NIHIL. Bahkan sampai istirahat kedua orang yang ditunggu-tunggu tak kunjung menampakkan batang hidungnya.
Aoi sudah seperti orang kehilangan akal, meski mencoba berfikir positif mungkin Athala sedang bolos tapi tetap tak bisa. Usaha teman-temannya untuk mengajak berbicara tak dihiraukan.
"Lo lagi ada masalah?" Kafka yang sedari tadi mengamati akhirnya bertanya.
"Kalo ada masalah cerita sama kita." Alfin ikut menyahuti.
"Kita ada buat lo, Yi, masalah lo jadi masalah kita."
Aoi tersenyum tipis, "Thanks udah care tapi gue lagi nggak ada masalah kok."
"Kalo gitu jangan diem doang jadi overthinking nih kita." Kafka merangkulnya.
"Ah gue cuma lagi kefikiran aja."
"Kefikiran apa?"
Aoi jadi salah tingkah, bingung mau menjawab seperti apa.
"Btw kemarin lo keren banget orang-orang jadi pada muji lo," seru Cakra bersemangat.
"Makasih ya tapi tanda tangan gue sekarang udah berbayar," canda Aoi.
Cakra dan Alfin mendengkus hanya Kafka yang tertawa mendengarnya.
Mata Aoi langsung berbinar ketika di luar sana sahabat-sahabatnya Athala lewat. Aoi berharap sekali ada Athala di antara mereka nyatanya harapan Aoi pupus.
Kemana gerangan cowok itu? Apakah Athala tidak masuk? Atau cowok itu membolos? Tapi kemana? Aoi sebenarnya ingin bertanya pada Athala tapi rasanya gengsi sekali.
"Gue ke kantin dulu ya mau beli air," pamitnya pada ketiga temannya.
"Mau ditemenin?"
"Nggak usah gue nggak bakal hilang kali." Aoi berlari mengikuti keempat inti Batavia itu dari belakang.
Mereka berhenti di kantin. Aoi ingin sekali langsung menanyakannya sekarang tapi takut mereka melebih-lebihkan hingga menjadi topik yang tidak diinginkan antara dirinya dan Athala.
Mungkin Athala tidak masuk untuk hari ini. Tak apalah Aoi bisa bertemu cowok itu besok. Cewek dengan rambut dikuncir itu berbalik ke dalam kelas.
Untuk hari ini Aoi membiarkan kerinduan menghinggap dalam dirinya sebelum ia bertemu dan melepas rindu kepada lelaki yang berhasil mengambil perasaannya.
——
Ini hari kedua dan masih sama sejak pagi Aoi tidak melihat kehadiran Athala. Sudah dichat tapi cowok itu tak kunjung membalas.
Saat istirahat pertama Aoi nekat melintasi IPS 1 melalui jendela Aoi berharap bisa menemukan keberadaan cowok itu tapi tetap saja tidak ada. Hanya ada teman-temannya saja.
"Loh Yaya nyari siapa?" Eros bertanya dengan nada genit.
Aoi memutar bola matanya malas. Kalau dulu itu menjadi panggilan kesayangan orang-orang terhadapnya kini tidak lagi, Aoi benci mendengar nama itu.
"Aoi. Yamato Aoi bukan Yaya stop panggil gue Yaya."
Eros nyengir, "Biar terbiasa besok kalo nikah nggak gagap manggil Yaya."
"Otak lo mikirnya kejauhan," ketus Josep memiting kepala Eros dengan ketiaknya.
"Kenapa, Yi? Nyari siapa?" tanya Kendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA [SGS#2]
Teen FictionSegal series 2 Kita dilahirkan berbeda untuk bisa saling menyempurnakan.