Hari ini adalah hari terakhir classmate, tim basket putri IPS 2 masuk ke dalam final yang sialnya melawan kelas sebelah IPS 1.
Meski satu jurusan tetapi dua kelas itu terkenal tak pernah akur sejak kelas 10. Jika IPS 1 dikenal dengan semua murid teladan dan ambisnya maka IPS 2 dikenal dengan murid nakal dan bodoh.
Citra kedua kelas itu di mata guru sangatlah berbeda. IPS 2 dengan segala kenakalannya, bahkan guru pun kadang sampai enggan mengajar di kelas itu.
Oke balik lagi dan Aoi masuk di salah satu tim basket putri. Aoi menuju loker sebelum berganti baju. Sebelum membukanya tatapan Aoi jatuh pada sebuah loker yang dulunya menjadi milik Aldrian kini telah diisi oleh orang lain.
Ngomong-ngomong sudah lama sekali cowok itu tidak memunculkan diri di depannya. Aoi lagi-lagi menemukan sebuah kertas di atas bajunya.
To: Aoi
Jauhi Athala!
From: Pengagum rahasia
Kening Aoi lagi-lagi berkerut. Sumpah ini sudah yang kesekian kalinya dan Aoi sungguh penasaran pada pengirim surat tersebut.
"Gimanapun caranya, lo nggak akan pernah bertahan lama nyembunyiin identitas lo," gumam Aoi meremas kertas tersebut dan membuangnya sembarang arah.
Begitu masuk ke dalam toilet Aoi terkejut menemukan keberadaan Aneska dan Metta di dalam sana. Parahnya keadaan Aneska sedang menangis dalam dekapan Metta.
Maka saat mereka menyadari kehadiran Aoi, mereka langsung berpura-pura seolah tidak terjadi apapun sebelumnya.
"Kenapa lo?" tanya Aoi menatap kedua orang itu.
Keduanya serempak menggeleng, "Lo mau ganti baju ya? Selamat tanding ya, semoga menang." Aneska menyemangati.
"Sksd," cibir Aoi masuk meninggalkan mereka.
Sekitar lima belas menit Aoi telah selesai berganti baju. Ia melihat kehadiran Metta masih berada di sana, berdiri di depan wastafel menatapnya ragu-ragu.
Aoi fikir mungkin cewek ini sengaja berada di sana untuk sesuatu. Tapi sepertinya tidak karena Metta malah mengikuti langkahnya.
"Kalau lo masih ada waktu gue boleh ngomong sama lo?" tanya Metta berusaha mengimbangi langkah Aoi.
"Bukannya lo lagi ngomong?" balas Aoi cuek.
"Ini penting."
Aoi memberhentikan langkahnya, kemudian berbalik menatap cewek berkaca mata itu.
"Lima menit. Lo punya waktu lima menit buat ngomong sama gue."
Metta tersenyum kesenangan, "Waktu jenguk Athala di rumahnya," katanya menggantungkan ucapan selanjutnya.
"Kenapa?" meski sudah tau arah pembicaraan Metta, tapi cewek itu tetap bertanya untuk lebih memastikan lagi.
"Waktu itu lo kan paling belakang pulangnya. Ada nemu buku warna pink nggak disekitaran sana?"
Aoi terdiam dulu berfikir hendak menjawab seperti apa.
"Buku pink?" ulang Aoi berpura-pura tidak tahu.
"Kenapa memangnya?" tanya Aoi lagi.
"I-itu di sana ada catatan penting."
Aoi menggeleng, "Nggak. Coba tanya aja sama pemilik rumahnya."
"Udah tapi Athala bilang nggak ada," jawabnya dengan nada sedih.
"Beli aja buku baru terus tulis ulang catatannya, ngapain nyusahin diri sendiri," ucap Aoi terdengar menyepelekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA [SGS#2]
Roman pour AdolescentsSegal series 2 Kita dilahirkan berbeda untuk bisa saling menyempurnakan.