Ini adalah hari yang ditunggu-tunggu anak Batavia. Semulanya Aoi berniat menolak ajakan Kafka tapi rasanya tidak enak sekali mengingat bagaimana cowok itu mengajaknya kemarin.
Tidak banyak barang bawaan yang dibawa karena sebenarnya ia bukan tipe orang yang ribet.
Mereka tiba di markas Batavia untuk berkumpul. Ada Alfin juga yang sudah ada di sana, kurang Cakra saja.
"Ini udah pada kumpul semua?" tanya Athala pada Kendra yang berdiri di dekatnya.
"Langsung jalan aja biar cepat nyampe," usul Lian.
"Ya udah. Teman-teman minta perhatiannya!"
Semua berkumpul membentuk lingkaran menjadikan Athala sebagai pusat perhatian.
"Karena ini perjalanan yang lumayan memakan waktu dan tenaga jadi gue mohon kerja samanya. Semua yang ikut camp udah masuk ke dalam daftar yang ada di sini supaya memudahkan kita kalau terjadi sesuatu yang nggak diinginkan.
Perjalanan akan segera kita mulai, sebelum itu gue mau tekenin sekali lagi buat kalian selama perjalanan tolong saling jaga satu sama lain.
Semoga kita dilindungi dari pergi sampai pulang dan semoga kegiatan yang kita lakukan dinilai sebagai ibadah. Berdoa sesuai kepercayaan masing-masing dimulai."
Mereka serentak menundukkan kepala masing-masing.
"Selesai." mereka mengusap wajah masing-masing.
Kemudian mereka naik ke atas motor masing-masing bersama teman maupun pasangan yang dibawa.
"Aoi," panggil Athala membuat cewek itu spontan menoleh.
"Apa?" ketusnya.
"Berangkat bareng gue mau?"
"Maaf dia udah sama gue." Kafka datang merangkul Aoi.
"Kali—"
"Kafka berangkat bareng gue aja, soalnya gue nggak ada temen." Alfin tiba-tiba datang dan merangkul bahu Kafka.
Kafka dan Aoi kompak mendelik tak suka. Alfin seolah mendukung kedekatan Athala dan Aoi, itu membuat Kafka kesal pada sahabatnya.
"Lo berangkat bareng Atha, aja ya, Yi." Alfin mendorong Aoi agar semakin mendekat pada Athala.
"Gue nggak usah ikut aja deh kalau kayak gini," ujar Aoi kesal.
Cewek itu berbalik, belum melangkah tapi bahunya sudah ditahan.
"Berangkat bareng gue!" tak mau dibantah Athala menggenggam tangan Aoi menjauhi Kafka dan Alfin.
Aoi menoleh ke belakang meminta bantuan sahabatnya, Kafka hendak membantu tapi ditahan oleh Alfin yang hanya melambaikan tangannya seraya senyum yang mengembang.
Athala melepas genggamannya setelah mereka sampai di samping motor. Selanjutnya Aoi terkejut akan sikap Athala yang tiba-tiba memakaikan helm.
Aoi ingin marah tapi karena wajah Athala yang terlihat manis saat berdekatan seperti ini membuatnya mengurungkan niatnya. Bukannya marah Aoi malah hampir meleleh karena wajah tampan di depannya ini.
Athala menunduk untuk membalas tatapan Aoi, cowok itu tersenyum manis.
"Sok cakep," sewot Aoi menjauhkan wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA [SGS#2]
Teen FictionSegal series 2 Kita dilahirkan berbeda untuk bisa saling menyempurnakan.