Setelah mendengar celetukan Athala kemarin akhirnya hari ini Aoi menyadari kalau rumahnya benar-benar sepi. Tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Aoi melirik jam di ponselnya, sudah jam 12 lebih dan ia baru bangun dari tidur melewati aktivitas biasa sehari-harinya. Sejak tadi malam Aoi sudah merasa demam, kepalanya terasa berat dan hidungnya yang tak berhenti bersin membuat tidurnya tak nyenyak.
Aoi menduga ini pasti karena kehujanan kemarin. Akibatnya hari ini izin tidak masuk sekolah karena sakit.
Kini Aoi merasa hidupnya benar-benar menyedihkan terlebih saat ia sedang sakit seperti sekarang tidak ada yang perduli pada keadaannya. Bahkan Aoi yakin kalau bibi juga tidak tau Aoi sedang sakit.
Aoi merindukan kasih sayang mamanya. Sungguh. Aoi ingin sekali meskipun dalam mimpi bertemu dengan mamanya. Tidak ada yang bisa menggantikan kasih sayang seorang ibu.
Tapi sepertinya itu hanya harapan semata. Tak mau kembali merasakan sakit yang berlipat-lipat Aoi memejamkan mata berharap bisa tidur kembali untuk menghilangkan rasa sakit baik batin maupun fisik.
Ting!
Aoi kembali membuka matanya. Ada pesan masuk di aplikasi berwarna hijau.
Athala
Gue di depan rumah lo nihNgapain?
Boleh masuk gak nih?
Ketuk pintu aja nanti dibukain sama bibi
Okeyy
Aoi tak lagi membalas pesan Athala. Cewek itu mengernyitkan dahinya. Bahkan saat Aoi mencoba untuk bangun saja tenaganya benar-benar tidak ada.
"Dasar lemah, masa kena hujan langsung sakit," cibirnya pada diri sendiri.
"Aoi," panggil seseorang disertai ketukan. Aoi kenal dengan pemilik suara itu.
"Masuk aja," suruh Aoi.
Bersamaan dengan itu pintu kamarnya terbuka, terlihatlah figur seorang Athala masih memakai seragam sekolah beserta jaket Batavia. Di tangannya ada satu plastik yang entah isinya apa.
"Ngapain?" tanya Aoi.
Athala tak menjawab tapi menaruh plastik yang berisi makanan di meja lalu berjalan ke arah jendela.
"Ya ampun lo jadi perempuan males banget. Kalau udah pagi tuh gorden dibuka, jendela juga biar udara seger masuk," omel Athala seraya membuka gorden hingga cahaya terang langsung menusuk matanya.
Aoi berdecak, "Silau."
Athala mengambil kursi yang dipakai Aoi di meja belajarnya dan mengambil posisi duduk di samping cewek yang masih terbaring lemah itu.
Aoi akan merubah posisinya menjadi duduk tapi tenaganya tak kuat hingga ia kembali tersungkur lemah.
"Udah jangan dipaksain," kata Athala.
"Ngapain?" tanya Aoi kesal karena pertanyaannya tak kunjung dibalas.
"Jenguk lo, kata sahabat-sahabat lo tadi lo gak masuk karena sakit. Ya gue langsung kefikiran aja lo sakit gara-gara kehujanan sama gue kemarin makanya gue jenguk."
Aoi terdiam, sedikit terenyuh ada yang mau menjenguknya dikala sakit padahal biasanya ia akan melewati masa-masa itu sendirian. Ternyata masih ada orang baik di dunia ini dan Athala... Tak seburuk yang selalu Aoi bayangkan selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA [SGS#2]
JugendliteraturSegal series 2 Kita dilahirkan berbeda untuk bisa saling menyempurnakan.