingat kesalahaan yang dilakukan suaminya. Entah harus bagaimana sekarang? Nana bingung antara melepas suaminya atau menerima madunya. Bukankah bayi yang tidak berdosa itu lebih membutuhkan ayahnya ketimbang seorang istri yang masih belum memberikan keturunan pada suaminya?
Perlahan Nana melepaskan genggaman tangan Noah dan segera membersihkan diri. Saat membuka lemari pakaian, tiba-tiba dia tanpa sadar mengeluarkan sebuah koper dari dalam sana. Noah yang terbangun karena meraba tempat tidur tidak mendapati istrinya langsung bangun dan mencari istrinya di kamar mandi.
Tepat sekali , istrinya sedang berada di hadapan lemari pakaian yang berada di dekat kamar mandi. Tapi apa yang dilakukannya? Mengeluarkan koper? Apa dia ingin pergi?
"Sayang, kenapa kau mengeluarkan koper itu?" tanya Noah panik.
Nana bungkam tak menjawab, dia masih sibuk memandangi pakaian yang tertata rapi didalam sana. Entah dia benar-benar akan membereskan pakaiannya atau tidak. Nana bimbang.
"Nana ... jawab aku!"
Nana tetap saja bungkam, akhirnya dia memutuskan untuk keluar dari kamar daripada menjawab suaminya. Namun sayang, pagi harinya yang sudah kacau malah semakin rumit ketika turun tangga dia mendapati calon madunya berdiri dengan santainya di bawah tangga. Yang memang seperti sedang menunggu seseorang untuk turun.
"Dimana calon suamiku?" tanya Amanda tidak tau malu.
"Masih dikamar," jawab Nana sambil membuang pandangannya ke arah lain.
Amanda yang melihat Nana menuju dapur tanpa aba-aba langsung saja naik ke lantai dua berniat untuk menemui Noah. Dan saat itu juga Noah membuka pintu kamar, betapa terkejutnya dia mendapati gadis yang merusak rumah tangganya sedang berdiri dengan santainya di depan pintu kamar itu.
"Sedang apa kau disini?" tanya Noah kasar.
"Kenapa kau galak sekali sekarang? Kau tidak lupa kan kalau aku ini calon istrimu?" jawabnya.
"Perse**tan denganmu! Menyingkirlah dari hadapanku sekarang juga!" bentaknya lagi.
"Tidak! Aku tidak akan pergi. Kita harus membicarakan pernikahan kita Noah! Kau harus menikahiku demi anak kita!" teriaknya.
"Aku tidak ada waktu bicara denganmu! Menyingkirlah sebelum aku melakukan hal yang tidak-tidak padamu!" bentaknya lagi.
"Kau mau apa? Membunuhku? Membunuh darah dagingmu sendiri?" teriak Amanda tak mau mengalah.
"Berhenti mengatakan jika anak itu adalah milikku!" tekan Noah. Kali ini dia mencengkeram leher Amanda namun tidak dengan erat.
Amanda seketika diam dan membiarkan Noah menuruni tangga. Namun belum sampai di dasar tangga. Amanda berteriak dari atas sana.
"AKU AKAN LOMPAT DARI SINI JIKA KAU TIDAK MAU BERTANGGUNG JAWAB DENGAN ANAK INI!" teriaknya dengan lantang hingga membuat semua orang yang berada di dalam rumah itu menengok ke atas tempat Amanda berteriak.
"Lakukan saja!" "TIDAK... !" teriak Nana dan Noah bersamaan.
"Apa kau gila membiarkannya melompat?" kesal Nana pada Noah.
Nana berlari menghampiri Amanda di lantai atas, "Apa yang kau katakan? Jangan pernah berfikir lagi untuk melakukan hal yang bisa berakibat fatal pada kandunganmu," ucapnya.
"Untuk apa aku mempertahankan seorang anak yang bahkan ayahnya sendiri pun tidak mau mengakuinya?"
"Dia akan bertanggung jawab, kau tenang saja," ucapnya menenangkan Amanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge Marriage
Romance"Tertawalah bahagia sepuasmu hari ini Nana, karena mulai besok dan seterusnya kau hanya akan menangis dengan pernikahan ini." Begitulah kata yang diucapkan Naoh kepada istri yang baru saja dinikahinya. Apa Noah menikahi Nana karena mencintainya? Tid...