Aoi mematung ketika pintu toilet telah berhasil dibuka, menampakkan Aneska dan teman-temannya yang sedang menatap ke arahnya.
Berusaha untuk tidak perduli ia kembali melangkahkan kaki, menuju wastafel, membasuh muka yang sedari tadi menahan kantuk di dalam kelas.
Dirinya tau kalau sedang diperhatikan, tapi ia sedang malas berdebat. Tapi begitu ia akan mengambil tisue seseorang sudah lebih dulu menaruh tangan dan menghalanginya.
Aoi menoleh bersamaan dengan helaan nafasnya yang terdengar berat.
"Gue lagi males nyari ribut," katanya menatap Bianca yang sedang menampilkan ekspresi menjengkelkan.
"Siapa juga yang mau nyari ribut." Bianca mengambil tisue tersebut dan mengusap wajahnya.
"Gimana ya rasanya nikung gebetan orang?" celetuk Alya yang Aoi yakini tertuju padanya.
"Kok ada ya manusia setega itu?" Bianca menyahuti.
"Ada, itu lagi berdiri di samping lo," ujar Alya.
Aoi lagi-lagi tak menyahuti meski ia memang tersulut emosi mendengarnya.
Memilih berbalik dan meninggalkan mereka tapi sebelum itu Bianca sudah siap siaga menaruh kakinya ke depan hingga Aoi hampir terjatuh kalau tidak bisa menahan diri.
"Shit," umpat Aoi menatap Bianca yang tersenyum miring.
"Mau lo apa sih?" tanya Aoi bertanya dengan nada pelan tapi penuh penekanan.
"Gak sengaja, gimana dong?" lihat saja bagaimana wajah Bianca seperti meminta untuk dicakar sekarang juga.
"Nggak sengaja apanya? Dari tadi gue sabar lho, gue nggak ngeladenin lo bukan berarti gue takut sama lo." Aoi menunjuk Bianca.
"Etss nggak usah tunjuk-tunjuk doong," sahut Alya menahan telunjuknya yang hendak menyentuh Bianca.
"Makanya belajar jaga sikap!"
"Bi, Al, tolong deh kalian jangan bikin ulah terus." Aneska datang dan berdiri di antara mereka.
Aoi bersedekap dada menatap dua orang itu secara bergantian.
"Gue lagi nggak mau nyari masalah," ujar Aoi hendak berbalik sebelum tangannya ditahan oleh Aneska.
Meski muak pada akhirnya Aoi terpaksa berbalik menghadap cewek yang pernah disukai Athala ini.
"Kenapa?" tanyanya dengan mata yang diputar malas.
"Gue ngewakili—"
"Kalung gue bitch." Aoi berteriak sambil melotot menatap ke arah leher Aneska.
Kalung dengan bandul kupu-kupu berwarna hitam miliknya. Yang sudah berusaha diikhlaskan tapi akhirnya bertemu tapi dengan pemilik yang berbeda.
Semua menatap terkejut ke arah Aoi dan Aneska secara bergantian.
"Kalung?" tanya Aneska ikut menatap ke arah lehernya.
"Lo nemu dimana?" tanya Aoi serius.
"Nemu? Orang kalung itu dikasih sama Athala, mana ada dia nemu," celetuk Bianca yang dibalas pelototan Aneska.
"Itu punya gue, balikin." tangan Aoi sudah terulur untuk merampas tapi Alya dan Bianca kompak menahannya.
"Jangan ngaco! Udah dibilangin juga itu dikasih sama Athala sekarang malah ngaku-ngaku lagi, nggak malu lo?"
Aoi menepis tangan Alya dan Bianca yang masih menahan tangannya. Ditatap orang-orang yang ada di sana penuh emosi.
"Athala?" gumam Aoi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA [SGS#2]
Teen FictionSegal series 2 Kita dilahirkan berbeda untuk bisa saling menyempurnakan.